Perkembangan IT memang begitu cepat, imbasnya dapat kita rasakan dalam pelbagai bidang karya dan pekerjaan, usia, dll. Bagi orang yang di biarapun IT hadir dan menyentuh kehidupan biara. Ada Uskup yang dijuluki Uskup Internet, Pastor Facebook, dan Suster Blogger… Siapa takut?
Terutama dalam memberi informasi dan mendampingi dan mendidik kepada kaum muda. Sehingga generasi muda dapat memanfaatkan sarana komunikasi modern sebagai sarana kematangan pribadi sekaligus persiapan yang lebih baik untuk perkembangan hidupnya dan melayani masyarakat.
Kita khususnya yang seumuran saya, lahir di era 60 an bahkan sebelumnya meski menyadari bahwa anak jaman sekarang adalah Generasi Digital Native. Artinya begitu mereka lahir mereka sudah hidup, berkembang, mengenal dan dikelilingi oleh kemajuan dunia digital.
Tentu lain dengan jaman saya atau generasi usia di atas saya yang 50 tahun ke atas sebagai Generasi Digital Learner. Saya mengenal adanya computer sekitar tahun 1994 itupun belajarnya dengan menggunakan rumus-rumus yang rumit dan tak saya ingat lagi.
Sekarang Lap Top, IPad internet bahkan sudah biasa. Computer dan internet dituntut diajarkan di kelas 1 SD, bahkan pengenalan komputer di kota-kota besar diajarkan di TK. Jangan sampai orangtua jaman sekarang menutup diri tidak mau belajar IT sehingga membentuk diri sebagai Generasi Digital Dinosaurus “tidak hanya GAPTEK (gagap teknologi) tapi benar-benar tidak tahu bagaimana menggunakan Teknologi,atau mengoperasikan computer.
Jika hal ini terjadi bagaimana kita bisa memahami, mendampingi, dan mengarahkan kawula muda dalam berteknologi dengan baik dan bijak? Kemajuan Teknologi memengaruhi segala bidang dan sangat memperlancar segala bentuk komunikasi dalam dunia global. Rasanya dunia begitu sempit dan kecil. Karena kita dapat mengetahui apa yang terjadi di belahan dunia lain dalam waktu beberapa menit bahkan detik.
Facebook, Instagram, Twitter yang semakin merebak
“Hari gini nggak punya Facebook kolot amat, bok“ demikianlah ungkapan kawula muda, dalam canda rianya bila ada temannya yang belum punya FB. Kehadiran FB mewarnai komunikasi jaman ini. Tidak dapat disangkal Facebook pun masuk komunitas biara.
Saya sendiri punya FB sejak tahun 2009 atas anjuran para keponakan dan para murid. Sebelumnya saya meng-upload tulisan dan ide-ide saya via blogspot.com, sebentar kemudian muncul blog multiply.com.
Di Multiply lebih menarik karena bisa meng-upload, video, foto yang banyak dengan frame warna-warni, video, journal juga blog yang tersedia. Bagusnya lagi Si pemilik Multiply bisa tahu siapa yang mengunjungi blognya. Dibanding Blogspot, multiply lebih banyak variasi dan mudah untuk komunikasi timbal balik. Sebentar kemudian muncul Twitter dan Instagram. FB merebak begitu cepatnya, dan diikuti dari anak-anak hingga Oma Opa.
Walaupun dalam aturannya usia pengguna FB untuk 18 tahun keatas,kemudian peraturan diperingan yang memperbolehkan anak berusia 13 tahun keatas, namun pada kenyataannya anak kelas 2 atau 3 SD yang rata-rata berusia 8-9 tahun sudah menggunakan Facebook.
Facebook hadir dalam segala warna. Isi tawaran yang menarik untuk menjalin relasi dan komunikasi. Sebagai buku harian elektronik yang memuat gagasan, ide, ungkapan atau tanggapan baik bagi akun pribadi maupun teman / sesama pengguna FB.
Saya menggunakan FB dan merasakan manfaatnya. Ternyata memang banyak hal yang bisa saya gunakan. Misalnya ketika ada kegiatan sekolah entah itu seminar, karya wisata, pentas seni dll, begitu acara selesai, journal berita data foto dan video bisa di upload di FB dan dapat dilihat oleh anak dan orang tua mereka. Jika ada anak yang menulis di FB dengan bahasa yang kurang pas, para guru bisa mengarahkan via FB.
Bagi saya pribadi FB banyak manfaatnya. Saya bisa mempunyai jaringan pertemanan mulai dari anak SD, SMP, SMU, Mudika, Teman sekolah masa kecil dan remaja, Orang tua murid, bahkan Oma Opa mereka serta jaringan hubungan kerja baik dalam maupun luar Negeri, terutama saya bisa berkomunikasi dengan para Suster saya yang berada didalam maupun Luar Negri via FB atau Messager.
Ketika saya diberi tugas oleh kongregasi untuk menjual karcis dinner party, diluar dugaan saya dalam waktu 2 minggu karcis tersebut habis hanya dengan saling kontak via FB dan email . Juga jika ada bencana lam. Ketika para suster SND di Yogya meminta bantuan karena 2 biara, sekolah serta asrama kami untuk menampung pengungsi , saya juga menggunakan jasa FB untuk mencari dana. Meskipun secara fisik saya tidak bersentuhan dengan para pengungsi, namun saya rajin meng upload berita mereka melalui FB, email dan jaringan internet. Hasilnya luar biasa kami dapat segera mengumpulkan dana baik dari dalam maupun luar negeri untuk membantu mereka. Saya heran bahkan teman FB yang belum pernah bertemu dan mereka berada di luar negeri, dengan berita tersebut dia menggerakkan keluarga dan kbahkan mengikuti perkembangan mereka. Rasanya sebagai obat rindu, karena sebagai seorang suster tidak mungkin saya pulang setiap saat ada acara di rumah.
Kami pulang cuti satu tahun sekaliitupun kalau saya bertugas di Indonesia (Jawa), kalau saya bertugas di Luar Negeri atau Luar Jawa, punya waktu Cuti 3 tahun sekali, memang sih waktu dirumah diperpanjang ( 2 Minggu) tidak termasuk perjalanan. Dengan FB hubungan , saling menyapa keluarga, pertemanan berjalan semakin baik dan kita dapat menembus banyak orang.
FB juga dapat untuk karya kerasulan, menuliskan renungan, kata mutiara, opini yang memberi semangat bagi para pembaca .Karena FB digunakan banyak orang sehingga effektif sebagai karya kerasulan. Sebagaimana dikatakan oleh Bapa Suci dalam hari Komunikasi Sedunia ke 44 ditulis demikian :” Menggunakan teknologi komunikasi baru merupakan hal yang perlu dalam menjawab secara tepat tantangan-tantangan yang dirasakan kaum muda di tengah pergeseran budaya masa kini. Dunia komunikasi digital dengan daya ekspresi yang nyaris tak terbatas mendorong kita untuk mengakui apa yang disampaikan oleh St.Paulus:'celakalah aku jika aku tidak mewartakan Injil (1Kor 9:16). Kemudahan mendapatkan teknologi baru yang kian berkembang menuntut tanggungjawab yang lebih besar dari orang-orang terpanggil untuk mewartakan Injil serta termotivasi, terarah dan efisien menunaikan usaha-usaha mereka. Para imam berada di ambang ‘era baru': karena semakin intensifnya relasi lintas batas yang dibentuk oleh pengaruh media komunikasi, demikian pula para imam dipanggil untuk memberikan jawaban pastoral dengan menempatkan media secara berdaya guna demi pelayanan Sabda. ( Pesan Paus Benediktus XVI pada Hari Komunikasi Sedunia ke 44, no 3 )
Penyebaran komunikasi multimedia dengan ragam ‘menu pilihan' tidak dimaksudkan untuk sekadar menghadirkan para imam di internet atau sekadar menjadikan internet ruang untuk diisi. Para imam diharapkan menjadi saksi setia terhadap Injil di dalam dunia komunikasi digital dengan menunaikan perannya sebagai pemimpin-pemimpin komunitas yang terus menerus mengungkapkan dirinya dengan ‘suara yang berbeda' yang dihadirkan oleh pasaraya digital. Dengan demikian, para imam, biarawan/ biarawati ditantang untuk mewartakan Injil dengan menggunakan generasi teknologi audiovisual yang paling mutakhir (gambar, video, fitur animasi,blog dan website) yang seiiring dengan media tradisional dapat membuka wawasan baru dan luas demi dialog, evangelisasi dan katekese. . ( Pesan Paus Benediktus XVI pada Hari Komunikasi Sedunia ke 44, no 4 )
Saya rasa tidak hanya Para iman saja yang bertanggung jawab untuk merasul via dunia digital, namun umat Allah yang bertanggung jawab dan termotivasi untuk Mewartakan Sabda dan menanamkan moral dan karakter yang baik teristimewa pada kaum muda. Maka siapapun yang merasa bertanggung jawab untuk ini alangkah baiknya mau menggunakan dunia digital untuk merasul, menjalin persahabatan dan mencanangkan Bhineka Tungga Ika, serta mengamalkan Pancasila.
Saya pribadi salut dan kagum dengan Mgr. J Pujasumarta ( almarhum Uskup bandung ) yang selalu merasul via internet ya Face Book ( Bahkan sampai 2 akunnya karena yang 1 sudah penuh) dan punya blogspot serta multiply yang memuat berita segar, kocak memberi pencerahan pengetahuan bagi yang mengunjungi situsnya. Sehingga tak heranlah kalau Mgr. Leopoldo Girelli mengumumkan secara "resmi" sebagai Uskup internet Indonesia dan http://pujasumarta.multiply.com sarat dengan kejenakaan, dalam peresmian beliau sebagai Uskup Agung Semarang, waktu itu . ( berita ini saya terima dari Email KAS)
Alangkah bijak dan baik kalau kita mencantumkan identitas jelas siapakah saya di Face book. Supaya orang lain benar tahu siapa saya dan tidak salah sasaran ( dalam arti mereka hanya mau kenal-kenalan saja dan basa basi atau bahkan menggoda). Dengan identitas jelas mereka yang mau berkenalan/ nge - add kita sungguh tahu dan dapat berkomunikasi dengan baik, bijaksana.
Kebanyakan saya mendapat teman baru baik dalam maupun Luar Negeri.Tidak jarang teman lama dari Sekolah maupun satu kota yang lama tidak berjumpa akhirnya ketemu via Facebook. Mereka itu minta didoakan, sharing iman, ide, pengalaman dll sehingga saya merasakan bahwa Facebook adalah sarana untuk karya kerasulan via dunia maya. Dari Perkenalan dunia maya pada akhirnya bertemu didunia nyata dan itu sungguh baik untuk saling menguatkan, membimbing dalam peziarahan bersama menuju Sang Khalik.
Permainan di Facebook dan Permainan lain yang membahayakan
Mengingat bahwa anak-anak jaman sekarang sangat hoby untuk bermain di internet, maka pada kesempatan ini saya ingin sharing tentang permainan. Dalam kenyataannya dari hasil Riset Tim Inovasi Pendidikan & Tim Psikologi Buah Hati minimal 15 jam per Minggu anak-anak main games di Internet, jadi rata-rata sehari 2,5 jam. Ada permainan yang baik ada yang buruk bahkan oleh Oknum tertentu Permainan di internet disasarkan untuk anak SD kelas 3 hingga SMU yang akhirnya merusak mental dan moral mereka karena dalam permainan tersebut disajikan kekerasan dan pornografi. Jadi mereka sejak usia dini dirasukki dengan Paermainan tersebut sehingga di otak anak terbentuk “ PUSTAKA MODEL PORNO “ Betapa mengerikan memang. Bahkan sering terjadi mereka yang ingin merusak metal anak bangsa membagikan DVD/ VCD dengan cuma-cuma diseberang sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta. Hal ini sering terjadi di kota-kota besar. Maka perlulah ditinggkatkan kerja jejaring antara sekolah dan orang tua serta aparat masyarakat tekait, supaya kita dapat memberantasnya. Jenis permainan tersebut yang mengandung kekerasan dan pornografi antara lain
* GTA San Andreas " mengajarkan anak mencuri mobil dan menembak SIM I & II
Playboy
Lorry
7 SMS
Ply the Mansion
The Warrior
GTA Vice City
Naruto
Smackdown
Ragnaroc
Aksi (Action)
Shooter (First Person Shooter/FPS)
Action Adventure
Adventure
Construction/Life/Management/Sport Simulation
Role Playing
MMORPG (Massively Multiplayer Online Role Playing Game)
Strategy
Vehicle/flying simulation
Nah di Facebook ada pelbagai permainan antara lain Farm Ville, Treasure Isle, Café World, Yo Ville, Pet Ville, Frontier Ville. Untuk mengetahui dunia anak sayapun dulu sewaktu masih sebagai Kepala sekolah ikut bermain di Facebook, semula saya memang di add oleh murid saya. Karena saya senang berkebun maka saya memilih permainan Farm Ville. Permainan ini mendidik, semula kita mendapat modal tanah, dari tanah itu kita kembangkan dengan bercococok tanam, saling memberi benih, bekerja dikebun tetangga dan menambah modal, membeli atau mendapat kiriman binatang, mendekorasi kebun. Singkat kata Si Pemain dapat mengembangkan modal, mengatur kebunnya dan punya rasa social dan perhatian dengan kebun tetangga dan kebutuhan tetangganya sehingga kebun sendiri bisa berkembang dari modal yang didapat dari kunjungan/ kerja dan perhatian pada tetangga. Ternyata tetangga saya tidak hanya terdiri dari anak didik,tapi juga para imam, suster dan Orang tua murid serta Opa Oma mereka, bahkan beberapa orang luar negeri.
Internet sebagaimana pisau, bisa digunakan untuk mengupas buah atau memotong sayur dan kita konsumsi sehingga menyehatkan, atau bisa digunakan untuk menusuk bahkan membunuh. Yang penting kita meski sadar diri dan menyadarkan anak didik atau sesama kita untuk menggunakan Face Book & internet dengan penuh bijaksana dan keperluan mendidik dan mengembangkan jati diri kita semakin terbuka wawasan dan waspada pada dunia diluar kita, serta kemauan untuk selalu belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H