Mohon tunggu...
Monika Ekowati
Monika Ekowati Mohon Tunggu... Guru - Seorang biarawati Tarekat SND--> ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Betapa indahnya hidup ini, betapa saya mencintai hidup ini, namun hanya DIA yang paling indah dalam Surga-Nya dan dalam hidupku ini, saya akan mencintai dan mengabdi DIA dalam hidupku ini ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hatiku Terkuak (Part 1)

11 Juli 2020   14:58 Diperbarui: 11 Juli 2020   15:27 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teriakan para Korban ( indo.progres )
Teriakan para Korban ( indo.progres )
Dua  cerita  diatas  adalah  kisah  nyata  para  perempuan  yang  menderita,  dalam  cengkeraman  dan  diexploitasi  tubuh  dan  harga  dirinya namun  tidak  ada  yang  menolong. Itulah  gambaran  yang  terjadi  dari  dulu  hingga  saat  ini, yang  disebut  HUMAN  TRAFFICKING.  Human trafficking tidak hanya soal perdagangan :Melainkan sebagai Organized Crime (kejahatan yang terorgansir). Artinya alur dan system kerjanya berjalan secara sistematis dari hulu sampai hilir, sama dengan perdagangan senjata dan narkoba.

Apakah  sebagai  manusia,  bahkan  perempuan,  hati  kita  tidak  terkuak,teriris  ikut  berbela  rasa  atas  penderitaan  mereka?  Sampai  detik ini  banyak  saudara/ saudari  kita  khususnya  perempuan  dan  anak-anak  menjadi  objek  dan  sasaran  para  pelaku  Human  Trafficking!

Pada tahun 2002 Indonesia menjadi peringkat kedua dalam hal kejahatan trafficking. Indonesia dianggap tidak melakukan upaya yang maksimal dalam penuntasan human trafficking.Tragis  memang, apalagi  pemerintah  dengan  jelas  menyebut  para  TKI /TKW  dengan  sebutan  " PAHLAWAN  DEVISA"

Kami  para  religius  dalam  wadah  IBSI (Ikatan Biarawati Seluruh Indonesia)  

 berjuang  untuk  menolong  korban  Human  Trafficking. Sr  Antoni, PMY, serta  para  provincial  yang lain  aktif  sebagai  pegerak  dan  menyuluh  api  semangat  para  biarawati  untuk  berusaha  mencegah serta  mengadakan  penyuluhan,  dalam berbagai  lokakarya  yang pernah diadakan antara  lain di  Klaten  selama  2  Minggu, serta pada  tanggal 28 Ferbruari -  4  Maret   2010     Jaringan Biarawan---Biarawati Peduli Kemanusiaan DKI Jakarta & Jabar Bekerjasama dengan IBSI  mengadakan  Lokakarya  dengan  Tema : Sebagai  Karya Keselamatan Kaum  Perempuan  dan  Anak, di  Wisma  KWI  Pondok  Labu  Jakarta Selatan. Dalam  Lokakarya  itu  yang  diikuti oleh  Imam, Bruder  dan  para  biarawati.  Kami  juga  mengadakan  Exposure di  berbagai  tempat  antara  lain :

Ke  Caf,Rumah Sakit Jiwa  yang  menampung  para  TKI  yang  stress  berat  bahkan  gila. Bambu  Apus, Kali  Malang (  tempat  lokalisasi) , tempat anak  jalanan dan  Bandara terminal 4  tempat  datang  dan  perginya  para  TKI. Setiap  kelompok  terdiri  dari  6  orang,  kami  pergi  dari jam 09.00  sampai  22.00, ada  yang  perginya  malam pkl 22.00  dan  pulang  pagi.  

Setelah  exposure, kami  sharingkan  dan men dramatisasikan, pengalaman  kami semalam  sebelum  hari  penutupan  lokakarya. Meskipun dalam  dramatisasi  itu  mengundang  gelak  tawa, kami  masing-masing  peserta berusaha  menghidupkan  kembali  pengalaman  exposure, namun  membuat  hati  juga  tercabik-cabik  setelah melihat  kenyataan  yang  ada. Bahwa  harkat  manusia  sungguh  tidak  dihargai  dan diexploitasi sebegitu  rupa, sangat  mengerikan.

Salah  satu  pengalaman  EXPOSURE

Dalam  kelompok, kami  kebagian  exposure  ke  bandara  tepatnya  di  Terminal 4  yang  tempatnya  terpisah  dari terminal  lainnya terminal 1,2,3 untuk  para  penumpang  yang  bukan  TKI. Saya  pribadi  sangat  bersyukur  boleh  mengalami  pengalaman  ini, karena kami memperoleh begitu banyak pengalaman dan begitu banyak rasa  haru biru  bergejolak  dihati.  Sehari  penuh  kami  pergi  dari  jam  10.00  hingga  22.00 malam, ternyata  bukan  bandara  saja  yang  kami  kunjungi,namun  kami  perlu  bantuan  untuk  dapat  menembus  terminal 4.

Kami  menyembunyikan identitas  kami  sebagai  biarawati,tapi kami  hadir  sebagai  pekerja  social. Pertama  kami  pergi ke  kantor Migran Care sekaligus  juga  menjadi  tempat   penampungan  para  migrant. Kami  menjumpai  Mbak  Lusi ( nama  samaran )  yang  akan  mendampingi kami  menuju  bandara.  

Dia  dulu  juga  TKI  di  Singapore. Selama  5  tahun  dan  menjadi  sukarelawati  serta  berhasil  membentuk  organisasi untuk  membela  hak-hak  para  TKI. Sekarang  dia  bekerja  di  kantor  Migran  Care dan  banyak  membebaskan  para  migran  untuk  dapat bekerja  di  negara  sendiri  serta  memberi penyuluhan  pada  mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun