Adaptasi film dari sebuah karya sastra populer selalu menjadi tantangan besar, terutama ketika materi aslinya telah memiliki basis penggemar yang kuat. Salah satu contoh nyata dari tantangan ini adalah Artemis Fowl (2020), adaptasi dari novel populer karya Eoin Colfer. Film ini diproduksi oleh Disney dan disutradarai oleh Kenneth Branagh, sutradara yang sebelumnya sukses dengan adaptasi Murder on the Orient Express (2017). Namun, alih-alih menjadi proyek besar yang dirayakan oleh penggemar, Artemis Fowl justru menjadi salah satu kegagalan adaptasi terbesar dalam sejarah perfilman.Â
Novel Artemis Fowl adalah seri fantasi yang luar biasa yang menggabungkan elemen kriminalitas, dunia peri, dan teknologi canggih. Dengan karakter utamanya, Artemis Fowl, yang digambarkan sebagai kriminal jenius berusia 12 tahun, novel ini menawarkan premis yang segar dan menarik. Selain itu, seri ini menciptakan dunia yang kompleks dengan banyak mitologi, memberikan daya tarik universal yang membuatnya disukai di banyak tempat. Penggemar sangat menantikan kemunculan dunia imajinatif ini di layar lebar ketika Disney mengumumkan adaptasi filmnya.
Sayangnya, hasil adaptasi ini tidak memuaskan. Ketidaksesuaian dengan sumber asli merupakan komponen utama dari kegagalannya. Dalam novel, Artemis Fowl digambarkan sebagai antihero yang cerdas, manipulatif, dan seringkali tidak ragu menggunakan kemampuan intelektualnya untuk kepentingan pribadi. Namun, dalam film, karakter ini diromantisasi menjadi sosok pahlawan muda yang baik hati, yang menghilangkan kompleksitas moral karakter aslinya. Penggemar setia tidak senang dengan perubahan ini, dan inti cerita yang membedakan novel Artemis Fowl sangat rusak.
Selain mengubah karakter utama, alur cerita film sangat berbeda dari novel karena upayanya untuk menggabungkan elemen dari berbagai buku dalam seri dan membuat narasi baru yang membingungkan. Akibatnya, cerita menjadi tidak fokus dan tidak dapat menyampaikan konflik yang menjadi inti dari novel. Hal ini menjadi lebih buruk karena film memiliki waktu yang terbatas, yang membuat banyak momen penting dalam cerita terasa terlalu cepat dan tidak berkembang, naskah yang buruk juga menjadi faktor tambahan yang berkontribusi. Dialog film tampak tanpa emosi dan kedalaman. Hubungan antara karakter, seperti hubungan antara Artemis dan pelindung setianya Butler, tidak memiliki kekuatan emosional yang signifikan. Karena kurangnya pengembangan, penonton kesulitan untuk peduli dengan perjalanan karakter-karakter ini.
Selain itu, kualitas produksi tidak memenuhi standar tinggi yang biasanya diharapkan Disney dari segi teknis. Seharusnya menjadi salah satu daya tarik utama film ini, efek visualnya justru mengecewakan. Dunia peri yang seharusnya memukau ternyata datar dan tidak hidup. Padahal, film ini seharusnya memiliki efek visual yang luar biasa, mengingat biaya yang sangat besar. Pemilihan pemeran adalah kesalahan lain yang sering disebutkan. Artemis digambarkan oleh Ferdia Shaw, yang dianggap kurang mampu menggambarkan karakternya sebagai kriminal jenius. Dengan penilaian yang ketat untuk aktingnya, sulit bagi penonton untuk merasakan kecerdasan atau karisma yang seharusnya dimiliki Artemis. Sebaliknya, karakter pendukung seperti Holly Short dan Commander Root tidak dibahas dengan cukup, sehingga terasa tidak penting dalam cerita.
Kegagalan Artemis Fowl memberikan pelajaran penting bagi dunia perfilman tentang cara terbaik untuk melakukan adaptasi. Menghormati sumber asli adalah pelajaran penting. Meskipun esensi dan inti cerita harus dipertahankan, adaptasi tidak harus menjadi replika literal dari materi aslinya. Untuk adaptasi yang sukses, naskah yang kuat, pengembangan karakter yang mendalam, dan kesetiaan pada elemen penting dari cerita adalah kuncinya. Kasus Artemis Fowl juga menunjukkan betapa pentingnya kreator asli berpartisipasi dalam proses adaptasi. Penulis asli biasanya memiliki pemahaman mendalam tentang dunia dan karakter yang mereka ciptakan, dan perspektif mereka dapat berguna bagi tim produksi. Untuk membuat pengalaman menonton yang memuaskan, pemilihan pemeran yang tepat dan kualitas produksi yang konsisten juga sangat penting. Pada akhirnya, Artemis Fowl (2020) adalah contoh abadi dari bagaimana keputusan kreatif yang salah dapat merusak potensi besar sebuah cerita. Film ini mengingatkan kita bahwa adaptasi tidak hanya membawa cerita ke media baru, tetapi juga mempertahankan apa yang membuat cerita unik bagi penggemarnya.