Setiap bulan Juli menjadi bulan yang menggembirakan bagiku karena saya biasa cuti disaat para keponakan dan cucuku liburan sekolah,sehingga masa cuti benar benar kugunakan reuni dan bergembira bersama keluarga.
Seperti  biasa Juli 2019 saya cuti ke Malang tempat keluarga  adikku yang  bungsu dan banyak keponakanku tinggal di kota Malang. Disela cutiku biasanya saya ke Blora hanya sehari dua hari untuk nyekar berdoa dimakam orang tua dan para leluhur.
Juli itu seperti biasa kami sempatkan untuk ke tempat rekreasi,menemani keponakkanku dan cucuku berenang,bercanda ria,jajan makanan tradisional dan cerita apa saja yang membuat tertawa dan hati senang. Cuti 1 Minggu sesuai aturan kongregasiku cukuplah bagiku untuk mengangsu kekuatan dan kesegaran tuk melanjutkan tugasku.
Ketika saya akan kembali Naik KA menuju Jakarta,saya diantar para keponakan dan cucuku. Entah kenapa saya menciumi cucuku Chiara berulang kali.Ada perasaan dihatiku yang gundah rasanya tidak mau berpisah.
Seperti dulu di tahun  2004 juga saat saya cuti,sewaktu akan pulang,saya sudah duduk di Taxi,tapi saya turun kembali dan kembali menciumi ibuku lagi. ternyata ciuman dan pertemuan itu yang terakhir.
Saya awam dalam hal ini maka saya tanyakan kepada Suster yang pernah bertahun tahun kerja di Laborat dan jawabannya : "Ini jenis canker tulang yang ganas seperti yang pernah diderita tukang kebun kami,yang akhirnya kakinya dipotong",kalau Bahasa Belanda yang artinya "Peti mati", katanya, biasanya nggak  tahan  lama".
Betapa sedih hati saya. Saya cari info ke adikku apa pahitnya kalau ini cancer tulang? : " Ya kalau menyebar kakinya harus diamputasi" Jawab adikku. Sungguh betapa sedih kami semua,hanya bisa berserah kepada kehendak Tuhan.
Pikiran saya mengharu biru tidak karuan,membayangkan kalau sampai Chia kakinya diamputasi apa jadinya. Chia wajah dan sifatnya sangat melankolis tentu ini beban besar bagi dia. Saya mengajak keluarga besar kami untuk Novena kepada Bunda Maria Penolong Abadi,semoga kehendak Tuhan yang terjadi pada cucuku Chiara Regina Bilgis yang berusia 9 tahun itu, dia  anak pertama dari  keponakanku Yovi Pragana.
Dia telah mengalami MRI, Biopsi  dan kemo terapi,dan rambutnya rontok,meski demikian dia tidak mau dibelikan wig,katanya biar dia berambut asli saja,:" kalau Tuhan telah memberi rambut,saya juga harus rela kehilangan,katanya"