Mohon tunggu...
Monika Ekowati
Monika Ekowati Mohon Tunggu... Guru - Seorang biarawati Tarekat SND--> ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Betapa indahnya hidup ini, betapa saya mencintai hidup ini, namun hanya DIA yang paling indah dalam Surga-Nya dan dalam hidupku ini, saya akan mencintai dan mengabdi DIA dalam hidupku ini ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Imlek yang Sepi namun Penuh Arti

12 Februari 2021   10:03 Diperbarui: 12 Februari 2021   10:26 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Imlek saling berbagi ( dok pri )

Sebagaimana  pernah  kuceritakan dalam  salah  satu  artikelku  bahwa  saya  dibesarkan  dilingkungan  yang  heterogen dalam  aneka  agama, budaya  dan  suku. Kami  bersama  para  tetangga saling  menghormati dan  saling  merayakan  Hari  Raya  Idul  Fitri, Hari  Natal, Satu  Suro, juga  Imlek.

Di  masa  kecilku seperti  anak-anak  lainnya  tentu  senang  kalau  disaat  Imlek kami  berkunjung  ke Rumah  tetangga  dan  mendapat  Angpao.Satu  hari  sebelum  Imlek para  tetangga  mengirim  aneka  kue lezat  dalam  Tenong (  Tempat  kue ), tak  ketinggalan  kue  kranjangnya.

Kami  juga  melihat  pertunjukkan  "Wayang  Po Te Hi" di  Klentheng dengan  aneka  macam  cerita. Kegembiraan  kami  semakin  lengkap  jika  ada  permainan  Leang  Leong  keliling  kota, disertai  tarian  Barongsai. Kami  anak-anak  kecil biasa  mengikuti atraksi  itu, menyaksikan  bagaimana  kelincahan  Barongsai, mengambil  uang  didalam  angpo   yang  di gantung  di depan   toko.

Pernah  sih  permainan  yang  mengasyikan  itu  leyap, karena Di Indonesia, selama tahun 1968 -1999 perayaan tahun baru Imlek dilarang dirayakan di depan umum. Waktu  itu  jaman  Orde  Baru , presiden Suharto  melarang  segala hal yang berbau Tionghoa dan  perayaan  Imlek.

Meski  demikian  kami  didalam  biara  tetap  merayakan  Imlek  karena  banyak  anggota  kami  yang  Tionghoa, kami  bahagia  dan  bergembira  bersama dengan  memasak  makanan  khas  seperti  Lontong  " Cap  Go  Meh" dan  kue  kranjang.

tahun kerbau ( dok pri )
tahun kerbau ( dok pri )
Kebahagiaan  bagi  saya dan  tentunya  banyak  orang  di  Indonesia yang  cinta Kebhinekaan kembali menyembul  pada  tahun  2000, Presiden  Gus  Dur  ( Presiden Abdulrahman  Wahid    mencabut Inpres Nomor 14/1967. Kemudian   indaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/ 2001 pada  tanggal 9 April, 2001  yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya).

Baru pada tahun 2002  Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati  Soekarno  Putri.

Jika  tidak  Pandemi  di  gereja  Katolik  di  Jakarta dan  Pekalongan, tentu  gereja  lainnya, kami  merayakan  Imlek masuk  dalam  tata  upacara  Inkulturasi dalam  Ekaristi  Suci. Mulai  dari  para  petugas bahkan  Pastornya  mengenakan  Baju / Jubah  bernuansa  Imlek, lagu  Misa  juga  lagu-lagu  berbahasa  Mandarin.

Sesudah  Komuni, umat  juga  mendapat  Angpo  dan  kue  kranjang  atau  Jeruk. Hal  ini  saya  alami  di  kedua  kota  yang  saya  sebutkan. Sungguh  meriah  kami  merasakan  kebahagiaan  bersama  saudara --saudari  kami  Tionghoa.

Di Sekolah  kami  juga  merayakan  Imlek  bersama  anak-anak  dari  TK  hingga  SMA, hari  khusus  setelah  libur  Imlek, dalam  perayaan  itu  anak-anak  dibebaskan  untuk memakai  baju bernuansa  Imlek  Merah  menyala  atau  Pink nan  merona.

Peringatan Imlek Nasional tahun  ini  di masa pandemi Covid-19  dengan  tema "Untukmu Negeri, Kami Berbakti dan Peduli". Sebagai  wujud rasa  keprihatinan disebut  Peringatan  bukan  Perayaan.

Meskipun  kami  tidak  dapat  berkunjung  seperti  biasanya, namun  kami  tetap saling  mendoakan  dan mengirim  ucapan  selamat  via Whats App. Justru  kesetiaan  kami dalam  menghayati  spiritualitas  tinggal  dirumah merupakan  bentuk  kepedulian  kami memutus penyebaran  Covid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun