Malam ini menjadi malam pentahbisanku untuk melepas segala kekuasaan yang mungkin akan kuemban. Sahaya dalam kesejatian diriku, bersumpah pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan berkuasa, meskipun aku mewarisi takhta ratu dari Romo Prabu. Sahaya akan hidup wadat menjaga tubuhku dalam kesucianku, seperti ketika aku dilahirkan dari gua garba bundaku.
Sahaya tidak akan menikah dengan siapa pun selain dengan gema suara hatiku, yang selalu memanggil untuk memeluk hidup dalam kesucian purna, dipuaskan oleh sabda kebenaran yang datang dari Sang Hyang Widhi.
Sahaya akan hidup miskin dan memperjuangkan kaum miskin karena aku dilahirkan tanpa kasut dan selimut yang melindungi tubuh wadag-ku, hanya aura anugerah Dewata Surga yang melindungiku dari sentuhan kejahatan dan kenistaan dunia.
Sampai waktunya aku akan kembali ke rahim bumi dan dipeluk hangat oleh ibu pertiwi serta rohku akan kembali ke pangkuan Sang Khalik yang telah menciptakan aku sebagai gambaran-Nya.
Itulah kerinduan yang senantiasa kukejar. Semua yang ada dan kumiliki sekarang hanyalah  sarana, bukan tujuan utama. Rohku telah dipuaskan dan terpuaskan oleh apa yang selama ini kuterima, bahkan oleh hadirnya malam ini yang begitu indah memesona.
Malam ini menjadi malam penuh wahyu, kurnia sabda dan penampakan yang di luar dugaanku menggugah seluruh kesadaranku. Malam yang membahagiakan jiwaku sampai pada puncaknya. Namun juga malam yang penuh perutusan yang mesti kuemban dengan penuh tanggung jawab.
Kubalut Tripitaka prasetyaku dengan nyanyian malam pelepasan.
Paduka ... izinkan sahaya membuka suara
Seperti suara pertama saat hamba lepas dari rahim ibunda.
Kedamaian yang ada dipeluk berkah.