Sesal  kemudian  tak  berguna, pepatah  itu  sungguh  saya  rasakan.  Mengapa  saya  dulu  tidak  belajar  membatik?  Padahal  Nenekku  bisa  membatik, batik  tulis  tentunya, yang  sungguh  mahal  harganya. Beberapa  jarit  telah  dibuatnya.  Dari  nenekkulah  saya  juga  mengenal  nama-nama  batik.  Ada yang  Sido  mukti,Sido Luhur, Parang  Rusak, Parang  Kusumo, Mega  Mendung, Kawung, Semen  Rama. Setiap  motif  juga  punya  arti  dan kegunaannya  sendiri
Contohnya  Batik Kawung motif ini  menggambarkan  empat sumber tenaga atau empat penjuru mata angin. Yang  lazim  disebut  dalam  Bahasa  Jawa dengan 'keblat papat lima pancer', (Maklum  asal  muasal  Batik  adalah  dari  Kraton  Yogya  dan  Surakarta) artinya merupakan tipe batik paling tua yang ada di Indonesia, biasanya digunakan pada kegiatan khusus dan hanya boleh digunakan oleh kalangan tertentu saja.
Bagi  para  pengantin di hari pernikahannya mengenakan batik dengan motif  Sido Mulyo dengan harapan agar keluarga yang dibina selalu memperoleh kemuliaan. Dalam bahasa Jawa, Sido berarti 'jadi' dan Mulyo berarti 'kecukupan dan kemakmuran'.dengan  harapan , siapa yang mengenakan batik ini akan diberikan kecukupan dan kemakmuran.


Saya  baru  tahu  kalau  ada  Batik  Blora.padahal  sewaktu  kecil  dan  remaja saya  tidak  pernah  dengar  ada  batik  Blora. Yah  batik  sudah  membooming dan  merupakan  ciri  khas  dan  kebanggaan  dan  ciri  khas kekreatifan  rakyat  Indonesia.

Menyadari  itu  semua  sewaktu  saya  sebagai  Kepala  SD &  SMP  Notre  Dame,Puri  Indah  Jakarta  Barat,  saya  memasukkan  dalam  program  Extra Kurikuler  pelajaran  membatik, dan  anak-anakpun  senang  mengikutinya, dibimbing  oleh  Bp Tarcisius Bambang Cipto Santoso ,S.Sn  yang  telaten membimbing  dan  mendampingi  anak-anak  membatik dari  SD, SMP  dan  SMA. Dengan  harapan  Anak-anak  mencintai  batik  sebagai  produk  Indonesia. Siapa  tahu  suatu  saat  mereka  menjadi  juragan atau  produsen batik.


Bahkan  untuk  seragam  para  guru karyawan, karyawati, tenaga  medis  yang  bernaung  di  Yayasan  Notre  Dame dan  Yayasan  Santa Maria, telah dibuatkan seragam  batik  yang  didesign  dengan  model  Kawung, dengan  arti  tersendiri  sebagai  berikut:

a. Memiliki 4 sudut yang mewakili 4 prinsip pendidikan Notre Dame.
b. Makna kawung:
i. penggambaran itikad hati yang bersih;
ii. berguna bagi siapa saja setiap saat dalam kehidupannya sehari-hari;
iii. lambang persatuan;
iv. lambang Kebijaksanaan, Kearifan, dan Pengendalian Diri.
2. Bunga Matahari merupakan bunga favorit St. Jullie Billiart, ibu rohani para Suster Notre Dame. Bunga Matahari selalu mengarah ke matahari, menggambarkan kehidupan kita yang selalu mengarah kepada Allah Yang Mahabaik.
3. Bunga Daisy merupakan bunga favorit Sr. Aloysia, pendiri Kongregasi Suster Notre Dame. Bunga Daisy dikenal luas melambangkan ketulusan dan kesederhanaan.
4. Kedua bunga tersebut digambarkan berwarna emas, untuk melambangkan kemurnian karya di hadapan Tuhan.
5. Warna dominan biru dan putih, merupakan warna "brand" Sekolah Notre Dame untuk berkomunikasi dengan publik. Warna biru sendiri merupakan warna langit dan lautan, yang melambangkan ilmu pengetahuan yang luas. Makna dari warna biru sendiri adalah keluasan, kecerdasan, dan kepercayaan diri. Sedangkan putih merupakan warna netral atau suci yang menggambarkan objektivitas ilmu pengetahuan (mata nalar) dan kemurnian iman (mata iman).


Oleh  Sr. Maria  Monika Puji  Ekowati SND
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI