Mohon tunggu...
Monika Ekowati
Monika Ekowati Mohon Tunggu... Guru - Seorang biarawati Tarekat SND--> ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Betapa indahnya hidup ini, betapa saya mencintai hidup ini, namun hanya DIA yang paling indah dalam Surga-Nya dan dalam hidupku ini, saya akan mencintai dan mengabdi DIA dalam hidupku ini ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Panggil Aku dengan Namaku

21 April 2021   21:43 Diperbarui: 21 April 2021   21:47 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panggil aku dengan namaku (dok pri )

Ada  orang  bilang  apalah  arti  sebuah  nama?

Namun  bagiku nama  tetap  berarti, yang  menunjuk  dan  mengungkap  identitas  diri.

Aku  terlahir, tak  dapat  memilih  siapa  orang  tuaku?

apa  sukuku?

dimana  tempat kelahiranku?

Apa statusku  sebagai  bangsawan  atau  rakyat  biasa!

Yang  kutahu  dan  tumbuh  dalam  kesadaranku, aku  lahir  dengan  membawa  misi, untuk  sesamaku, untuk kaumku, untuk  bangsaku.

Aku  tumbuh  dan  berkembang,   punya  kedudukkan,

meski  demikian ,masa  bahagiaku  kandas  dalam  pingitan serta  aturan  adat  yang  menjerat.

Hidupku  bak  burung  dalam  sangkar emas, semua  tercukupi  tapi  terbelenggu  dari  alam  bebas.

Pikir  dan  khayalku  , gagasan  dan  imajinasiku  yang  melayang terbang  mengejar  mimpi-mimpi.

Hatiku  terluka  ketika  melihat  hidup  kaumku yang  tertindas, terjerat, dibodohkan  oleh  keadaan  dan  kehidupan.

Hanya  penaku  yang  bisa  menggores , menuliskan hasratku,  cita-citaku.

Kelahiranku  ditakdirkan  untuk  mengubah  sejarah, walau  itu bukan  harapanku semula.

Jiwa  ini, hati  ini tak  tahan  melihat  realita, para  perempuan hanya  sebagai  hamba  yang  tak  berharga.

Menjadi  bulan-bulanan  lelaki  yang  hanya  peduli  pada  egonya.

Aku  tak  tega, sungguh  tak  tega, aku  ingin  mendidik  mereka, agar  bermartabat  dan  meningkat  hidupnya.

Karena  merekalah  Puan  bagi  anak-anaknya, yang  bisa  mendidik  dan  mengembangkan  karakter  anak  -anak  bangsa.

Aku  gadis  dari  Jepara, yang  tak  pernah  putus  asa , didera  oleh  derita dan  keadaan jiwa

Terus  kusulutkan  citaku  dalam  kasih  dan  pengharapan "  Habis  Gelap  terbitlah  terang "

Aku  gadis  dari  Jepara, yang  terpaksa  mengikuti  adat nenek  moyang

Nyala  citaku  tetap  berkobar  untuk  membekali  kaumku  dengan  ilmu  kehidupan.

Perempuan  mesti  bisa  mewujudkan  mimpi-mimpinya, yang  mulia  untuk  anak-anaknya, untuk  bangsanya.

Duhai  kaumku  jika  aku  mati, dalam  perjuanganku, aku  sudah  puas  telah  menabur  gegayuhanku.

Biarlah  benih  benih  itu  tumbuh  diantara  pusaraku,

Kini  aku  memejamkan  mata  mengiklaskan  semuanya.

Jika  engkau  ingin  mengenangku, dan  memanggilku,

Panggil  aku  dengan  "  Kartini "  saja.

Itulah  identitasku  sebagai  gadis  Jepara  yang  sangat  mencintai  Nusantara.

Selamat  Hari  "KARTINI" Mari  kita  teruskan  perjuangannya.

Oleh  Sr. Maria  Monika  SND

21 April, 2021

Artikel  ke  329.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun