Pada  saat  Perang  Salib, ditempat  itu  telah  dibangun  gereja  kecil untuk  memperingati  kesengsaraan  Tuhan, namun  gereja  tersebut  juga  diruntuhkan  oleh  mereka  yang  memusuhi  orang  Kristiani.
Perkembangan  selanjutnya  Ibadah  dan  Misa  suci  untuk  menghormati  sengsara  Yesus  dilakukan  di gua-gua hingga  abad  ke  IV. Dari  abad  ke  abad  tempat  ini  menjadi perebutan.
Para  peziarah  abad  ke XIII dan  ke XIV  menyebut  tempat  itu  sebagai  "taman  bunga"  atau  "ladang  bunga"  karena  memang  banyak  bunga  nan  indah.
Selain  itu  ada  8  pohon  Zaitun  yang sudah sangat tua usianya. Diperkirakan umurnya sudah lebih dari 3000 tahun. Jadi dapat dipastikan bahwa  pada saat Yesus berdoa menghadapi sakrat mautNya di Taman ini pada hari " Kamis  malam "  pohon  tua  itu  menjadi  saksi  bisu  kesengsaraan  Tuhan.
Pohon  itu selalu  berbuah  hingga  saat  ini.  Daunnya  yang  kering  ditempelkan  pada  gambar  Kudus  ke sengsaraan  Yesus  dan  dibagikan  kepada  para  peziarah oleh  para  Imam  OFM.
Sejak tahun 1666 taman itu menjadi milik Ordo OFM, lalu keseluruhannya dikelilingi tembok, dan  didirikan  biara.
Banyak  bangsa  memberikan  donasi  untuk  pembangunan  gereja  ini oleh  karenanya  disebut " Gereja  segala  Bangsa" Berbagai sumbangan berharga dipersembahkan oleh beberapa bangsa demi memperindah gereja ini, yaitu oleh Amerika, Jerman, Kanada, Argentina, Chile, Brazilia,Mexsiko, Belgia, Inggris, lambang negara-negara tersebut terdapat pada langit 12 kubah nan  mempesona.
Gereja  selesai  dibangun  pada  tahun  1924  dengan  rancangan  arsitektur oleh Antonio Barluzzi. Kaca-kaca di dalam gereja berwarna ungu menciptakan suasana remang-remang yang mengundang orang untuk berdoa dan bermeditasi.
Di tembok luar gereja sekarang dapat disaksikan sebuah mosaik yang bertema Yesus menguduskan segala macam derita manusia,  karya G. Bargellini. Sedangkan arsitek  D. Archiardi  menciptakan  mosaik bermotif bunga, di langit-langit  yang nampak  indah  menggantung.
Patung-patung dirancang  oleh  tangan  ahli yaitu pemahat  G. Tonnini, sedangkan hiasan-hiasan dari besi - oleh A. Gerardi. Semua  itu  merupakan  rangkaian  sempurna terpadunya  keindahan seni dari  para  arsitek handal yang  mengundang  peziarah  untuk  bertemu pada  keanggungan  nan  absolut.Â