Minggu ini menjadi minggu yang paling membahagiakan bagi saya juga teman-teman di sekolah. Boleh jadi ini pertama kali dalam sejarah sekolah kami, salah satu peserta didik kami berhasil meraih dua medali emas sekaligus di ajang O2SN tingkat Nasional. Euforia, kebahagiaan dan mungkin juga narsisme, semua tumpah ruah jadi satu. Kegembiraan itu kami wujudkan dalam nobar di depan ruang guru. Bukan hanya guru namun beberapa peserta didik ikut menyaksikan, bagaimana salah satu teman mereka, Valen Ozora Widotama, peserta didik kelas XII-1 berlaga di ajang O2SN bidang olahraga renang.
Saranan prasana disiapkan, laptop, layar berukuran besar, juga audio, ikut melengkapi nobar yang digelar pagi itu, kami semua ikut ndredeg menunggu Valen berlaga, kami semua tidak sabar ingin tahu, apa gerangan yang akan terjadi pada Valen, menang dan jadi jawara, juara 2, juara 3 atau bahkan tidak mendapatkan medali sama sekali?
Pertanyaan itu kemudian terjawab hanya dalam beberapa menit. Valen benar-benar menunjukkan kemampuannya dan membuktikan bahwa dialah yang terbaik. Turun di dua nomor cabang lomba renang, Valen berhasil meraih emas pada dua nomor tersebut. Luar biasa. Dan, kamipun bersuka cita, berbahagia, ikut merasakan kebahagiaan dan keberhasilan yang diraih oleh Valen Ozora Widotama, peserta didik SMA Negeri 1 Yosowilangun, Lumajang, Jawa Timur.
Prestasi yang diraih oleh satu peserta didik di sekolah saya ini, rupanya mampu menghadirkan dampak positif bagi orang lain, bagi saya sebagai guru, mungkin juga teman-teman guru yang lain, bagi teman-teman Valen sesama peserta didik, dan boleh jadi juga akan berdampak besar bagi satuan pendidikan di mana Valen berada, SMA Negeri 1 Yosowilangun.
***
Prestasi adalah bagian penting dari capaian kehidupan dan perjalanan karir seseorang, apapun itu, entah prestasi tingkat RT, RW, desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, nasional bahkan internasional, semua memiliki cerita dan jalannya sendiri-sendiri. Prestasi ini akan dibaca oleh orang lain, mereka akan melihat bagaimana seseorang berprestasi dan kemudian mengatakan: "hebat, luar biasa, keren, top, super", serta pujian-pujian lainnya.
Namun, semua kita sepertinya perlu mengingat kembali, bahwa di mana ada usaha yang kuat, di situ akan ada keberhasilan. Saya jadi teringat pada film Negeri Lima Menara besutan A. Fuadi. Satu ketika, seorang guru memasuki kelas dengan membawa sebatang kayu dan golok tumpul. Dia kemudian memukulkan golok tumpul tersebut pada sebatang kayu berulang-ulang, lama dan terus menerus, hingga akhirnya batang kayu tersebut patah dan putus. "Man Jadda wa Jada". Gemuruh gelas berbunyi nyaring dan keras, kalimat Man Jadda wa Jada berhasil menghipnotis seluruh peserta didik dan menanamkan pada diri dan hati mereka, bahwa siapapun yang bersungguh-sungguh, pasti akan berhasil. Guru ini tidak memberikan pemahaman konseptual kepada peserta didik, tetapi mencontohkan langsung melalui sebatang kayu dan golok tumpul.
Dari Valen kita belajar, bahwa dua emas yang diraihnya adalah buah dari Man Jadda wa Jada. Tak kenal panas dan terik, lelah dan letih, Valen setiap hari terus berlatih. Bahkan konon, saat puasa pun, ia harus berenang di malam hari, untuk tetap menjaga stamina dan kemampuannya dalam olah raga tersebut. Apa artinya? Jika saat ini kita semua melihat Valen (dan juga peraih medali lainnya) berhasil dan sukses, itu semua wajar. Latihan mereka terus menerus, setiap hari, istikamah, serius, sungguh-sungguh, fokus. Sama halnya seperti golok tumpul yang mampu mematahkan sebatang kayu karena dipukulkan terus menerus.
Dari Valen kita belajar, bahwa untuk mencapai titik ini, sampai pada tingkat nasional, Valen harus berjuang menyisihkan lawan-lawannya, mulai dari tingkat kabupaten, provinsi hingga sampai ke Nasional. Bukan hanya itu, dukungan orang tua menjadi salah satu faktor penting dan penentu hingga dua emas itu kemudian berhasil diraihnya kini (selain juga dukungan dari sekolah tempat Valen berada)
Dari Valen kita belajar, bahwa jika semua kita menginginkan prestasi, maka fokuslah, seriuslah, berlatihlah, jangan melakukan hal lainnya. Itu yang dilakukan Valen selama ini, tak kenal lelah, letih, siang, panas, malam, dingin, ia terus saja berlatih dan fokus, dengan dukungan kedua orang tuanya kemudian, ia berhasil sampai pada titik ini, dua medali emas O2SN tingkat Nasional, dan ini menjadi perjalanan awal bagi Valen untuk meraih prestasi-prestasi berikutnya.
Dari Valen kita belajar, bahwa jika ingin berprestasi, belajarlah, berusahalah, lakukanlah ikhtiar dengan sungguh-sungguh, fokuslah hanya pada satu hal yang kita mampu dan suka, niscaya keberhasilan akan datang menghampiri.
Fokus dan semangat inilah sebenarnya yang diinginkan dalam Kurikulum Merdeka. Mengapa struktur materi pada Capaian Pembelajaran di Kurikulum Merdeka dibuat semakin sederhana? Karena Kurikulum Merdeka ingin menyampaikan pesan kepada kita semua bahwa fokus belajar pada materi esensial akan mengantarkan peserta didik selangkah lebih dekat dengan gerbang kesuksesan.
Sayangnya, tidak semua dari kita mampu memahami dan bahkan mungkin juga mempraktikkan dengan baik bagaimana Kurikulum Merdeka dijalankan dalam aktivitas pembelajaran di dalam kelas. Semua kita masih terpaku dan mengejar nilai pengetahuan, semua kita masih saja fokus ingin mengantarkan peserta didik dengan jumlah yang banyak, diterima di perguruan tinggi, semua kita masih sibuk bagaimana agar nilai pengetahuan yang tertulis di laporan hasil belajar peserta didik dapat 'mengangkat nasib' mereka menjadi lebih baik, semua kita masih sibuk menghadirkan nilai marketable yang dalam benak kita, nilai inilah yang kelak akan menjadikan peserta didik dan mungkin juga satuan pendidikan memiliki grade yang semakin baik.
Pesan Kurikulum Merdeka ini dapat dengan mudah kita temui pada cerita saya di awal tulisan ini. Ya, dari Valen kita belajar bahwa sesungguhnya kita hanya perlu fokus pada satu hal dengan sungguh-sungguh dan 'tanpa ampun', bahkan jika perlu sampai 'berdarah-darah'. Sayangnya, semua kita masih belum sepenuhnya menyadari akan pesan penting ini. Semua kita ingin bahwa peserta didik yang kita ajar, mahir pandai serta menguasai materi yang kita sampaikan di kelas, padahal anggapan inilah yang sejatinya semakin menjadikan peserta didik 'kerdil' dan mundur selangkah dari gerbang masa depan.
Bayangkan, jika pesan kurikulum merdeka ini dapat kita cerna dan praktikkan dengan baik di dalam kelas bersama peserta didik, boleh jadi akan lahir Valen-Valen yang lain yang kelak akan berprestasi di berbagai ajang lomba, bukan hanya nasional bahkan juga internasional.
***
Siapakah yang paling berpengaruh dan memberikan kontribusi besar terhadap prestasi seseorang? Jawabannya adalah dirinya sendiri. Keluarga dan lingkungan menjadi faktor berikutnya.
Siapakah yang merasakan dampak dari prestasi yang diraih oleh seseorang? Jawabannya adalah dirinya sendiri. Berikutnya adalah keluarga dan lingkungan.
Selamat dan sukses kepada SMA Negeri 1 Yosowilangun, wabilkhusus kepada Valen Ozora Widotama, peserta didik kelas XII-1. Ke Depan, jalan semakin panjang, tantangan semakin besar, kompetisi akan semakin ketat dan menantang, fokuslah, karena fokus yang kelak akan mengantarkan pada gerbang kesuksesan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H