Bapak memberi saya kebebasan untuk mengikuti pelbagai kegiatan seperti Pramuka, PMR ( Palang Merah Remaja ), Karang Taruna, oleh ibuku yang suka menari saya di masukkan di Sanggar tari “ Mbah Mangku “ yang terkenal sebagai pelatih tari Jawa.
Saya juga ikut bela diri Pencak silat SHT (Setia Hati Teratai) yang latihannya diadakan di aula belakang gereja katolik didalam Pencak silat juga diajarkan meditasi dan mengendalian diri.
Namun setelah saya menginjak remaja, dan akan menerima ilmu “ Anti bisa “ saya dilarang bapak untuk ikut lagi, mungkin bapak tidak ingin melihat saya tomboy, he..he..he.
Mengenai keberatan Bapak sewaktu saya ingin menjadi biarawati sudah saya ceritakan di KOMPASIANA dalam artikel:
Sr.Maria Monika SND: "Demo di Altar (Bagian 1)"
Sr.Maria Monika SND: "Demo di Altar (Tamat)"
Setelah saya menjadi biarawati bapaklah yang sering berkirim surat dan bercerita dari A – Z padaku. Jika saya pulang cuti, bapak menyuruh membuat Puthu Ayu, dan beliau sendiri yang memarut kelapanya dan bilang :” Anakku Wedhok arep teko, tak siapke pangan sing enak” ( Anak perempuan saya akan dating, saya siapkan makanan/ jajanan yang enak ), demikian tutur ibuku dan beberapa tetanggaku.
Memang selain kedekatan pada ibuku, saya dekat dengan Bapak mungkin karena saya satu-satunya anak yang Golongan darahnya sama dengan Bapak, dan juga dalam hal pelajaran sekolah, saya selalu diskusikan dengan bapak.
Ada sesuatu yang lucu saat saya akan masuk SPG (yang waktu itu saingannya sangat ketat ) saya mempersiapkan diri dengan baik termasuk belajar “Tembang” Lagu Jawa, saya juga belajar dari bapak, tentu saya sulit meliuk-liukan suara seturut irama Tembang Jawa.
Bapak bilang koq ora iso iso :” koq tidak bisa-bisa” Jawabku dalam Bahasa Jawa kromo tentunya : “ Ya Pak, rasanya lebih baik saya menyanyikan 10 POP dari pada “Tembang Jawa” dan bapakpun tertawa….. karena niatku yang kuat untuk menjadi guru maka saya hafalkan dan latih terus menerus tembang Jawa itu.
Bahkan sewaktu sekolah SPG ada membaca cerita yang tertulis dalam “ Huruf Jawa” saya selalu minta bapak untuk membacanya keras-keras. Saya mengandalkan ingatan & hafalan saya, dan selalu sukses kalau disuruh maju membaca cerita yang ditulis dalam hurup Jawa ( Ho no co ro ko. Do To. So. Wo Lo. Po Do. Jo Yo.Nyo. Mo.Go.Bo Thong.Ngo lengkap dengan tanda tandanya yang menunjukkan bunyi yang lain ). Padahal sejatinya saya banyak yang tidak tahu apa yang saya baca he…he..he..
