Mohon tunggu...
Abdul Muis
Abdul Muis Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang suka menulis, belajar otodidak dari internet tentang inovasi pembelajaran, aktif sebagai narasumber berbagi praktik baik, fasilitator PGP, Praktisi Menggajar, pendiri penerbit Klik Media dan Pustaka Mahameru, Abinya Nada dan Emil.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

MPLS Efektif dan Menyenangkan: Begini Caranya

13 Juli 2024   06:26 Diperbarui: 13 Juli 2024   20:25 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Latihan Dasar Kepemimpinan ROHIS (dok. pribadi)

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah atau disingkat MPLS, merupakan aktivitas awal semester dan tahun pelajaran baru yang rutin dilakukan di setiap sekolah. Aktivitas ini melibatkan peserta didik baru di kelas 1, kelas 7 dan kelas 10. Biasanya, dalam kegiatan MPLS yang menjadi pendamping adalah kakak kelas peserta didik baru, OSIS atau organisasi sejenis lainnya. Mereka ini yang berperan besar terhadap kesuksesan MPLS selama beberapa hari.

Ada banyak ragam cara yang dilakukan dalam rangka menghadirkan MPLS yang efektif dan menyenangkan. Bahkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi mengeluarkan panduan teknis mulai dari materi sampai metode yang dapat digunakan dalam kegiatan MPLS, bahkan lengkap dengan menit penunjuk waktu berapa lama satu sub kegiatan dalam MPLS dilaksanakan. Panduan ini sejatinya menjadi rambu-rambu bagi kita semua sebagai guru tentang bagaimana sebaiknya melaksanakan pengenalan lingkungan sekolah yang efektif dan menyenangkan.

Namun, praktiknya di lapangan terkadang tidak semudah yang dibayangkan. Boleh jadi panduan yang dibuat telah dipelajari dengan detail dan seksama, namun cara menerjemahkan panduan tersebut ke dalam aktivitas teknis menjadi keliru atau kurang tepat. Ini memerlukan ketelitian dan kolaborasi banyak pihak. Pengalaman membuktikan bahwa beberapa buku panduan yang dikeluarkan Kemdikbudristek tak jarang disalah artikan ketika dipraktikkan pada levela yang paling bawah yakni sekolah.

Oleh karenanya menjadi penting untuk melibatkan banyak pihak, berdiskusi, sharing, berkolaborasi guna menghadirkan MPLS yang efektif dan menyenangkan. Jangan sampai kemudian MPLS menjadi kegiatan yang membosankan, ajang pamer ice breaking namun esensi dari pengenalan lingkungan sekolah tidak ada sama sekali.

MPLS merupakan titik awal bagi peserta didik mengenal lingkungan baru tempat mereka kelak akan belajar. Oleh karenanya, kesan pertama yang didapat oleh peserta didik akan menjadi cermin dan boleh jadi mereka membayangkan kelak seperti itulah aktivitas belajar mereka selama berada di sekolah yang baru. Kesan pertama ini penting dan bahkan sangat penting, karena dari kesan pertama ini pula nanti pola pikir peserta didik baru akan terbentuk, mulai dari aktivitas belajar, cara guru menyampaikan materi, lingkungan tempat mereka belajar dan lain sebagainya.

Panduan atau materi yang dikeluarkan oleh Kemdikbduristek tersebut tidak akan sama sekali berarti tanpa metode yang tepat dalam mengimplementasikannya. Sinergi antara materi dan metode menjadi sangat penting guna menghadirkan pembelajaran pengenalan lingkungan sekolah yang efektif. Oleh karenanya penting untuk dilakukan penyamaan persepsi terhadap setiap materi, bukan kemudian memberikan materi begitu saja namun esensi dan cara penyampaiannya dilakukan dengan cara konvensional, miris.

Beberapa cara berikut boleh jadi adalah alternatif yang dapat dipilih dan dilakukan dalam rangka menghadirkan kesan pertama yang menyenangkan dan efektif dalam kegiatan MPLS, sehingga harapannya kesan tersebut akan membekas dan menjadi kesan yang baik bagi peserta didik baru.

Pertama, pahami materi dan pandun. Penting untuk memahami esensi materi dan panduan MPLS yang ada, agar dalam praktiknya pemahaman ini menjadi bermakna saat disampaikan kepada peserta didik baru. Pemahaman terhadap materi dapat dilakukan dengan focus group discussion sehingga melahirkan persepsi yang sama pula antar pemateri. Penting untuk persepsi ini karena materi yang disajikan akan berdampak besar kepada peserta didik, termasuk dampak tersebut adalah bagaimana cara materi disajikan oleh pemateri.

Kedua, sinergi materi dan metode. Jika pemahaman terhadap materi yang diberikan telah utuh dipahami dan dalam satu persepsi yang sama, maka langkah berikutnya adalah bagaimana menyajikan materi tersebut dengan cara yang menyenangkan dan efektif. Tentu dalam hal ini yang dapat menjadi alternatif adalah metode. Pemilihan metode yang tepat dalam praktiknya di kelas, menjadi kunci penting keberhasilan pemateri menyampaikan materinya, baik di kelas besar maupun dalam lingkup yang lebih kecil seperti gugus kelas. Dalam pemilihan metode ini, panitia MPLS perlu mengadakan penyamaan persepsi kepada seluruh pemateri, sehingga ada usaha yang dilakukan dalam rangka menghadirkan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Bahkan jika diperlukan dapat diberi alternatif metode yang dapat dipilih.

Ketiga, media pembelajaran MPLS. Pemilihan media pembelajaran juga tak kalah penting dengan metode dalam menyampaikan materi itu sendiri. Bahkan sinergi antar ketidanya (materi, metode dan media) mutlak dilakukan. Materi yang telah ada, dipadukan dengan metode yang tepat dalam praktiknya, dan menggunakan media yang efektif, efisien dan sesuai, akan menghadirkan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Jika kesan pertama belajar di MPLS menyenangkan, maka boleh jadi ke depan peserta didik akan merasa betah belajar di kelas.

Keempat, fokus pada materi esensial. Ini juga terjadi pada Capaian Pembelajaran terbaru yang dikeluarkan oleh Kemdibudristek yang juga bersamaan dengan keluarnya Permendikbud 12/2024. Materi esensial artinya materi yang dianggap penting untuk diketahui dan dipelajari oleh peserta didik. Boleh jadi panitia MPLS menambahkan materi kearifan lokal atau insersi materi kearifan lokal pada materi yang sudah ada, terutama lingkungan yang akan menjadi tempat mereka belajar kelak.

Keempat, selingi dengan ice breaking. Aktivitas MPLS boleh jadi adalah aktivitas yang melelahkan bagi sebagian besar peserta didik baru. Disamping karena lingkungan baru, mereka juga bertemu dengan orang-orang baru yang boleh jadi sama sekali belum mereka kenal. Hal ini membutuhkan effort dan waktu adaptasi tersendiri. Oleh karenanya penting menghadirkan ice breaking di sela-sela materi yang panjang dan melelahkan, agar aktivitas belajar dan staminia serta motivasi belajar tetap terjaga.

MPLS adalah ajang 'unjuk kreasi' bukan hanya bagi pendamping yang berasal dari sesama peserta didik (OSIS) namun juga guru dan bahkan panitia MPLS itu sendiri. Jangan sampai kemudian aktivitas MPLS menjadi 'ruinan tahunan' yang mengekor aktivitas tahun lalu dengan kegiatan yang membosankan. Evaluasi terhadap setiap kegiatan MPLS pada setiap tahunnya penting untuk dilakukan. Selain itu, inovasi dan kreativitas pantia MPLS diperlukan dalam rangka menghadirkan pembelajaran yang berkesan kepada peserta didik baru. 

Muara akhir dari semua aktivitas dalam MPLS adalah tindak lanjut. Menjadi tanggung jawab kita bersama, kita semua, menghadirkan suasana belajar yang baik, kondusif, humanis, berkeadilan, beradab dan memiliki ciri khas. Jangan sampai pasca MPLS, aktivitas belajar peserta didik kembali pada cara belajar konvensional, jangan sampai cara mengajar guru pasca MPLS, di ruang-ruang kelas kembali pada aktivitas membosankan dan nirmakna. Kita memang tidak dapat menuntut 100% aktivitas belajar berjalan mulus sempurna seperti yang diharapkan, namun ikhtiar dapat kita lakukan dan tentu bukan sesuatu yang mustahil menghadirkan iklim belajar yang menyenagkan dan inovatif.

Harapan kita semua, MPLS menjadi ajang unjuk kreativitas dan inovasi sehingga lahir aktivitas berkualitas yang menyenangkan, bukan sebatas menggugurkan kewajiban. Begitu, kan? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun