Refleksi pembelajaran sangat penting dilakukan. Walau sederhana dan cenderung diabaikan oleh guru, ternyata refleksi ini memiliki pengaruh dan manfaat besar. Keberadaan refleksi sejatinya tidak dapat dilepaskan dari rangkaian aktivitas pembelajaran guru bersama peserta didik.Â
Melalui refleksi guru dapat mengetahui sisi mana yang lemah dan harus dikuatkan. Dengan refleksi guru menjadi paham bagian kompetensi apa yang menonjol dan dapat dijadikan praktik baik untuk dibagikan kepada sesama rekan guru.
Refleksi mengajarkan kita bercermin pada diri sendiri, sudah seberapa baikkah kita melayani peserta didik di kelas. Refleksi memberikan khazanah pengetahuan baru kepada kita bahwa boleh jadi cara kita mengajar saat ini tidak disukai peserta didik atau sebaliknya, sehingga harus diubah atau dipertahankan dan bahkan ditingkatkan.
Sebagai guru, kita memiliki tugas bukan sebatas transfer of knowledge namun juga menjadi uswah hasanah bagi mereka. Pada lingkup yang lebih luas, kompetensi sosial emosional kita sebagai guru sejatinya dapat menjadi cermin bukan hanya bagi kita sendiri sebagai guru, namun juga bagi rekan sejawat sesama guru.Â
Bagaimana kita bersikap, bertindak, memutuskan dan mengambil keputusan, dengan siapa circle kita sehari-hari, semua menggambarkan dan mencerminkan diri kita yang sebenarnya.
Kekuatan cermin ini juga bergantung pada kekuatan diri. Jika kita tetap berada di zona nyaman atau cari aman, maka hari berganti, bulan beganti dan bahkan tahunpun telah berlalu, cara kita mengajar, bergaul, dan mengambil keputusan pasti tidak akan ada perubahan. Inovasi yang digaungkan boleh jadi hanya isapan jempol belaka karena kita enggan untuk bergerak.
Salah satu keterampilan abad 21 yang harus dikuasai guru adalah kolaborasi  (selain penguasaan dan pemanfaatan teknologi dalam kehidupan pembelajaran sehari-hari).Â
Data di awal tulisan ini menunjukkan bahwa hampir seluruh peserta didik menyatakan bahwa kolaborasi menjadi salahsatu aktivitas belajar yang mereka sukai. Sebanyak 253 peserta didik kelas XI (fase E) menyukai cara belajar berkelompok dan berpasangan.Â
Data ini dapat menjadi acuan bagi kita untuk mengembangkan aktivitas belajar yang lebih inovatif lagi di tahun pelajaran berikutnya, dengan tetap menjadikan kolaborasi sebagai salah satu aktivitas belajar favorit di kelas.
Jika peserta didik telah mahir dan mulai menguasai keterampilan kolaborasi, maka kita sebagai guru tidak boleh enggan untuk bekerjasama, membuka ruang yang luas dengan siapapun, tidak sungkan untuk belajar dari siapapun, mau belajar dari siapapun dan membuka ruang diskusi dengan siapapun.Â
Salah satu bagian penting dari kolaborasi adalah sikap dan keterbukaan kita dalam menerima kritik, masukan, ide, saran dan memberikan sumbangsih pemikiran dari dan kepada siapapun.Â