Mohon tunggu...
Monika Ekowati
Monika Ekowati Mohon Tunggu... Guru - Seorang biarawati Tarekat SND--> ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Betapa indahnya hidup ini, betapa saya mencintai hidup ini, namun hanya DIA yang paling indah dalam Surga-Nya dan dalam hidupku ini, saya akan mencintai dan mengabdi DIA dalam hidupku ini ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Semburat Putih Pelangi Kasih Episode 6 Gua Garba sebagai Kosmik Bunda 3

17 Juli 2021   09:39 Diperbarui: 17 Juli 2021   09:59 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semburat Putih Pelagi Kasih (lukisan Bp Y.P Sukiyato dok.pri)

Gua  Garba Sebagai Kosmis Bunda  3

Cerita  sebelumnya :

 

Bayi akan terus berjuang, untuk mendaki gunung itu dengan segala perasaan dan intuisinya. Mereka tahu di atas adalah air mancur keabadian yang memberikan kesegaran bagi yang setia dan tekun untuk mencapai perjuangannya. Dia, sang bayi kemudian berkata, "Oh, Tuhan! Kumohon kuatkanlah lenganku untuk membuat lenganku senantiasa kuat bertahan dalam pendakian gunung rohani ini untuk menempuh hidup yang Dikau janjikan bahagia dan bersatu dengan-Mu sebagai citra jiwaku.

Oh, Tuhan, kumohon tempatkan kekuatan di kakiku agar aku terus bisa bertahan untuk merangkak dan berdiri untuk bangkit lagi menapaki kemuliaan-Mu yang Dikau janjikan pada siapa saja yang berteguh pada sabda dan panggilanmu.

(  Bersambung  )

Gua  Garba Sebagai Kosmis Bunda  3

 

Dia akan selalu berkata, oh Tuhan, oh Tuhan, seruan itu hanya pada Tuhan Sang Khalik! kumohon tetapkanlah langkahku, seruan itu akan selalu menggema, karena tiada tempat yang pantas untuk mencari pertolongan kecuali berlari, dan berpaling pada Yang Esa, Yang Kuasa.

Oh, Tuhan! Berilah bantuan dan pertolongan padaku yang berseru hanya atas nama-Mu.
Oh, Tuhan, kumohon, buatlah aku senantiasa perkasa apabila melewati lereng curam dan jurang yang dalam. Engkau senantiasa mendengar aku menangis dan berseru pada-Mu, Tuhan! Kumohon, kutuntun aku ke tanah perjanjian-Mu, tempat pesemaian jiwaku. Oh Tuhan, kumohon hanya pada-Mu yang telah memberi tali penghubung ini yang selalu menguatkan aku dalam perjuangan dan perjalananku.

Tali yang memberi aku bimbingan. Tali yang memberi aku harapan, untuk berpijak pada jiwa ibuku, pada tuntunan dan napas-Mu yang menghidupkan diri dan jiwaku. Sejak itu diriku sebagai plasma bersatu dengan plasenta yang telah berenang di sungai keabadian di sekitar bintang yang benderang sinarnya yang membentuk cakra-cakra kekuatanku, cakra-cakra intuisiku agar aku terhubung arus kehidupan dari ibuku, bersatu dari Tuhanku.

Jika aku sebagai janin hampir hilang maka kami calon anak-anak zaman---satu demi satu---mulai berpegangan pada garis kehidupan, aliran energi yang sangat menghibur dan mengisinya dengan getaran cinta berharga. Cinta itu telah dimeteraikannya dengan ketulusan kemurnian dan pengorbanan sehabis-habisnya. Dialah pusat cinta, yang mencintai umat-Nya dengan cinta tanpa syarat.

Cinta yang tebentang seluas samudra horizontal dipadu ketinggian menuju langit. Garis horizontal dan vertikal itu sebuah lambang pengorbanan salib, persembahan cinta-Nya sehabis-habisnya pada umat yang dicintai-Nya.

Kemudian calon anak-anak mulai merasakan kehidupan di dalam aliran darah dan plasma, meningkatkan frekuensi kehangatan, kekuatan, dan aliran cinta mulai menarik anak-anak naik ke gunung keabadian cinta sejati Sang Sumber Hidup.

Mereka akan mendengar dan berkata, "Bunda kesedihanmu akan menarik

kami untuk menjauhi realita kehidupan yang nantinya penuh tantangan."

Kosmis Bunda akan mendengar bayi berkata, "Bunda, yang bisa membawa

kami pulang dengan rasa bahagia dan sukacita."

Kosmis bunda mendengar bayi berkata, "Bunda, jangan biarkan aku pergi

sendirian."

Ia mendengar bayi berkata, "Bunda, kita punya tali kasih yang senantiasa terhubung yang membuat kita dapat merasakan sentuhan hati dan intuisi satu sama lain yang akan mempererat hubungan kita. Kidung Bunda selalu mengajakku memuji, memuji keluhuran Hyang Murbeng Jagad. Dia yang mengaruniakan tanda-tanda di cakrawala, di semesta, pada setiap sesama yang menyapa, bahkan dari embun yang baru dilahirkan oleh fajar baru telah menampakkan sentuhan dan keindahan cinta yang sesungguhnya.

Sesungguhnya bintang itu adalah cakra yang membentang melingkari dan melindungi setiap manusia. Meningkatkan kekebalan auranya dan mengasah nuraninya untuk dekat pada Yang Esa, Yang Kuasa.

Sang Khalik menganugerahkan tanda unik di setiap sidik jari. Dari situ setiap manusia telah membawa setiap anugerah dan rahmatnya dari Tuhan, segala kecakapan, talenta, hobi, pengetahuan, kelebihan, dan ketidakmampuannya.

( Bersambung )

 

Oleh  Sr. Maria  Monika  SND

17  Juli, 2021

Artikel  ke 405

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun