Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2005 merilis data bahwa angka buta huruf di Indonesia mencapai 10%. Kini, data itu telah jauh berkurang, bahkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi menargetkan pada 2024 angka buta huruf kurang dari 1%. Faktanya di lapangan, data yang dirilis oleh BPS pada 2023, buta huruf di Indonesia menyentuh angka 3.18%. Angka ini sudah jauh berkurang dibandingkan tahun 2005. Jika dibaca data setiap provinsi, Jawa Timur menduduki peringkat ke 3 terbesar dengan angka 6.3% penduduk dengan buta huruf.
Artinya, kini 2024 kemampuan literasi kita sudah lebih baik jika dibandingkan tahun 2005. Pada sisi yang lain, kita juga bisa memantau misal di Peprustakaan Nasional, sejak 2020 Peprusnas merilis berita tentang habisnya stok ISBN yang disediakan karena banyaknya buku yang terbit di tahun itu, persis saat tahun pandemi berlangsung. Peningkatan jumlah buku yang diterbitkan ini harusnya sejalan dengan peningkatan indeks literasi. Namun, yang terjadi di lapangan sebaliknya. Mengapa demikian?
***
- Suatu hari Anda datang ke sekolah pertama kali, kemudian menuju ke tempat parkir yang amat sangat luas, Anda dapat dengan bebas menempatkan kendaraan Anda di manapun berada. Kira-kira, posisi manakah yang akan anda pilih untuk memarkir kendaraan Anda?
Jawaban setiap kita terhadap pertanyaan di atas mestinya berbeda. Beberapa kemungkinan jawaban tersebut antara lain misal:
- Saya akan parkir kendaraan di bagian paling belakang, tujuannya jika saya keluar atau pulang, bisa lebih mudah
- Saya akan parkir kendaraan di baris pertama, agar tertata rapi dan tidak mengganggu orang yang datang berikutnya
- Saya akan parkir kendaraan di luar area parkir, karena area yang tersedia menyulitkan akses saya ke kantor
- Saya akan parkir sesuai keinginan saya tanpa peduli pada kepentingan orang lain
- dan jawaban lainnya lagi, lainnya lagi.
Perbedaan jawaban atas satu pertanyaan itu sangat mungkin terjadi, bergantung pada bagaimana kemampuan literasi kita. Pemahaman kita terhadap literasi tidak hanya berkaitan dengan nilai konseptual semata, namun juga praktiknya dalam kehidupan nyata. Jika selama ini kita memahami literasi hanya pada tingkat menghafal atau konseptual saja, itu sebenarnya sudah selesai sejak dulu. Artinya, literasi kita saat ini sudah tidak lagi membahas apa itu literasi, apa macam literasi, bagaimana konsep literasi dan manfaatnya dalam kehidupan, tidak lagi membahas itu.
Pada 2017 tentu semua kita masih ingat bagaimana GLS (Gerakan Literasi Sekolah) digalakkan, misal dengan membaca lima menit sebelum pembelajaran dimulai. Saat itu getol banget literasi di sekolah-sekolah digalakkan dengan ragam program dan ragam variasi kegiatan. Inilah sebenarnya yang menjadi salah satu sebab mengapa kita gagal memaknai dan mengimplementasikan literasi dalam kehidupan kita bahkan pada hal yang sangat sederhana, seperti menempatkan kendaraan di tempat parkir (misalnya). Karena yang kita pahami hanya konseptual semata tanpa membaca kembali, menulis ulang, menceritakan ulang, menyusun ulang dan bahkan menciptakan sesuatu yang baru dari apa yang kita baca. Literasi itu ya 3, Enlightment, Enrichment, Empowerment.
- Enlightment
Lietasi itu harus mampu mencerahkan. Literasi itu sejatinya harus mampu membantu individu memahami dirinya sendiri sebelum memahami orang lain. Melalui aktivitas literasi, seharusnya kita sendiri telah selesai dengan diri sendiri sebelum memberikan pemahaman literasi itu sendiri kepada orang lain. Enlightenment dalam literasi adalah proses di mana seseorang mendapatkan pencerahan atau kesadaran baru melalui pembelajaran dan pemahaman. Literasi ini tidak hanya tentang kemampuan membaca atau menulis, tetapi juga kemampuan memahami ide-ide kompleks dan menggali makna yang lebih dalam dari teks atau informasi. Misal, kita melihat lahan parkir yang luas, tersedia rambu-rambu tanda parkir dan garis rapi untuk menata kendaraan kita, sesuatu yang sebenarnya sederhana dan dapat dengan mudah dipahami namun belum tentu semua orang mampu mendapatkan Enlightment dari apa yang teramati oleh indera.
- Enrichment
Enrichment dalam literasi adalah proses di mana seseorang memperkaya diri dengan pengetahuan dan keterampilan baru. Literasi ini bertujuan untuk memperluas cakrawala berpikir, mengembangkan potensi, dan memperdalam pemahaman melalui berbagai sumber informasi dan pengalaman. Tujuan dari lieterasi ini adalah memberikan akses pada sumber daya intelektual kita untuk berkreasi, mencipta, melakukan, menggerakkan, dan bahkan memperkaya intelektual diri dengan khazanah pengetahuan baru.Aktivitas memperkaya diri melalui literasi tidak melakukan hal yang sama berulang-ulang, sebaliknya ia melakukan aktivitas baru untuk mendapatkan pengetahuan baru, sehingga setiap hari apa yang diketahuinya bertambah, dari satu ke dua, tiga, empat, lima dan seterusnya.
- Empowerment
Empowerment adalah dimensi literasi yang bertujuan untuk memberikan seseorang kekuatan untuk mengambil kendali atas hidupnya dan berkontribusi dalam masyarakat. Literasi pemberdayaan fokus pada kemandirian dan kemampuan untuk membuat keputusan yang berpengaruh. Lietasi yang memberdayakan sejatinya harus mampu membentuk karakter seseorang menjadi pribadi yang percaya diri, tidak ikut-ikutan, tidak mengekor, punya pendirian, punya visi jelas, memiliki keberanian. Literasi yang memberdayakan mampu membentuk karakter kemandirian seseorang sehingga dia mampu mengambil keputusan dengan tepat dan bijak tanpa terpengaruh oleh orang lain, ia juga mampu membaca situasi dan kondisi sekitar dengan baik sehingga setiap keputusan yang diambil minim risiko yang ditimbulkan
***