Setelah Bel berbunyi, saya mendampingi anak yang berdoa pagi via radio sekolah, membaca renungan pagi dan Cerita Cinta dari Buku Pendidikan Karakter, sesudah itu, keliling, dan mengerjakan administrasi, dll.hingga jam sekolah usai pukul 13.30 ditambah afternoon class untuk pengembangan bakat dalam berbahasa Inggris, hingga pukul 14.30.
Tapi apa yang terjadi sering banyak hal mengubah jadual yang sudah pasti misalnya, baru saja keluar kantor, seusai renungan pagi sudah banyak Orang tua yang mau menghadap dengan berbagai masalah, atau ada kejadian di luar dugaan. Untuk menghadapi semuanya, saya membutuhkan kekuatan lain diluar diriku, yakni Kekuatan Tuhan Sang Sumber rahmat, supaya saya tetap seimbang, bijaksana mengambil keputusan dan tidak teledor dalam menghadapi masalah.
Dalam Kitab Suci ada kejadian yang menarik , ketika Orang Farisi datang kepada Yesus dan membandingkan Murid Yohanes yang berpuasa, sedang murid-Nya tidak berpuasa, dan Yesus memberi perumpamaan:” Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itu pun hancur.
Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula “.( Luk 5: 37-38). Dalam Perumpamaan ini kantong kulit tempat anggur sangat menarik bagi saya. Katong Kulit bagi saya adalah HATI ku, tempat bermuaranya Sabda dan tempat untuk menyimpan Sabda Tuhan.
Hatiku hendaknya selalu siap dibaharui dengan mendengarkan firman, bacaan rohani, waktu hening untuk pemeriksaan bathin, saat secara khusus berkontak dengan Tuhan sehingga hati kita bisa mejadi ladang yang menumbuhkan dan melahirkan kebaikan Tuhan. Hati yang baik akan melahirkan pikiran, kata, tindakan yang baik, begitu sebaliknya hati yang jahat akan menularkan kata-kata, pikiran, perbuatan yang jahat. “ Hati manusia mencerminkan manusia itu” ( Mazmur27:19 )
Saya masih ingat pada saat Orde Baru, ditahun 70-an , banyak orang yang tidak bersalah digaruk / ditahan karena difitnah sebagai PKI, walaupun dalam kenyataannya hidup orang itu baik dan tulus, punya agama yang jelas. Betapa banyaknya penderitaan saat itu, istri dan anak terlantar karena ditinggal ayahnya, juga anak dan ayah ditinggal ibunya yang ditahan tanpa sebab, bahkan penderitaan itu dirasakan turun temurun oleh anak-anaknya yang sulit mendapat pekerjaan karena Cap PKI tersebut.Ini banyak dialami oleh teman dan tetanggaku.
Kalau mereka tidak beriman teguh pastilah mereka memberontak kepada Tuhan bahkan mungkin mengutuk Tuhan. Tapi kekuatan iman dan persatuan dengan Sang Maha Hidup mampu menguatkan mereka untuk bertawakhal bahwa suatu saat kebenaran akan berpihak pada mereka dan kejahatan akan terungkap.
“ Becik ketitik olo ketoro” ( kebaikan dan keburukan akhirnya Nampak beda dan diketahui ) demikian pepatah Jawa yang menjadi pegangan dalam berharap mampu menguatkan hati untuk mengukir hidup menjadi indah, walau penderitaan mendera hidup tanpa sebab, karena Sang Sumber HIDUP telah memberi contoh kekuatan maha dasyat memberikan DIRINYA menderita dan wafat disalib untuk menghantar kita pada fajar kebangkitan HIDUP Baru bersama Sang SURYA KEBENARAN.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H