Rasa dan literasi betaut harmoni
Rasa sudah ada sejak Nusantara berada
Nenek moyang kita senantiasa mengajar
Untuk mengolah rasa,
Menjalani ketekunan dan kesetiaan
untuk menggali jadi diri dan hikmat semesta.
Prasasti ditemukan bernada rasa yang bermakna.
Rasa meraba, memahami apa yang ada pada jagad raya
Dari rasa orang mulai menulis, mamahat, mematri apa yang dirasa
Informasi diserap oleh rasa, dicerna menjadi budaya
Diungkapkan menjadi Literasi
Tulisan bermakna, para pujangga, melahirkan kitab-kitab
Penuh wejangan, petuah, ramalan yang memandang masa depan.
Rasa diolah dalam hening
Turun kehati wening, membuat pikiran bening
Hati mencari tempat untuk berpaut
Hati mendamba cinta untuk berdenyut
Deyutan rasa mengarah pada semesta
Terhubung pada Sang Pencipta.
Rasa, semesta, Sang Pencipta
Menyatu dalam rasa perasaan manusia...
Rasa memang tak terlihat, namun bisa dirasakan
Jika diungkap dalam tulisan, gerakan atau pahatan
Barulah rasa bisa terlihat dayanya.
Rasa dan literasi harmoni menjadi tanda peradaban manusia.
Oleh Sr. Maria Monika SND
29 Mei, 2021
Artikel ke 364
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H