Mohon tunggu...
Monginsidi Jalil
Monginsidi Jalil Mohon Tunggu... Guru - Guru

Karena Setiap Jengkal Tanah Air Indonesia Itu Indah, Kawan ..... !!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Antara Master Kungfu, Guru, dan Uji Kompetensi Guru

18 November 2015   07:03 Diperbarui: 18 November 2015   21:56 949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sinilah letak persamaan antara cerita tentang film kungfu dan cerita tentang guru. UKG diibaratkan seorang murid dari sebuah perguruan silat yang kembali lagi untuk menantang sang guru.

Guru yang selama ini hanya mungkin menguasai satu kompetensi saja misalnya hanya kompetensi di bidang Matematika SMP tiba-tiba diserang dengan berbagai macam kompetensi yang selama ini kurang diperhatikan oleh sang guru. Beberapa guru peserta UKG bahkan sempat mengeluh karena materi soal yang diberikan pada saat Ujian Online di luar materi yang selama ini mereka ajarkan. Seorang Guru TIK misalnya yang mengajar di tingkat SMP tiba-tiba diserang dengan Materi Soal dari SMK yang tidak pernah diajarkan kepada siswa di tingkat SMP.

Okelah, tidak ada yang perlu dipermasalahkan karena seperti cerita dalam silat, sang murid yang menantang pastilah menggunakan ilmu di luar dari ilmu yang telah diajarkan oleh gurunya. Yang menjadi permasalahan jika tiba-tiba ada kesimpulan yang mengatakan Sang Guru yang ikut UKG dan memperoleh nilai rendah kemudian dianggap tidak kompeten dan dianggap tidak layak untuk mengajar.

Maaf, kompetensi seorang guru tidaklah boleh disimpulkan hanya dari dua jam saja duduk di depan monitor komputer. Tidakkah kita perhatikan berapa banyak guru yang telah puluhan tahun mengajar dan menghasilkan murid-murid yang sukses? Mungkin ada di antara kita sebagian yang masih memegang prinsip lama yang mengatakan jika seorang murid mencapai kesuksesan itu adalah karena usaha mereka sendiri dan jika seorang murid tidak sukses atau tidak lulus, itu adalah kegagalan gurunya. Sekali lagi kompetensi seorang guru tidaklah boleh disimpulkan hanya dengan dua jam memilih ABCD di monitor komputer.

Sebagai penutup, ada pertanyaan dari seorang siswa di sekolah saya yang pernah dilontarkan dan barangkali bisa dijadikan bahan renungan.

“Maaf Pak Guru, kenapa kami para siswa dituntut untuk menguasai 11 mata pelajaran yang ada di sekolah, sementara Bapak dan Ibu Guru hanya menguasai satu materi saja?“

Jawaban saya sederhana saja, “Maaf Nak, semua gurumu di sini menguasai seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah karena Bapak dan Ibu Gurumu telah melewati berbagai jenjang pendidikan sampai ke tingkat yang tertinggi yang mereka bisa. Satu mata pelajaran yang diajarkan oleh gurumu itu sekarang bukan berarti mereka tidak bisa di mata pelajaran lain, namun itulah senjata pamungkas mereka jika mereka akan diuji.“

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun