Mohon tunggu...
Moneng Lisa
Moneng Lisa Mohon Tunggu... -

-

Selanjutnya

Tutup

Politik

‘Simpang Siur’ Membahayakan Keselamatan Pengguna Jalan

11 Oktober 2011   00:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:06 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Simpang Tiga adalah titik perpotongan antara dua buah jalan yang menghasilkan tiga arah.

Simpang Empat adalah titik perpotongan antara dua buah jalan yang menghasilkan empat arah.

Simpang Lima adalah titik perpotongan antara 3 buah jalan yang menghasilkan lima arah.

Simpang Siur adalah titik perpotongan antara banyak jalan yang menghasilkan kebingungan dan keresahan bagi pengguna jalan.

Selain di Denpasar, Bali, rupanya Simpang Siur juga terdapat di Provinsi Papua. Akhir-akhir ini banyak sekali titik-titik perpotongan di antara banyak jalan menuju keamanan, kemakmuran dan kesejahteraan.  Namun anehnya, para pejabat birokrat, para tokoh adat – agama, serta para aktifis LSM di Papua tidak mau saling mengalah, bahkan saling mencari keuntungan masing-masing saat dengan menciptakan banyak jalan, hingga mengakibatkan terjadinya Simpang Siur tadi.

Belum tuntas kasus boleh-tidaknya mantan Gubernur Papua Barnabas Suebu mencalonkan diri kembali dalam Pilkada Papua 2011, muncul Konferensi Perdamaian Tanah Papua (KPTP) di Jayapura yang digagas oleh Pater Neles Tebay dan Jaringan Damai Papua (JDP).

Belum jelas apa yang dihasilkan KPTP, muncul kasus pembantaian para penumpang Angkot di Nafri, Jayapura oleh Tentara Pembasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM).

Belum tuntas kasus pembantaian di Nafri, muncul kasus bentrokan para pendukung Calon Bupati – Wakil Bupati (Cabub – Wabub) di Kecamatan Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua yang menimbulkan korban jiwa.

Belum tuntas kasus bentrokan di Ilaga, muncul lagi seminar International Lawyers for West Papua (ILWP) di Inggris yang digagas oleh Beny Wenda, ILWP dan International Parliamentary for West Papua (IPWP).

Belum jelas apa yang dihasilkan ILWP, muncul lagi kasus mogok kerja para karyawan PT. Freeport Indonesia di Timika, hingga bentrokan antara para karyawan perusahaan tersebut dengan aparat polisi, hingga menimbulkan korban jiwa.

Belum tuntas kasus mogok kerja karyawan PT. Freeport Indonesia, muncul lagi Kongres Rakyat Papua (KRP) III yang digagas oleh Selpius Bobii, Forkorus Yaboisembut dan West Papua National Authority (WPNA).

Anehnya lagi… para tokoh pengagas acara-acara itu, masing-masing seakan saling memboikot satu sama lain, saling menyalip di persimpangan dan saling mendahului satu sama lain.

Entah apa yang ada di pikiran mereka ??? Mungkinkah lagu Kris Biantoro yang berjudul ‘Mungkinkah’ sedang terjadi di Papua ???? Silahkan simak lirik lagu itu, “Sampai kapankah kau harus begini… mungkinkah kau ingin terus begini. Mengapa oh mengapa… Tak perlu bertanya….”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun