Pengalaman ini bisa beragam, mulai dari lamanya mengajar, seringnya terlibat dalam aktivitas di ragam komunitas belajar, sebagai guru penggerak, instruktur, fasilitator, pengajar praktik atau bahkan mereka yang seringkali berbagi praktik baik kepada orang lain. Tentu dari pengalaman itu diharapkan dapat dilakukan ATM (amati, tiru, modifikasi) dan kemudian diimplementasikan ke dalam pembelajaran P5 di sekolah.
- Modul Ajar
Ini merupakan perangkat penting dalam aktivitas belajar P5, baik bagi guru maupun murid. Modul Ajar P5 adalah 'cangkul' bagi petani. Saat ia ingin menggarap sawah ladangnya, maka harus dipastikan bahwa cangkulnya berfungsi dengan baik. Jangan sampai cangkul tersebut tumpul atau bahkan rusak sehingga sawah ladang yang digarapnya tidak menghasilkan apa-apa.
Modul Ajar P5 disusun dengan ragam pertimbangan. Sebelum menentukan ide apa yang akan diimplementasikan ke dalam pembelajaran P5 di satuan pendidikan, sekolah harus tahu kekuatan dan potensi yang dimilikinya, kelemahan yang harus dihindari sehingga pembelajaran P5 berjalan baik dan maksimal. Penyusunan modul ajar P5 yang dilakukan dengan baik, dengan memperhatikan misalnya: metode belajar, konten dalam modul, media yang digunakan, alokasi waktu, keterlibatan murid, alat dan bahan, maka modul ajar akan berfungsi dengan maksimal.
Perlu diperhatikan dan penting untuk dicermati adalah, penyusunan modul ajar P5 ini bukan sekadar berbasis teori dengan ragam petunjuk untuk dipraktikkan, tetapi baiknya adalah modul yang berbasis aktivitas. Semua kita tentu masih ingat saat awal dulu, semangat kurikulum merdeka dengan pembelajaran P5, menyampaikan dengan tegas bahwa siapapun yang mengajar P5 maka ia harus menanggalkan kompetensinya sebagai guru mata pelajaran. Ini berarti bahwa P5 terlepas dari mata pelajaran tertentu. Projek dalam P5 berbasis aktivitas sehingga diharapkan ada produk yang dihasilkan murid di akhir pembelajaran.
Apakah produk harus berupa barang? tentu tidak. Pembelajaran berbasis projek dalam P5 tidak harus berbasis produk dengan barang nyata, produk dapat berupa pembiasaan baik. Misal bercerita dan bertutur (story telling)Â seperti yang dilakukan oleh SMPN 7 Kota Probolinggo yang saya ulas di awal tulisan ini.
- Kearifan Lokal
Lumajang punya pisang dan pasir, daerah lainnya tentu memiliki kearifan lokal masing-masing. Memaksimalkan kearifan lokal dalam aktivitas pembelajaran P5 adalah salah satu alternatif menjadikan pembelajaran ini bermakna dan menyenangkan. Selama ini jarang sekali kearifan lokal dimanfaatkan dengan maksimal. Bukan hanya dalam pembelajaran P5 bahkan dalam aktivitas belajar sehari-hari.
Lagi-lagi pengalaman berbicara banyak dalam konteks ini. Aktivitas belajar yang dilakukan oleh guru bersama peserta didik di kelas dengan semangat merdeka belajar, baiknya melibatkan peserta didik dalam aktivitas belajarnya. Salah satu yang memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik adalah penggunaan dan pemanfaatan media pembelajaran berbasis kearifan lokal, mudah didapat dan banyak ditemukan di lingkungan sekitar kelas dan sekolah.
- Sederhana Bermakna
Kita tidak perlu berpikir muluk-muluk tentang pembelajaran P5. Amanah kurikulm merdeka menyampaikan bahwa pembelajaran didalamnya didasarkan pada keluasan dan kebebasan cara belajar murid bersama guru. Guru dan sekolah sebaiknya menyiapkan sarana dan ragam media yang mendukung pembelajaran murid di kelas. Tidak perlu mewah apalagi wah.
Begitu pula dengan pembelajaran P5. Jika berkaca pada aktivitas belajar P5 yang dilakukan SMPN 7 Kota Probolinggo, kita tentu heran mengapa aktivitas sederhana seperti membaca sebelum jam pelajaran, bertutur dan aktivitas sederhana lainnya, dapat menjadi bagian dari aktivitas belajar P5? Itu semua karena dikemas dengan disajikan dengan cara yang tepat dan benar. Lagi-lagi pengalaman menyumbangkan peran maksimal dalam hal ini.Â
- Model dan Metode
Mari kita bayangkan pembelajaran P5 seperti pembelajaran mata pelajaran pada biasanya. Mari kita bayangkan, aktivitas belajar P5 sama dengan saat kita belajar bersama murid di kelas saat mata pelajaran seperti biasa, mari bayangkan, bayangkan dulu, bayangkan saja.
Nah, setelah membayangkan, kita tentu punya gambaran, seperti apa dan bagaimana cara kita mengajar dan menyampaikan materi kepada murid saat itu? Kita mengampu pelajaran Fisika, bagaimana cara kita menyampaikan pengetahuan konseptual dalam pelajaran Fisika kepada peserta didik? Biologi? Kimia? Geografi? Bahasa Indonesia? dan semua mata pelajaran lainnya. Jika selama ini cara mengajar kita melibatkan peserta didik dengan menggunakan ragam metode dan model pembelajaran, maka tentu saat pembelajaran P5 kita sama sekali tidak akan menemui kesulitan. Sekali lagi, metode dan model ini melekat pada modul ajar. Baik modul ajar yang disajikan, rapi, teknis dan dapat dengan mudah dipahami, dimengerti dan kemudian dipraktikkan oleh orang lain, maka dengan mudah pula pembelajaran P5 dilaksanakan.
- Libatkan Murid