Mohon tunggu...
Monika Ekowati
Monika Ekowati Mohon Tunggu... Guru - Seorang biarawati Tarekat SND--> ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Betapa indahnya hidup ini, betapa saya mencintai hidup ini, namun hanya DIA yang paling indah dalam Surga-Nya dan dalam hidupku ini, saya akan mencintai dan mengabdi DIA dalam hidupku ini ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ostia Antica, Tempat Pelepasan Sang Idola

26 Agustus 2020   22:20 Diperbarui: 26 Agustus 2020   22:31 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam  itu  seusai  makan  malam, diumumkan  bahwa  para  rombongan  Suster  Tersiat (yang  mempersiapkan  diri  untuk  ber Kaul  kekal )  akan  pergi  ke  Ostia  Antica, tempatnya  cukup  jauh  maka  diharapkan  besok  paginya  kami  siap  membawa  makanan  cukup  untuk  sampai  malam.

Malam  itu  benakku  membayangkan  tempat  yang  bagus  dengan  pantainya  yang  indah. Nama  Ostia  Antica tidak  asing  karena  tempat  itu  penuh  sejarah  bagi  Santa  pelindungku  yaitu  Santa  Monika.

Maka  saya  sangat  antusias  untuk  pergi  ketempat  ini. Setelah  doa  malam  saya  cepat  ketempat  tidur supaya  besok  bangun  dengan  lebih  segar  karena  seharian mesti  menempuh  perjalanan  panjang, seperti  biasanya  kalau  kami  berkeliling  Roma.

Pagi sekali  kami  sudah  mempersiapkan  bekal  secukupnya. Setelah  Misa pagi kami didepan  biara  Rumah  Induk di  Via  Dela  Cammiluccia  menanti  lewatnya bus 911, nah yang  ditunggu tunggu  kini  datang, kami naik  sampai di depan  Monumen  Victore  Emanuel lalu  ganti  bus  lagi, perjalanan  cukup  jauh, sampailah  kami  pada  tempat  yang  kami  tuju.

Ostia  Antica  yang  merupakan  ruin  puing-puing  reruntuhan  jaman  kuno, walaupun  tempat  itu masih  nampak  sisa  sisa  keindahan  masa  lampau. Konon Ostia merupakan  kota Romawi kuno  yang terletak di mulut sungai Tiber, sekitar 30 km (19 mil) di sebelah barat Roma. Garis pantai bergerak ke arah laut, karena pendangkalan

istock photo ( pixabay.20 )
istock photo ( pixabay.20 )
Santa Monika ( katolik. com )
Santa Monika ( katolik. com )
Ostia adalah bahasa Latin untuk "mulut", ya.. mulut sungai Tiber. Sungai itu digunakan sebagai pelabuhan, tetapi pada periode Imperial dua cekungan pelabuhan ditambahkan ke utara, dekat bandara Leonardo da Vinci. Distrik pelabuhan disebut Portus, bahasa Latin untuk "pelabuhan".

Sesampai  di  Ostia Antica,kulihat  sekeliling  semua  merupakan  puing-puing  reruntuhan kota pelabuhan kuno Rom. Kami  keliling hari  sangat  cerah  matahari  cukup  menyengat, namun kami  telah  siap  topi  dan  payung. Lagian  belum  tengah  hari  jadi  enak  untuk  jalan-jalan  sangat  menyehatkan bermandikan  surya.

 Disekeliling  kulihat Terdapat benteng-benteng bersejarah yang berada di gerbang timur, selatan utara, dan juga barat,. Lantai-lantai marbel masih  nampak  jelas  lukisannya, juga  patung --patung,   hingga ukiran-ukiran mosaik yang khas  terlihat  ditempat  ini. Sungguh  menarik  bagi   yang  suka  archeology.

Ada  sebuah amfiteater raksasa yang konon   menjadi tempat digelarnya berbagai acara.Selain  untuk  melhat  pertunjukkan  seni, kemungkinan  besar  juga  untuk adu  gladiator  dengan  binatang  seperti  di  Colloseo, hanya  disini  ukurannya  lebih  kecil.

istock photo ( pixabay.20 )
istock photo ( pixabay.20 )
istock photo ( pixabay.20 )
istock photo ( pixabay.20 )
Sementara itu, di sepanjang pemukiman Via Casa di Diana komplek-komplek pemukiman masyarakat kelas menengah bawah.Menurut  cerita  Rose  Marie  yang  memang  ahli dan  mengetahui  banyak  sejarah  kota  Roma, dan  setia  menemani  kami jika  kami  keliling  Roma.

Saya  yang  paling  suka  sejarah, tak  kulewatkan  kesempatan  ini  untuk , mengamati, bertanya dan   mencatat apa  saja  yang  saya  lihat.  Saya  banyak  belajar  dari  Sr  Rose  Marie  dan  Sr  Hubertine sebagai  ahli  sejarah (  demikian  kami  menyebutnya  di  Komunitas  Rumah  Induk Roma)  karena  mereka  berdua seperti  catatan  sejarah  yang  hidup,alias serba  tahu.

Sebagaimana  diketahui  oleh  dunia bahwa  Roma, Italia, dikenal sebagai kota yang dikelilingi banyak situs bersejarah dan juga reruntuhan kuno. Salah satunya adalah reruntuhan kota kuno Pompeii yang penuh dengan misteri.

Selain Pompeii, Ostia Antica yang mendapat  julukan  sebagai kota pelabuhan Roma kuno. Merupakan satu lagi reruntuhan kota kuno yang tak kalah menarik untuk  dikunjungi.  Mengutip laman resmi Ostia Antica, kota ini diperkirakan telah ada sejak 620 Sebelum Masehi (SM). Kemudian, sekitar 400 SM, Kekaisaran Romawi menaklukan Ostia dan menjadikan sebagai basis angkatan laut, dan dibuatlah benteng yang mengelilingi kota tersebut.

Setelah , Kekaisaran Roma menguasai seluruh wilayah Mediterania, Kota Ostia pun diubah sebagai pelabuhan komersial yang sibuk. Namun, jatuhnya Roma pada tanggal 6 Mei 1527 membuat pelabuhan ini ditinggalkan dan menyisakan reruntuhan kuno yang bisa  kita  saksikan hingga sekarang.  Yang  paling  menarik kota kuno Ostia  Antica ini  jadi 'rival' kota Pompeii  

istock photo ( pixabay.20 )
istock photo ( pixabay.20 )
kumpara.com
kumpara.com
Yang paling  menarik dari reruntuhan kota kuno Ostia jika dibandingkan  dengan Pompeii karena  adanya  Kuil Mithras. Yaitu  tempat  pemujaan  Dewa Mithras  sebagai Dewa Matahari  masa  Persia Kuno. Sebagaimana  di  Jepang  yang  memuja  Dewi  Matahari  Amaterasu  Omikami. Konon  Kuil  Mitras ini sudah  berusia ribuan tahun.

di dalam  kuil  ini  terdapat sebuah altar, lengkap dengan Patung Dewa Mithras yang jadi tempat pemujaan para penganut kepercayaan Mithras. Selain di Italia, Kuil Mithras bisa  ditemukan di Spanyol hingga Swiss, juga  di  London. Banyak reruntuhan bangunan dan patung-patung yang berdiri tegak di sekitar Ostia yang  sampai  kini  masih  mempesona  daya  tariknya, yang  menggambarkan  betapa  indah  dan  megahnya  Kota  Ostia  masa  itu.

Di sinilah di tepi  laut  Tyhernia, di Ostia  Santa  Monika pernah  tinggal bersama  anaknya  St Agustinus. Menjelang  akhir  hidupnya  Santa  yang  bersahaja, seorang  ibu  pendoa yang  mentobatkan  suaminya  Patricus yag  tidak  beragama  menjadi  seorang  Katolik, dan  anaknya  yang  brandal, nakal  itu  akhirnya dipermandikan, setelah  merasa  kalah  berdebat  dengan  St Ambrosius (pembimbing  rohani) St  Monika.

Akhirnya  dalam  perjalanan  waktu St  Agustinus  menjadi  iman, bahkan  Uskup di  Hipo  dan  menjadi  Pujangga  Gereja yang  besar. Rupanya Santa  Monika sangat  bahagia  karena  anaknya  kembali  dijalan  Tuhan. Maka  suatu  sore  ketika  dia  berjalan-jalan  dengan  putranya  di  pantai  Ostia terjadi  suatu  percakapan  rohani  yang  mesra  antara  ibu  dan putranya.

Santa  Monika  bilang  pada  St  Agustinus: "Saya  sungguh  bahagia menjelang  akhir  hidupku, kalau  saya  mati, makamkanlah  saya  dimanapun  kau mau, tidak  perlu  kau bawa  jasadku  ke tanah  kelahiranku".  

Monika lahir di Tagaste, Aljazair Afrika Utara, seberang Laut Tengah berseberangan dengan kota Roma pada  tahun 332 Masehi.  dilahirkan dalam suatu keluarga Kristen yang  saleh, Sama halnya dengan kawan-kawan gadisnya, Monika menikah dalam usia masih muda dan menikah dengan Patrisius.dengan seorang kafir, seorang pejabat Romawi.

Dalam  pernikahan itu mereka   dikaruniai tiga anak; yang tertua dan yang paling terkenal adalah Agustinus. Patrisius seorang  yang  sangat pemarah, temperamen  mudah  disulut  emosi. Dia bukanlah seorang suami yang dapat dicontoh bagi  anak-anaknya. Dia dan suka menghujat.

Agustinus anak  pertama  yang memang pandai sangat brilian , namun  mewarisi  watak  ayahnya  bahkan  lebih  brandal  dan  nakal, dia  menikah  dengan  Melani  dan  mempunyai  anak yang  diberinama  Adeodatus.

Hidup  Agustinus  yang  ugal-ugalan tidak mau menerima baptisan. Malah dia menganut aliran sesat dan mengatakan bahwa orang Kristen itu tidak benar.  Hal ini  tentu  menjadi beban bagi ibunya yang sabar dan pengampun itu. Duka  Monika  belum  pupus, tidak  hanya  suaminya  yang  mengoyak  hatinya  namun  juga  putra  sulungnya  yang  diandalkan.

Santa Monika dan St Agustinus ( katolik com )
Santa Monika dan St Agustinus ( katolik com )
Monika  hanya  bisa  bersadar  pada  Tuhan  Sang  kekuatan  sejati. Dia berdoa  dengan  bercucuran  airmata selama  bertahun-tahun  demi  pertobatan suami dan anak  sulungnya. Dengan  penuh  ketekunan, kesetiaan, kesabaran, kesalehannya, dan keuletannya membuahkan hasil. Patrisius bertobat, menerima baptisan. Namun dia hidup sebagai orang Kristen hanya setahun lalu meninggal dunia.

Kiranya  Tuhan  tempat  dia  bersandar  dan  pasrah,  mendengarkan doa-doa Monika yang setia itu. Agustinus meninggalkan gaya hidupnya yang brandalan  dan  penuh dosa itu. Dia menerima baptisan, setelah  dia  adu  argumentasi  dengan  Santo  Abrosius dari  Milan ( Pembimbing  Rohani Santa  Monika ) seorang pengkotbah dan pujangga Gereja yang besar.

Yang  nantinya  jejaknya  diikuti  oleh  St  Agustinus, karena  Agustinus  setelah  jadi  imam  ia  diangkat menjadi  Uskup  di  HIPO dan  menjadi  Pujangga  gereja yang  ternama, tulisannya  yang  terkenal  adalah " Pengakuanku "

Dalam  buku  hariannya  Agustinus  mengisahkan  kenangan  manis  bersama  ibunya. Pada  suatu  sore. Ibu  dan  anak  itu  terlibat pembicaraan penuh kasih di Ostia: "Sambil duduk di dekat jendela dan memandang ke laut biru yang tenang, Laut  Tyhernia

Ruin Ostia Antica ( Pixabay. com )
Ruin Ostia Antica ( Pixabay. com )
Makam Sta Monika ada di bawah altar gereja St Agustinus, Roma ( dok pri )
Makam Sta Monika ada di bawah altar gereja St Agustinus, Roma ( dok pri )
Santa  Monika  berkata: "Anakku, satu-satunya alasan yang membuat aku masih ingin hidup sedikit lebih lama lagi ialah aku sangat  bahagia  melihat engkau menjadi seorang Kristen sebelum aku menghembuskan nafasku.

Dan  sekarang hal itu telah dikabulkan  Tuhan, bahkan lebih dari itu, Tuhan telah menggerakkan engkau untuk mempersembahkan dirimu kepadaNya, menjadi  imam  dalam pengabdian yang tulus kepadaNya.

Sekarang aku tak  punya  harapan  lagi  kebahagiaanku  telah  terpenuhi!"Beberapa hari kemudian, Monika jatuh sakit. Kepada Agustinus, ia berkata: "Anakku, satu-satunya yang kukehendaki ialah agar engkau mengenangkan daku di Altar Tuhan."

Akhirnya Monika meninggal dunia di Ostia, Roma pada  tahun 387 dalam  usia 53 tahun. Santa  Monika  oleh  gereja  dijadikan  pelindung  para  janda pestanya  dirayakan  pada  tanggal  27  Agustus. Teladan hidup Santa Monika menyatakan kepada kita bahwa doa yang tak kunjung putus, akan didengarkan Tuhan. Makam  Santa  Monika  tersimpan  dalam  peti  marmer berwarna hijau, dibawah  altar  gereja  St  Agustinus, Roma.Santa  Monika  doakanlah  kami.***

Oleh  Sr. Maria  Monika  Puji  Ekowati  SND

dari  berbagai  Sumber : wikepedia, Cerita  Santa  Monika, Sejarah  Gereja , Sejarah Kota Roma.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun