Keempat, selingi dengan ice breaking. Aktivitas MPLS boleh jadi adalah aktivitas yang melelahkan bagi sebagian besar peserta didik baru. Disamping karena lingkungan baru, mereka juga bertemu dengan orang-orang baru yang boleh jadi sama sekali belum mereka kenal. Hal ini membutuhkan effort dan waktu adaptasi tersendiri. Oleh karenanya penting menghadirkan ice breaking di sela-sela materi yang panjang dan melelahkan, agar aktivitas belajar dan staminia serta motivasi belajar tetap terjaga.
MPLS adalah ajang 'unjuk kreasi' bukan hanya bagi pendamping yang berasal dari sesama peserta didik (OSIS) namun juga guru dan bahkan panitia MPLS itu sendiri. Jangan sampai kemudian aktivitas MPLS menjadi 'ruinan tahunan' yang mengekor aktivitas tahun lalu dengan kegiatan yang membosankan. Evaluasi terhadap setiap kegiatan MPLS pada setiap tahunnya penting untuk dilakukan. Selain itu, inovasi dan kreativitas pantia MPLS diperlukan dalam rangka menghadirkan pembelajaran yang berkesan kepada peserta didik baru.Â
Muara akhir dari semua aktivitas dalam MPLS adalah tindak lanjut. Menjadi tanggung jawab kita bersama, kita semua, menghadirkan suasana belajar yang baik, kondusif, humanis, berkeadilan, beradab dan memiliki ciri khas. Jangan sampai pasca MPLS, aktivitas belajar peserta didik kembali pada cara belajar konvensional, jangan sampai cara mengajar guru pasca MPLS, di ruang-ruang kelas kembali pada aktivitas membosankan dan nirmakna. Kita memang tidak dapat menuntut 100% aktivitas belajar berjalan mulus sempurna seperti yang diharapkan, namun ikhtiar dapat kita lakukan dan tentu bukan sesuatu yang mustahil menghadirkan iklim belajar yang menyenagkan dan inovatif.
Harapan kita semua, MPLS menjadi ajang unjuk kreativitas dan inovasi sehingga lahir aktivitas berkualitas yang menyenangkan, bukan sebatas menggugurkan kewajiban. Begitu, kan?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H