Malam kedua, ketika sinar purnama masih tersisa, sinarnya tetap menawan. Romo prabu seperti kemarin malam duduk di bangku batu yang ada di pelataran yang dipenuhi dengan bebungaan dan aneka pepohonan.
Semerbak kembang-kembang setaman menyemarakkan suasana malam dengan harumnya. Aku kembali mendatangi romo prabu, belum sampai aku ke tempat romo duduk, beliau sudah merentangkan tangan siap memelukku dan menerima kedatanganku.
"Selamat malam, Romo, aku menagih janji, agar Romo berkenan
menceritakan kembali riwayat hidup Romo."
"Baiklah, putriku, sini, duduklah di samping Romo. Kemarin malam sampai
di mana ceritanya?"
"Sampai petualangan Romo hidup di hutan, minum dan mandi air Sendang
 Made, tempatnya di Kudu, Jombang, Jawa Timur, yang airnya manis untuk
diminum dan membuat Romo dan Eyang Paman Narotama awet muda,"
 jawabku.
"Luar biasa ingatanmu, putriku, dewiku. Yah, sendang itu yang menghidupi dan memberi kesegaran Romo dan Paman Narotama selama tiga tahun, cukup lama, apalagi Romo hidup hanya berdua dalam tapa dan mati raga, tanpa kehadiran ibundamu yang sungguh Romo kasihi sepenuh jiwa raga.