Mohon tunggu...
Abdul Muis
Abdul Muis Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang suka menulis, belajar otodidak dari internet tentang inovasi pembelajaran, aktif sebagai narasumber berbagi praktik baik, fasilitator PGP, Praktisi Menggajar, pendiri penerbit Klik Media dan Pustaka Mahameru, Abinya Nada dan Emil.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran P5 Bermakna? Begini Caranya

19 September 2024   13:12 Diperbarui: 19 September 2024   13:13 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu aktivitas dalam peringatan Maulid Nabi. Ini juga dapat menjadi bagian dari P5/Dok. pri

"Kami tim dari Kemendikbud Ristek RI datang ke Kota Probolinggo tepatnya di SMPN 7 ini untuk melihat lebih dekat sekaligus dalam rangka pengambilan video film dokumenter sebagai bagian dari proses pengimbasan praktik baik pelaksanaan PSP yang sudah dijalankan SMP 7. Melalui Video ini nanti, Kemendikbud Ristek RI berharap, sekolah lain bisa mengadopsi dan mengambil bagian terbaik dari sekolah pelaksana PSP ini untuk selanjutnya diimplementasikan juga di satuan pendidikannya masing-masing"

Kutipan di atas merupakan pernyataan yang disampaikan oleh Fitriyah, tim dari Kemdikbudristek yang sengajar hadir ke SMPN 7 Kota Probolinggo dalam rangka mendokumentasikan kegiatan P5 di sekolah tersebut. Saya pun berkesempatan menjadi 'bagian kecil' dari sekolah yang dipimpin oleh Pak Sudarmanto ini. Ya, bagian kecil yang turut bangga dan bahagia melihat kesuksesan sekolah dalam mengelola pembelajaran P5 melalui aktivitas sederhana namun bermakna. Pembiasaan keseharian yang dilakukan dalam aktivitas belajar murid bersama guru, menjadi bagian penting penumbuhan karakter jujur, kreatif, inovatif dan berkelanjutan. Pertunjukan sastra, simak cerita, merupakan aktivitas sederhana yang berhasil menumbuhkan karakter Pancasila pada diri murid. Puncaknya, jaran bodhag menjadi pertunjukan seru dan menghibur yang kemudian dijadikan film dokumenter oleh tim dari Kemdikbudristek.

Sebenarnya, apa sih yang membuat pembelajaran P5 di SMPN 7 Kota Probolinggo berhasil dan sukses luar biasa? berita lengkapnya silakan klik di sini.

***

Secara teori, semua kita tentu paham dan mengerti bahwa inti dari pembelajaran P5 adalah bagaimana karakter Pancasila tumbuh dalam diri murid dengan ragam elemen sebagai jembatan implementasinya. Kita bebas memilih, boleh menentukan yang mana, bebas memutuskan dengan mempertimbangkan kesiapan dan sarana prasarana pendukung di setiap satuan pendidikan. 

Apapun nama programnya, apapun kurikulumnya, apapun materinya, sebagai seorang guru, kita serupa dengan pemain musik. Sejatinya memang tidak ada seorang pemain musik pun yang ahli dalam memainkan banyak alat musik, tapi mereka bisa memainkannya dengan baik. Kita, sebagai guru pun demikian. Bagi saya (mungkin juga Anda yang sepakat dengan saya), apapun programnya, apapun kurikulumnya, apapun materinya, asal kita mampu dan menguasai bagaimana cara kita menyampaikannya (tentu dengan metode dan model serta ragam pendekatan pembelajaran), maka semua akan selesai.

Pembelajaran P5 adalah amanah dalam kurikulum merdeka. Melalui semangat merdeka belajar, kita semua 'dititipi' pengetahuan dan model serta materi yang baru, harapannya jika kelak materi ini tersampaikan dengan baik, diterima dengan benar dan tepat oleh murid, akan lahir pemimpin pembelajaran dengan semangat Pancasila, yang bukan hanya secara konseptual mampu menjawab tantangan zaman dan masa, namun juga membawa nafas Pancasila di dalam dada.

Semangat Pancasila inilah yang ingin ditanamkan dalam diri setiap murid melalui ragam aktivitas. Tak perlu heboh, apalagi mewah dan meriah. Terpenting adalah bermakna, berkelanjutan dan berkesinambungan. Kelak, aktivitas sederhana yang dilakukan diharapkan membekas pada diri murid sehingga karakter gigih, tekun, jujur, mandiri, cinta tanah air dan karakter lainnya lahir dan tumbuh subur. 

Lalu apa yang bisa kita lakukan agar pembelajaran P5 bermakna, berkelanjutan dan membekas pada diri murid? Tips berikut boleh jadi adalah solusinya.

  • Pengalaman

Melibatkan tim fasilitator dan penanggung jawab pembelajaran P5 dari guru yang berpengalaman diharapkan dapat menjadikan pembelajaran P5 lebih variatif dan inovatif. Pengalaman fasilitator yang banyak dapat semaksimal mungkin ditularkan dan bahkan diimplementasikan dalam pembelajaran P5.

Pengalaman ini bisa beragam, mulai dari lamanya mengajar, seringnya terlibat dalam aktivitas di ragam komunitas belajar, sebagai guru penggerak, instruktur, fasilitator, pengajar praktik atau bahkan mereka yang seringkali berbagi praktik baik kepada orang lain. Tentu dari pengalaman itu diharapkan dapat dilakukan ATM (amati, tiru, modifikasi) dan kemudian diimplementasikan ke dalam pembelajaran P5 di sekolah.

  • Modul Ajar

Ini merupakan perangkat penting dalam aktivitas belajar P5, baik bagi guru maupun murid. Modul Ajar P5 adalah 'cangkul' bagi petani. Saat ia ingin menggarap sawah ladangnya, maka harus dipastikan bahwa cangkulnya berfungsi dengan baik. Jangan sampai cangkul tersebut tumpul atau bahkan rusak sehingga sawah ladang yang digarapnya tidak menghasilkan apa-apa.

Modul Ajar P5 disusun dengan ragam pertimbangan. Sebelum menentukan ide apa yang akan diimplementasikan ke dalam pembelajaran P5 di satuan pendidikan, sekolah harus tahu kekuatan dan potensi yang dimilikinya, kelemahan yang harus dihindari sehingga pembelajaran P5 berjalan baik dan maksimal. Penyusunan modul ajar P5 yang dilakukan dengan baik, dengan memperhatikan misalnya: metode belajar, konten dalam modul, media yang digunakan, alokasi waktu, keterlibatan murid, alat dan bahan, maka modul ajar akan berfungsi dengan maksimal.

Perlu diperhatikan dan penting untuk dicermati adalah, penyusunan modul ajar P5 ini bukan sekadar berbasis teori dengan ragam petunjuk untuk dipraktikkan, tetapi baiknya adalah modul yang berbasis aktivitas. Semua kita tentu masih ingat saat awal dulu, semangat kurikulum merdeka dengan pembelajaran P5, menyampaikan dengan tegas bahwa siapapun yang mengajar P5 maka ia harus menanggalkan kompetensinya sebagai guru mata pelajaran. Ini berarti bahwa P5 terlepas dari mata pelajaran tertentu. Projek dalam P5 berbasis aktivitas sehingga diharapkan ada produk yang dihasilkan murid di akhir pembelajaran.

Apakah produk harus berupa barang? tentu tidak. Pembelajaran berbasis projek dalam P5 tidak harus berbasis produk dengan barang nyata, produk dapat berupa pembiasaan baik. Misal bercerita dan bertutur (story telling) seperti yang dilakukan oleh SMPN 7 Kota Probolinggo yang saya ulas di awal tulisan ini.

  • Kearifan Lokal

Lumajang punya pisang dan pasir, daerah lainnya tentu memiliki kearifan lokal masing-masing. Memaksimalkan kearifan lokal dalam aktivitas pembelajaran P5 adalah salah satu alternatif menjadikan pembelajaran ini bermakna dan menyenangkan. Selama ini jarang sekali kearifan lokal dimanfaatkan dengan maksimal. Bukan hanya dalam pembelajaran P5 bahkan dalam aktivitas belajar sehari-hari.

Lagi-lagi pengalaman berbicara banyak dalam konteks ini. Aktivitas belajar yang dilakukan oleh guru bersama peserta didik di kelas dengan semangat merdeka belajar, baiknya melibatkan peserta didik dalam aktivitas belajarnya. Salah satu yang memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik adalah penggunaan dan pemanfaatan media pembelajaran berbasis kearifan lokal, mudah didapat dan banyak ditemukan di lingkungan sekitar kelas dan sekolah.

  • Sederhana Bermakna

Kita tidak perlu berpikir muluk-muluk tentang pembelajaran P5. Amanah kurikulm merdeka menyampaikan bahwa pembelajaran didalamnya didasarkan pada keluasan dan kebebasan cara belajar murid bersama guru. Guru dan sekolah sebaiknya menyiapkan sarana dan ragam media yang mendukung pembelajaran murid di kelas. Tidak perlu mewah apalagi wah.

Begitu pula dengan pembelajaran P5. Jika berkaca pada aktivitas belajar P5 yang dilakukan SMPN 7 Kota Probolinggo, kita tentu heran mengapa aktivitas sederhana seperti membaca sebelum jam pelajaran, bertutur dan aktivitas sederhana lainnya, dapat menjadi bagian dari aktivitas belajar P5? Itu semua karena dikemas dengan disajikan dengan cara yang tepat dan benar. Lagi-lagi pengalaman menyumbangkan peran maksimal dalam hal ini. 

  • Model dan Metode

Mari kita bayangkan pembelajaran P5 seperti pembelajaran mata pelajaran pada biasanya. Mari kita bayangkan, aktivitas belajar P5 sama dengan saat kita belajar bersama murid di kelas saat mata pelajaran seperti biasa, mari bayangkan, bayangkan dulu, bayangkan saja.

Nah, setelah membayangkan, kita tentu punya gambaran, seperti apa dan bagaimana cara kita mengajar dan menyampaikan materi kepada murid saat itu? Kita mengampu pelajaran Fisika, bagaimana cara kita menyampaikan pengetahuan konseptual dalam pelajaran Fisika kepada peserta didik? Biologi? Kimia? Geografi? Bahasa Indonesia? dan semua mata pelajaran lainnya. Jika selama ini cara mengajar kita melibatkan peserta didik dengan menggunakan ragam metode dan model pembelajaran, maka tentu saat pembelajaran P5 kita sama sekali tidak akan menemui kesulitan. Sekali lagi, metode dan model ini melekat pada modul ajar. Baik modul ajar yang disajikan, rapi, teknis dan dapat dengan mudah dipahami, dimengerti dan kemudian dipraktikkan oleh orang lain, maka dengan mudah pula pembelajaran P5 dilaksanakan.

  • Libatkan Murid

Kerucut pengalaman Edgar Dalle membuka pengetahuan kita tentang bagaimana seharusnya kita belajar dan mengajar. Artinya, murid akan dengan mudah memahami konten dan materi yang dipelajari jika mereka dilibatkan. Keterlibatan murid dalam pembelajaran, mereka ikut berbuat, beraktivitas, memutuskan, mengambil peran, bermain, melakukan simulasi, mengerjakan hal yang nyata, 90% akan menjadikan peserta didik paham dan mengerti apa yang sedang mereka pelajari.

Kerucut Pengalaman Edgar Dalle
Kerucut Pengalaman Edgar Dalle

Jangan kemudian buru-buru menyampaikan ragam elemen dalam P5 sebelum murid sendiri paham bagaimana beraktivitas dan belajar dengan P5 itu sendiri. Boleh jadi, kita sendiri belum sepenuhnya paham dan mengerti apa dan bagaimana sebenarnya P5 dan praktinya di kelas.

***

Evaluasi dalam pembelajaran P5 seharusnya dilakukan kontinyu dan menyeluruh. Tidak dibernarkan kemudian jika sekolah memberhentikan pembelajaran P5 hanya karena tidak ada guru yang masuk kelas saat pembelajaran P5. Boleh jadi guru tidak paham apa yang akan mereka lakukan saat di kelas, boleh jadi modul ajar P5 yang ada, sulit dipahami oleh guru, boleh jadi pula, pembelajaran P5 kurang dapat diterima oleh sebagian besar guru karena ide dan gagasannya hanya melibatkan beberapa orang, boleh jadi juga penyebab-penyebab lainnya. Satuan pendidikan yang memberhentikan pembelajarna P5 dengan alasan apapun, sama saja berkhianat terhadap semangat merdeka belajar dalam kurikulum merdeka.

Pembelajaran P5 adalah amanat dalam kurikulum merdeka. Semangat kurikulum merdeka hendaknya juga menjadi semangat kita bersama dalam memberdayakan dan memaksimalkan potensi dan kompetensi dalam diri murid. Sebagai guru, kita bertugas menjadi fasilitator, tugas kita bukan hanya mengajar namun juga mendidik. Jika semua kita mampu mengajar, maka belum tentu semua kita pandai mendidik. Pendidikan masa kini bukan lagi berdasarkan instruksi tapi contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Jika kita menginginkan murid yang baik dan sukses, maka contohkan pada mereka aktivitas kita sebagai guru yang baik dan sukses. Kita tidak lagi dapat menyuruh murid menjadi baik jika kita sendiri belum baik. Kita tidak bisa menyuruh murid untuk menurut dan patuh serta tunduk pada kita, jika kita belum selesai dengan diri kita sendiri. Murid saat ini bukan lagi disuruh dan diperintah, tetapi diberi contoh dan teladan uswah hasanah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun