Mohon tunggu...
Abdul Muis
Abdul Muis Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang suka menulis, belajar otodidak dari internet tentang inovasi pembelajaran, aktif sebagai narasumber berbagi praktik baik, fasilitator PGP, Praktisi Menggajar, pendiri penerbit Klik Media dan Pustaka Mahameru, Abinya Nada dan Emil.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

IHT Bagi Guru, Perlukah?

7 Juli 2024   05:56 Diperbarui: 7 Juli 2024   08:21 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Produktif. Kata ini boleh jadi mewakili aktivitas saya selama libur semester ganjil tahun pelajaran 2023-2024. Sejak minggu pertama liburarn pada pertengahan Juni 2024, aktivitas belajar saya di luar sekolah meningkat. Bersyukur karena menjadi bagian dari ragam upaya menebar kebaikan lebih luas melalui ragam aktivitas. Pertama, finalisasi penulisan buku teks utama PAI dan Budi Pekerti pada Direktorat PAI Kementerian Agama RI. Saya dipercaya menulis buku kelas XII yang rencananya buku tersebut akan launching pada tahun ini. Dunia tulis menulis memang menjadi fokus yang selama ini saya tekuni. Bagi saya, cara paling sederhana untuk ikut andil dan menjadi bagian dari goresan tinta sejarah masa depan dan bahkan sejarah bangsa ini adalah dengan menulis. Kesempatan menulis buku teks utama PAI dan Budi Pekerti kelas XII ini datang kepada saya tahun ini, setelah melalui proses seleksi dan wawancara. Saya berpikir bahwa jika kelak buku ini digunakan di kelas, dibaca oleh peserta didik, dijadikan rujukan oleh guru PAI di seluruh pelosok negeri, sungguh betapa banyak pahala yang akan mengalir, berapa banyak orang yang akan membaca dan kemudian membagikannya. Cara paling sederhana, dengan dampak yang luar biasa.

Kedua, penulis buku panduan pembelajaran PAI dan Budi Pekerti. Kesempatan ke dua ini datang belakangan setelah penulisan buku teks utama PAI dan Budi Pekerti masuk pada tahap akhir penyelesaian. Beruntung kembali karena saya menjadi bagian dari tim penulis yang jumlahnya 9 orang, berasal dari guru lintas jenjang dan pengawas. Kelak buku ini akan menjadi pemandu bagi siswa dan guru dalam belajar, menjadi teman belajar bagi guru dalam mendampingi peserta didik, menjadi rujukan dan boleh jadi buku ini juga akan menjadi penjelas ragam sintaks pembelajaran bagi guru saat belajar bersama peserta didik di kelas. Lalu apa yang berbeda dari panduan sebelumnya? Panduan ini dirancang berbasis aktivitas dan berbasis moderasi beragama. Sama dengan buku teks utama PAI dan Budi Pekerti, buku panduan ini juga mengusung tema sederhana dan aplikatif, tujuannya agar guru dapat dengan mudah menggunakannya dalam aktivitas pembelajaran di kelas.

Ketiga, IHT (In House Training). Kegiatan terakhir ini boleh jadi tidak asing bagi kita semua. Salah satu cara yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka meningkatkan kompetensi dan kreativitas guru dalam mengajar, membuat media ajar, mendampingi peserta didik belajar, menghadirkan pembelajaran yang berpihak pada murid, menjadi guru profesional, guru yang baik, guru yang melayani murid dan sebagainya. Ada ragam bentuk IHT yang biasa dilakukan sekolah, seperti misalnya pelatihan peningkatan kompetensi guru, pembelajaran berbasis projek bagi guru, diskusi terpumpun, serta banyak lagi bentuk lainnya. Semuanya bermuara pada bagaimana agar kompetensi dan keterampilan mengajar guru menjadi lebih baik dan meningkat.

Lalu, perlukah IHT diadakan di sekolah? Apa dampaknya bagi guru? Ragam jenis pelatihan yang dilakukan oleh sekolah dengan tujuan meningkatkan kompetensi guru, dapat dilakukan dengan misalnya workshop, pelatihan, termasuk IHT itu sendiri. Peningkatan kompetensi guru menjadi penting kemudian jika sekolah dapat membaca dan menganalisis bagaimana rapor pendidikan yang didapat setiap tahunnya. Pada rapor pendidikan, sekolah menjadi tahu pada sisi yang mana yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan, pada bagian apa yang perlu dipertahankan dan bahkan dikembangkan. Rapor pendidikan memang bukan satu-satunya kiblat bagi sekolah yang dapat dijadikan dasar pelaksanakan IHT, namun melalui rapor pendidikan sekolah menjadi tahu dan paham bahwa ada beberapa indikator yang mestinya perlu mendapatkan perhatian.

Peningkatan kompetensi bagi guru, apapun bentuknya memang diperlukan. Aktivitas belajar guru bersama peserta didik pada tahun-tahun berikutnya memang harus ditingkatkan. Tidak sebatas pada bagaimana cara guru mengajar selama ini, metode apa yang digunakan, media apa yang telah dibuat, prestasi apa yang telah diraih, namun lebih dari itu guru sejatinya harus mampu menghadirkan pembelajaran yang berpihak pada murid. Bukan sekadar mengejar prestasi nilai yang dapat disulap dalam waktu singkat, namun bagaimana proses belajar itu hadir melalui ragam aktivitas menyenangkan sehingga membekas pada peserta didik.

Kini, teknologi dan informasi begitu pesat dan canggih berkembang. Menjadi tugas kita sebagai guru untuk terus melakukan adaptasi dan pengembangan kompetensi, bagaimana agar pembelajaran yang dilakukan menjadi aktivitas menyenangkan dan bermakna, tidak melulu dengan pemanfaatan teknologi, boleh jadi dengan aktivitas sederhana dan bermakna, pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan membekas pada diri peserta didik.

Jika saat ini semua kita belum mahir memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, maka tak perlu berkecil hati karena ada banyak sekali cara yang dapat dilakukan dalam rangka menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan. Teknologi bukan satu-satunya cara menghadirkan pembelajaran menyenangkan. Ada banyak sekali ragam cara yang dapat dilakukan. Terpenting yang perlu dihadirkan pada diri kita sebagai seorang guru adalah keterampilan dan kreatiivitas, semangat untuk terus bergerak, berubah dan tidak lelah belajar. Memanfaatkan teknologi untuk belajar mandiri meningkatkan kompetensi, adalah cara paling sederhana yang dapat kita lakukan. Jangan lupa, salah satu keterampilan penting abad 21 yang juga harus kita kuasai adalah kolaborasi. Bukan lagi zamannya kita belajar dan sukses mendiri, namun kolaborasi dapat menjadi kunci bahwa raihan prestasi akan dapat terwujud menjadi nyata jika kita pandai membangun komunikasi dan terampil berkolaborasi.

Lalu, masih pentingkah IHT bagi guru?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun