Keterasingan dari pekerjaan
Burnout umumnya ditandai dengan perilaku menarik diri dari pekerjaan. Orang yang mengalami burnout akan merasa pekerjaannya semakin membuatnya stres dan frustasi sehingga akan bersikap sinis terhadap kondisi kerja dan rekan kerjanya. Orang yang mengalami burnout mungkin saja akan semakin menjauhkan dirinya secara emosional dan mati rasa terhadap pekerjaannya.Â
Penurunan Kinerja
Burnout akan sangat memengaruhi tugas sehari-hari baik di tempat kerja, sekolah, ataupun universitas. Orang yang mengalami burnout akan memunculkan perasaan negatif terhadap tugas-tugasnya, sulit berkonsentrasi, lesu, dan menurunnya kreativitas. Burnout pada pekerja dapat terlihat melalui menurunnya produktivitas, menurunnya efektivitas kerja, menurunnya kepuasan kerja, dan menurunnya komitmen terhadap organisasi (Nelma, 2019).
Perbedaan burnout syndrome dan depresi
Jika dilihat secara sekilas gejala burnout syndrome mirip dengan gejala depresi tetapi masih ada perbedaan di antara keduanya. Pada burnout, kebanyakan masalah berasal dari pekerjaan sedangkan dalam depresi, pikiran dan perasaan negatif tidak hanya berasal dari pekerjaan tetapi berasal dari semua bidang kehidupan. Gejala khas depresi lainnya adalah tingkat percaya diri yang rendah, keputusasaan, dan munculnya pikiran untuk bunuh diri. Orang yang mengalami burnout syndrome tidak selalu mengalami depresi. Namun, burnout dapat meningkatkan risiko depresi pada seseorang.
Cara mencegah dan mengatasi burnout syndromeÂ
Banyak cara yang dapat dilakukan seseorang untuk mencegah terjadinya burnout, baik secara fisik maupun psikis, salah satunya dengan menjaga pola hidup sehat seperti meluangkan waktu untuk berolahraga. Olahraga dapat meningkatkan emosi positif yang dapat menjaga kesehatan mental. Selain itu, menjaga kebiasaan tidur dapat membantu tubuh untuk mengatur ulang fungsi tubuh demi menjaga kesehatan fisik maupun mental.Â
Burnout dapat diatasi dengan meningkatkan efikasi diri. Efikasi diri dapat diartikan sebagai kemampuan dan keyakinan seseorang untuk menyelesaikan tanggung jawabnya agar menghasilkan tingkat kinerja tertentu sehingga dapat berpengaruh baik pada kehidupannya. Dengan begitu seseorang yang memiliki efikasi diri dapat merasakan, berpikir, dan memotivasi dirinya dalam berperilaku. Sehingga dapat membantu seseorang dalam mengatasi berbagai tekanan dan hambatan yang ditemui di tempat kerja agar dapat memperkecil stres dan dapat mencegah timbulnya burnout.
Seseorang yang mengalami burnout juga penting untuk membuka diri. Dalam artian selama berada dalam masa stres, penting untuk menumbuhkan relasi yang baik dengan keluarga serta teman-teman yang ada dalam lingkungan agar dapat membantu keadaan atau masa-masa sulit orang tersebut.
Kesimpulan