Mohon tunggu...
Monica Andrea
Monica Andrea Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

International Relations enthusiast who liked do research, reading, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aktivisme Digital dalam Pemberontakan di Myanmar: Media Sosial Sebagai Strategi Aspirasi Publik

3 Desember 2023   21:27 Diperbarui: 5 Desember 2023   11:44 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media sosial terbukti mempercepat penyebaran simbol, ide, dan pesan kampanye yang menarik perhatian dan menunjukkan niat demonstrasi damai atau non-kekerasan anak muda Myanmar.

Penggunaan Jaringan Sosial Media

Muncul sebuah jaringan di berbagai akun Facebook dan Telegram untuk para tentara Myanmar yang ingin membelot dari junta militer. Jaringan ini diorganisir oleh ratusan sukarelawan anti-kudeta Myanmar yang tergabung dalam People's Embrace (pelukan rakyat). Hal ini menarik perhatian masyarakat dan memperluas jangkauan kampanye pemberontak. Para tentara yang ingin membelot dari junta militer dapat menghubungi akun tersebut secara online kemudian akan menjalani pemeriksaan. Disediakan tempat tinggal, makanan, keamanan, hingga tunjangan bagi mereka yang lolos pemeriksaan.

Melalui strategi-strategi ini, pemberontak di Myanmar berhasil menggunakan media sosial untuk menarik perhatian masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri terkait dengan situasi politik di negara mereka.

Junta militer Myanmar yang saat ini menguasai pemerintahan merespon penggunaan media sosial oleh para pemberontak dengan pembatasan akses, pengawasan dan sensor, serta propaganda dan kontrol narasi. 

Dengan berbagai upaya ini, pemerintah junta militer Myanmar berusaha untuk mengendalikan penggunaan media sosial oleh para pemberontak dan untuk membatasi akses masyarakat terhadap informasi yang dianggap mengancam keamanan dan stabilitas negara.

Walaupun mengalami pembatasan dan pemantauan yang ketat dari junta militer, media sosial telah memainkan peran penting dalam menyebarkan informasi, memobilisasi massa, dan mempengaruhi opini publik dalam pemberontakan Myanmar. 

Media sosial memungkinkan pemberontak anti-kudeta untuk menyebarkan informasi tentang aksi protes, kekerasan yang terjadi, dan tindakan represif junta militer. Hal ini memungkinkan para pemberontak untuk mendapatkan dukungan dan simpati dari masyarakat luas baik di dalam maupun di luar negeri. 

Melalui media sosial, para pemberontak dapat menyampaikan aspirasi mereka dan mempengaruhi pandangan masyarakat terkait dengan situasi politik di Myanmar.

Masyarakat internasional tidak tinggal diam dengan konflik yang terjadi di Myanmar ini. Terdapat berbagai upaya solidaritas dan dukungan online dari masyarakat internasional bagi pemberontakan di Myanmar. 

Beberapa contoh upaya tersebut antara lain:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun