Pagi yang cerah, disinari mentari pagi nan bersinar merekah, setelah kami mengalami keheningan dalam retret selama satu minggu di lereng gunung Lawu, di rumah khalwat Santa Maria,kini kami melaju ke Yogya dan menginap di biara SND Sendang Asih, selama dua hari.
Karena kami akan melanjutkan acara pertemuan para guru se Yayasan Santa Maria di Wisma Retret Salam, maka waktu luang dua hari akan kami manfaatkan untuk cari informasi.
“ Mau kemana pagi ini?, tanya sobatku
Bagaimana kalau kita ke Candi Prambanan , sekalian mencari informasi untuk pertemuan internasional para Suster sedunia “
“ Ok, saya setuju, kita pergi setelah misa, doa pagi dan doa pribadi ya!”
“Ok, siap jam 09.00 ya kita berangkat !”
Sama seperti hari-hari sebelumnya hari ini juga begitu cerah. Kami melaju naik angkot kota untuk mengejar waktu. Sampailah kami di Candi Prambanan yang cantik dengan keelokannya menanti kedatangan para pengunjung. Sesampai di pintu masuk kami ditawari program wisata paket atau single. Program paket meliputi kunjungan ke Candi Ratu Boko. Setelah kami mendapat informasi lengkap, kami sepakat untuk mengambil paket untuk ke candi Ratu Boko ( CBR ). Apalagi kami hanya pernah mendengar cerita tapi belum pernah mengunjungi tempat itu.
Menuju ke CRB kami diantar oleh mobil khusus wisata paket Candi Prambanan, menuju lokasi kira-kira 2 km arah selatan Candi Prambanan. Tempat yang luas situs peninggalan masa lalu yang menyimpan sejarang bangsa dimasa kejayaan kerajaan Hindu dan Budha di Jawa. Kami berjalan dibawah terik matahari menyusuri lokasi, dengan rasa kagum dan ingin tahu untuk menjajaki lingkungan yang luas. Candi Ratu Boko terletak di atas bukit yang merupakan kelanjutan pegunungan seribu seluas lebih 2500 m2 dengan ketinggian 195.97 m.
Di tengah perjalanan kami terhenti karena tertarik dengan sekawanan domba yang mengembik ditengah kekeringan musim kemarau. Kami coba untuk memberi biscuit dari bekal kami, domba dan anak dombapun mau melahapnya, karena kelaparan. Syukur aku membawa pisau kecil, sehingga dapat memotong dedaunan untuk makan domba. Si domba nampak senang dan menerima kami, satu persatu kami menggendong anak domba. Anak domba begitu pasrah menyerah dan berwajah ceria digendongan kami.
Kami berdua terbawa dalam permenungan, mengapa Yesus Kristus Juru Selamat, mengambil lambang sebagai Anak domba? Kami baru mengerti dan memahami sekarang. Betapa domba itu menerima siapa saja yang datang, meskipun baru bertemu. Dan begitu menyerah ,menerima ketika digendong. Dia begitu jinak, pasrah, menerima dan merasa damai dalam gendongan.
Yesus sebagai Anak Domba menyerahkan diri tanpa mengembik, tanpa berprasangka buruk menyerahkan diri untuk dibantai guna menebus dosa kita. Anak domba telah memberi inspirasi disiang hari ini, atas cinta kasih-Nya yang tanpa syarat. Anak Domba Allah yang telah menyerahkan Diri nyawa-Nya untuk pengampunan dosa…
“Apa yang kau rasakan dihatimu?”, Tanyaku pada sobatku.
“ Saya bisa memahami, mengapa Yesus mengambil lambang Anak Domba?"
“Saya juga merasakan itu “, jawabku
“Ya betapa jinaknya anak domba digendongan kita,padahal baru kali ini bertemu dengan kita khan?”
Kami, sungguh menemukan makna yang dalam dihari ini akan suatu yang rohani.
Betapa nenek moyang kita berusaha untuk menjalin hubungan dengan Tuhan di tempat pemujaan yang tinggi dan indah. Di tempat yang hening dimana hanya terjadi pertemuan Sang Khalik dan hamba-Nya, dalam topangan alam luas nan indah dan subur.
Kenanganku menjangkau masa lalu, dimana nenek moyang kita menunjukkan keahlian, dan ketekunannya menyusun batu-batu besar tanpa alat bantu modern, menjadi candi nan indah, megah, mempesona, menjadi kekaguman dan kebanggaan bangsa.
Perjalanan kami lanjutkan untuk mengelingi Komplek Candi Ratu Boko,yang amat luas. Perjalanan ini sungguh memberi pengetahuan sejarah, kerohanian dan keindahan kreatifitas masa lalu. Kami kagum akan batu yang ditumpuk dan terjalin dalam keindahan penuh sentuhan seni nan artistic, ada ruang kaputren yang luas, pendopo, kolam tempat mandi para puteri raja, tempat pembakaran jenazah, serta sumur suci yang airnya sering diambil oleh para pengunjung.
Hari itu banyak pengunjung, baik turis domestic maupun turis asing, meskipun bukan hari liburan. Setelah puas berkeliling Candi Ratu Boko, kami turun kebawah karena lokasi Candi berada di atas bukit. Mobil wisata sudah ada di tempat, kami langsung menumpang bersama wisata lain menuju lokasi Candi Prambanan. Betapa cantik candi ini memikat mata dan hati para pengunjung, kujumpai turis dari Jepang, Switzeland, Perancis, Belanda Inggris dll. Sebagai orang Indonesia saya bangga bahwa kita mempunyai warisan sejarah yang sungguh mempesona, tanah air yang subur, indah menawan. Namun juga ada keprihatinan jika masyarakat belum sadar untuk bersyukur akan anugerah ini serta untuk memelihara alam semesta dan kekayaan bumi NUSANTARA yang terberkati ini.
Mentari condong di Barat , semburat warnanya semakin merah siap memeluk malam. Dengan hati puas, bahagia, menggenggam kejayaan masa lalu, kami pulang membawa berkah dari makna Anak Domba.
Oleh Sr.Maria Monika SND
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H