Tahukan para pembaca bahwa kaum Teen lit suka menggunakan Bahasa yang tidak mudah difahami, atau tidak dimengerti oleh orang lain? Cerita ini bekisah tentang sekelompok remaja putri di sekolahku. Mereka nampak sangat heboh disertai dengan canda tawa.
Cerita makin seru, namun jika orang itu tidak faham akan Bahasa yang digunakan pasti tidak akan mengerti apa maksudnya. Dunia remaja memang sangat kreatif mereka menggunakan “ Bahasa Maling “ ( Bahasa Pencuri ini hanya istilah, yaitu Bahasa yang hanya dikuasai dan menjadi kesepakatan mereka.
Ada banyak cara menggunakaan Bahasa Maling, ada yang langsung di ucapkan ada yang memakai gerakan tangan seperti Bahasa untuk orang tuna rungu, namun rumus dan kodenya tentu berbeda.
Penulis pernah muda jadi tahu tentang “Bahasa Maling” itu. Kembali ke sekelompok remaja putri tadi, yang semakin seru ngobrol sahut sahutan. Waktu itu saya bertugas sebagai Kepala Sekolah SD. Sedang mereka remaja SMP & SMA. Ketika saya mendekat, karena jam istirahat dan banyak yang saya lakukan entah itu mengambil daun yang layu pada pot tanaman, atau memungut sampah.
Yang jelas mereka abai akan kehadiran saya. Toh saya tidak tahu pikirnya. Sehingga mereka terus mengobrol tentang para remaja putra idamannya. Bagi mereka tidak ada rahasia lagi untuk membicarakannya “ Antar mereka”.
Nah setelah mereka tenang dan rupanya obrolan selesai, “ ada rasa jail saya yang muncul “ spontan saya bilang : “hafa yofo ngofo mofong afa pafa”( hayo ngomong apa ) itu saya ucapkan dalam “ Bahasa Jawa “ karena mereka juga memakai Bahasa Jawa. Sontak mereka berteriak :” Susteeeer tahu ya yang kami omongin “, ya tahu lah “, jawabku. “Saya kan pernah muda juga”
Nah itulah Bahasa maling yang biasa digunakan REMAJA yang kerennya disebut “ Teen Lit “, Untuk mengetahui arti Bahasa itu caranya mudah perhatikan kata depan dan tambahannya tinggal menyesuaikan sesuai kesepakatan mereka.
Misalnya : “ Heri anak 2 D itu tampan sekali “ Hefe Rifi afa nafak 2D bisa juga diucapkan dufu afa defe) ifi tufu tafa mafang sefe kafa lifi “ jadi kacau kan yang dengarnya? Bisa juga di tambah da, di du. Pasti yang mendengar tambah bingung. Namun kalau kita tahu rumusnya dan biasa menggunakan Bahasa Maling pasti terus tahu apa yang mereka ucapkan.
Kebetulan juga punya banyak persamaan, lalu saya ajari Lory “ Bahasa maling “ jadi kalau mau ngobrol yang hanya kami ketahui berdua kita pakai Bahasa Maling.
Dia orang Brasil Bahasa ibu Portugis, saya Bahasa Indonesia. Tapi kami berdua bisa berbahasa Maling dengan lancar dalam Bahasa Inggris. Sampai-sampai para susterku yang sudah tua itu mengira saya fasih Bahasa Portugis, sungguh sangat lucu, setiap kali Susterku bilang :” Sr Monika itu kalau bicara sama Lory pakai Bahasa Portugis, lucunya Lory mengamininya.
Mereka tidak heran karena “Timor Leste “ berbahasa Portu jadi Orang Indonesia seperti saya juga bisa Bahasa Portu he..he..he, padahal “ Bahasa Maling “.
Sekarang ada remaja punya banyak cara supaya apa yang mereka percakapkan atau perbuat menjadi rahasia mereka. Ada yang menulis SMS dengan mudah dibaca kalau HP nya dibalik, pokoknya macem-macem deh cara mereka.
Pengalamanku setelah mereka tahu bahwa saya bisa berbahasa maling, mereka akhirnya dekat dan suka ngobrol dengan saya disaat istirahat, dengan demikian mereka tidak sungkan lagi untuk cerita, karena saya memahaminya, bahkan diselingi dengan gurau yang lucu-lucu.
Bagiku kaum Teen Lit entah itu yang perempuan maupun laki-laki adalah generasi muda andalan bangsa. Mereka butuh bimbingan dan kita bisa menjadi teman, sahabat, tempat mengadu, mengungkapkan ide, tempat bertanya dan menyelesaikan masalah.
Oleh Sr Maria Monika SND
Artikel ke : 174
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H