Mohon tunggu...
Monica Suci
Monica Suci Mohon Tunggu... -

23 tahun, pekerja, mencintai buku dan musik..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita di Selembar Langitku

29 Oktober 2013   21:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:51 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Langit. Aku tidak hanya tertarik oleh rangkaian dari huruf-huruf L-A-N-G-I-T  yang jika diucapkan,menurutku menjadi 1 kata yang romantis,tetapi aku juga tertarik dengan apa yang dimaksud langit tersebut.  Namun aku disini tidak sedang ingin berbicara mengenai ilmu kelangitan. Aku pun juga tidak tertarik dengan pertanyaan ke 'geo- geografian' seperti mengapa langit bisa berubah ubah warna? Unsur apakah saja yang membentuk langit itu? Atau ada berapakah lapisan di langit itu? Atau pertanyaan sejenisnya yang hanya bisa dijawab secara ilmiah. aku disini cuma mau bercerita tentang langit. Langitku. Langitmu. Langit kita...

Dulu saat aku duduk di Taman Kanak kanak, yang aku tau langit itu berwarna biru. Dan semenjak itulah yang aku lakukan ketika mendapat tugas mewarnai langit yaitu hanyalah mengambil sebatang pensil warna berwarna biru dan mengaplikasikannya pada gambar langitku. Aku sama sekali tidak berniat memberikan campuran warna lain atau semacam corak awan awan putihnya. Mungkin bisa dibilang sejak saat itulah Aku mulai menyukai langit biru,langit biru yang yang tidak bernoda bahkan oleh awan sekalipun. Yah.. sebenarnya mungkin juga karena langit biru memudahkan aku dalam pewarnaannya,jadi aku selalu menyukai saat-saat mewarnai langit biruku.

Tetapi setelah aku mulai bisa berpikir dan merasa,pun aku tetap menyukai langit biru itu. Memandangnya memunculkan hasrat terdalam yang ada dalam diriku. bebas,lepas dan tanpa batas. Sehingga aku tidak begitu menyukai langit dengan deretan awan. Rasa rasanya awan awan itu seperti menghalangi kebebasanku saja, ah.. apalagi jika awan awan berwarna ungu mulai menutupi, aku merasa begitu takut. Sangat takut. Entah kenapa hal itu mengingatkanku pada ayat ayat yg ditulis di kitab wahyu. Serasa langit akan runtuh dan salah satu nubuat nabi akan terbukti yaitu kiamat. Sungguh menakutkan. Dan bagian akhir dari langit ungu adalah hal yang paling menyebalkan, yang biasa disebut dengan  hujan. Langit akan menumpahkan begitu banyak air sehingga membasahiku,membuat jalanan menjadi becek dan mengotori sepatu kesayanganku.

Selain langit langit tadi,aku juga mengenal langit yang berwarna hitam,langit yang pekat,kelam. Meskipun kadang ada jutaan bintang bintang gemerlapan bak lampu disko tetapi tetap saja tidak bisa mengubah warna hitamnya. Dan bintang letaknya terlalu jauh,aku jadi sangsi bisa mengambilnya atau sekedar menari bersama mereka padahal hampir setiap hari aku menyanyikan lagu 'bintang kecil' yang isinya kurang lebih tentang menari bersama bintang,tetapi tetap saja tidak bisa membangkitkan ketertarikanku pada bintang. Lagipula langit hitam adalah penjara bagiku. Kau tau kenapa? Karena jika langit sudah mulai menghitam itu berarti aku sudah harus berada didalam kamar tidur,sudah menyelesaikan ritual gosok gigi dan cuci kaki,sudah selesai mendaraskan doa 'bapa kami dan salam maria. Nah,Bagaimana bisa aku terbang dan menari jauh tinggi ketempat bintang itu berada, sementara aku sudah harus meringkuk dibalik selimut. Bah,jangankan terbang menari bersama bintang diantara langit hitam ,keluar kamar saja nyaliku sudah ciut.

Jadi aku menyimpulkan langitku adalah langit biru. Hanya itu yang aku sukai,dan yang selalu aku tunggu setiap harinya. Langit yang bebas dan lepas, jiwa yang bebas dan lepas...

Namun beberapa waktu kemudian aku berkesempatan mengunjungi langit,bahkan aku bekerja disana.. aku bisa melihat langit secara lebih dekat meskipun aku hanya berada didalam sebuah tabung besi bermesin jet yang melayang layang,tetapi langit terasa lebih dekat, bahkan sekelilingku adalah langit.

Diketinggian 38.000 kaki tidak ada lagi yang bisa disaksikan kecuali langit. Atas,bawah,kiri,kanan,depan belakang. Semuanya langit.

Langit masih sama seperti biasanya. luas, dan tanpa batas, Tetapi setelah lebih dekat memandangi langit. aku kadang melihat gumpalan awan awan putih yang begitu menggemaskan,sejenak membuatku lupa pada si langit biru. Aku begitu gembira menatapnya. Aku seperti sedang berada di surga. Negeri awan yang indah dan nyaman,Negeri awan yang  persis seperti gambaran di serial 'kera sakti' dulu. Yang sewaktu kecil sangat aku idam idamkan. Deretan awan-awan  itu berbentuk seperti kasur yang sangat luas,empuk dan sangat nyaman yang membuatku ingin tetap tinggal dan terlelap disitu.

Namun beberapa saat kemudian langit orange membuatku melupakan negeri awan tadi. Sebelum sinar matahari beranjak pergi beristirahat diam diam dia menghambur mesra diantara gumpalan awan awan tadi,sehingga menimbulkan gradasi warna biru yang perlahan lahan mulai berubah menjadi orange.

Sisa sisa balutan gumpalan awan awan putih di langit jingga menyajikan pemandangan yang begitu indah, sungguh indah. Kombinasi yang pas yang layak disebut sempurna. bagiku,kesempurnaan langit mencapai puncaknya ketika sore hari, Itulah keindahan yang sempurna. Dimana orang orang menyebutnya langit senja. Senja yang selalu identik dengan judul puisi,novel,atau film yang romantis. dan menurutku memang begitulah nyatanya, senja itu romantis..

Dan masih di tempat yang sama, didalam burung besiku ini langit sudah berubah menjadi hitam. Saat burung besiku ini menurunkan ketinggian, kau tau kawan apa yg aku lihat? Aku melihat bintang dibawah. Bukan lagi bintang yg jauh yg tidak mungkin aku petik karena terlalu tinggi. Bintang bintang dibawah itu terasa begitu nyata,dan aku pasti ke negeri bintang itu saat pesawat ini mendarat nanti. Aku sudah tidak sabar. Karena disanalah kehidupan sosialku,tempat dimana aku tinggal,aku hidup bersama keluarga,sahabat,manusia-manusia yang lain dan tentu saja kekasihku. Ternyata bintang yang digadang gadang orang merupakan sesuatu yang harus diraih,yang biasa dianalogikan pula sebagai mimpi yang harus dicapai,yang dulu bagiku adalah hal yang mustahil untuk menari bersamanya,kini mereka menungguku. Menungguku menghampiri. Dan ternyata langit hitam,yang pekat dan kelam,yang bagiku dulu hanya sebuah penjara,kini malah memberitahu bahwa aku punya banyak sekali bintang.  Mereka mereka yang menunggu itulah bintang bintang dihidupku.

Bagiku, entah langit biru,langit berawan, langit orange atau langit hitam,semuanya memberikan makna tersendiri, yang aku yakini, bahwa aku masih menyukai langit. Sama seperti betapa aku begitu menyukai saat-saat mewarnainya dulu. Meskipun sampai saat ini aku belum menemukan sisi lain dari langit ungu selain rasa takut. Tetapi Aku percaya suatu hari nanti aku akan menemukan sisi indah si langit ungu.

Sekarang yang aku tau bahwa setiap langit mempunyai maknanya sendiri dan aku yakin semua orang mempunyai langitnya masing masing. Langit biru yang melambangkan kebebasan,kumpulan awan yang menciptakan kenyamanan,langit orange lambang keindahan sempurna nan romantis, langit hitam yang mampu menyadarkan,atau bahkan langit ungu yang menakutkan.

Namun pada akhirnya, seperti langit yang tidak selalu biru,tetapi disetiap fasenya mempunyai makna..

Aku hanyalah menikmati setiap fase itu dan tinggal disana..

Namun untukmu kukirim langit orangeku..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun