"Dia cederung mengumbar kebutuhan biologisnya dalam hal makanan, seksual, kepuasan tubuh dan keinginan daging. Rakus dan serakah untuk memuaskan nafsunya dan tidak mau berbagi. Hal yang demikian menguasai dirinya sehingga seluruh pikiran, perkataan dan tingkah lakunya terarah untuk memiliki material dan segala keinginan yang merupakan kebutuhan biologis semata.
"Orang seperti ini tidak bisa mengerti mengapa para pertapa, pandita, rela hidup dalam kesunyian bahkan hidup wadat, selibat tidak menikah-tidak mempunyai pasangan hidup dan keturunan. Sungguh mereka tidak bisa mengerti walaupun ada yang menerangkan. Karena hati, budi dan pikirannya hanya dipenuhi pemuasan nafsu badani yang bisa menyenangkan dirinya.
Â
"Ada lagi manusia yang dikuasai dan dikendalikan oleh nafsu ingin selalu berkuasa, menjajah dalam dan di luar lingkungannya. Kekuasaan begitu menarik dan merangsang dia sehingga tidak terkendali lagi. Orang ini sangat berambisi dan suka sekali untuk mengatur urusan orang lain dan menguasai orang lain.
"Segala pikiran, perkataan tingkah lakunya terarah untuk kekuasaan. Hal ini disebut libido dominandi, dia ingin dominan dari orang lain maka arah untuk mencari tenar dalam lingkup sosial sangat dikejar untuk dimiliki.
"Tujuannya hanya satu segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan sosial psikologis (psychological needs), status, jabatan, pangkat hak khusus, serta kehebatan dan kekuasaan. Dalam tingkat ini, seseorang dikendalikan oleh nafsu dan naluri untuk berkuasa. Dia akan merasa menderita kalau lepas dari kekuasaan atau tidak dapat berkuasa lagi. (Bersambung )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H