Anggraini, adalah salah satu pedagang bumbu, lapak tersebut milik orang tuanya. Hamper semua bumbu macam bumbu dapur, seperti kunyit, serai, laos, daun salam, jahe, lengkuas, bawang. Aneka bumbu itu ada yang jual dalam bentuk cepat saji, sudah digiling, ada juga yang masih dalam bentuk asli.
“Banyak, biasonyo rumah makan yang beli, iyolah sederhana, catering samo hotel jugo tapi rumah makan itulah yang paling sering. Mereka biasonyo lebeh sering beli bumbu yang sudah jadi dek, ” jelasnya.
Pada hari hari biasa tanpa event terlaksana di Palembang bumbu mentah seperti serai berhasil terjual hingga tiga karung . Para pedagang dari berbagai lokasi datang membelinya. Ani sapaan akrab pemilik lapak di Pasar Induk Retail itu, memiliki 6 pekerja tetap menyelesaikan tugas tugas membersihkan jahe, serai dan bahan bumbu lainnya. Lalu, digiling hingga siap disajikan. Pekerja pengolah bumbu dibayar 15 ribu rupiah perminggu dengan jatah per 100 bungkus.
“Yang paling laku iyolah bumbu jadi itu, untungnyo tipis tapi karno lancer jadi tetep dijalani. Sudah banyak langganan jadi walaupun dikit masih terus, biasonyo rumah makan yang banyak beli, cak sederhana dak tu palapa, ” ujarnya.
“kalo untuk 100 bungkus bumbu itu modalnyo enam puluh ribu, pacak dapet untung seratus empat puluh ribu sehari. Biasonyo hargo bumbu jadi tu duo belas setengah sekebet, tapi kareno sekarang hargo bumbu turun dan jugo banyak saingan, balek lagi jual seribu sekebet, ” jelasnya.
Harga bumbu per bungkus seharga 1250 rupiah tetapi karena turunya harga bumbu dan banyak saingan, anggraini terpaksa menurunkan harga menjadi seribu rupiah perbungkus. “Biso sampe limo atau enam jutalah sehari, tapi itu dak masuk kantong karno nk diputer lagi, jadi kalo bersihnyo itu biso limo ratus ribu. Iyolah untuk bayar koperasi, arisan, samo pegawai yang dibayar mingguan tadi, ” ungkap anggraini
Omsetnya, mencapai 6 juta rupiah permalam. Jika dikalkulasi permalam 6 juta rupiah, dikalikan dengan jumlah hari , maka 180 juta. Wow membuat aku cukup kaget. Dari total omset itu, Ani bisa mengantongi 200 hingga 300 ratu ribu rupiah untuk disimpan dan kebutuhan hidup serta pendidikan anak-anak. Lapak yang digunakan anggraini berjualan bumbu, masih berkredit pada koperasi pasar dengan biaya tiga ratus ribu rupiah satu bulan, dia dan ibunya mempunyai gudang milik sendiri untuk menyimpan bumbu dan bahan dapurnya tidak jauh dari pasar Induk.
Tahun 2018 mendatang, Ibu Kota Sumatera Selatan, Palembang, mendapat kepercayaan sebagai tuan rumah Asian Games. Alex Noerdin, sapaan akrab Gubernur Sumsel, tanpa henti mempromosikan Palembang, membangun hubungan baik di kalangan ekonomi Negara maju, Eropa dan Amerika. Sehingga banyak sekali investor datang ke kota ini.
Alex Noerdin takkan mau kalah dengan Negara Asia lain sebagai tuan rumah Asian Games karena mempertaruhkan nama Indonesia, di Palembang, Sumsel nan penuh sejarah mulai Sriwijaya hingga pembentukan NKRI. Karenanya, kebijakan Alex Noerdin berpijak pada kesejahteraan rakyat.
“Efek Asian Games sebagai pintu dan pemicu pertumbuhan ekonomi, nasional maupun Sumsel dapat mengalir ke berbagai sektor ekonomi pasar, “ jelasnya dalam suatu seminar.
Menurutnya, dengan adanya Sumsel menjadi tuan rumah event event besar menjadikan Sumsel dapat dikenal masyarakat luas baik Nasional dan Internasional sehingg dunia dapat mengetahui potensi yang ada di Sumsel dalam segala bidang yang nantinya akan memberikan dampak yang dapat mensejahterakan masyarakat Sumsel itu sendiri.