Mohon tunggu...
Mindo
Mindo Mohon Tunggu... Assistant Evidence Reviewer,Nurse, Assistant Lecturer, Social Worker, Entrepreneur -

Menulis mungkin lebih baik.. Menulislahhhhh..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pinokio

31 Agustus 2017   15:18 Diperbarui: 31 Agustus 2017   15:32 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bohong kamu tukang bohong

Bohong... malu rasanya....!!!!

Inilah sekilas  cuplikan lirik lagu..

Bohong ya.. bohong...

Seorang teman saya pernah bilang, bohong demi kebaikan itu tidak apa-apa Min. Jadi kamu, saat mendekati pria jaga image aja.. Nanti setelah udah jadi baru kamu tunjukkin segala kekurangan kamu juga ga apa-apa.

Saya diam dan berpikir dalam kepala "kasihan pasangannya"

Itu dalam dunia perpacaran. Emang ada istilah "perpacaran yah" hehehe

Kita bahas tentang di dunia kerja. 

Pernah ga mengalami rekan kerja yang sering berbohong demi menutupi kelemahannya atau kesalahannya ditambah lagi mengkambinghitamkan orang lain. Wah, menunya lengkap ini. 

Dimana posisi anda?

Korban atau yang sedang mengorbankan orang lain?

Demi apa yah hal ini dilakukan?

Atau memang dunia (hati) ini sudah dimiliki setan dan kelompotannya?

Ya ya ya.. bisa jadi bisa jadi...

Bagiku, kebohongan itu tetaplah tidak baik.

Seperti kata orang, kebohongan pertama akan diikuti kebohongan berikutnya.

Kebohongan hanyalah sebuah pembelaan atas kelemahan kita dalam arti kita sedang mengizinkan diri berada di posisi terendah dan berbuat kesalahan. Orang yang paling dirugikan dari kebohongan adalah diri sendiri. Saya sebut ini adalah KESEPELEAAN.

Orang yang sering berbohong, dia menganggap sepele sebuah hal atau tidak menghargai atau menghormati diri sendiri dan orang lain.

Contoh yang kelihatan baik tetapi tidak benar.

Ibu bertanya "Sudah makan?" 

Kita jawab: Sudah Ibu..

(Padahal kita khawatir jika ibu mengetahui keadaan kita yang sedang diet. Lama kelamaan kita sakit mag. Kemudian tidak dalam waktu lama kitapun sakit)

Contoh Suami kepada Istri

Istri: "kamu sudah jadi beli tempat minum anak kita, ga?"

Suami: (daripada istri mendumel karena suami lupa) Iya, Ma. Sudah saya beli taruh di kantor.

(keliatan baik tetapi tidak benar). Bilang saja belum ada uang karena sedang nanam modal untuk usaha baru. (tidak susah). Daripada mengecewakan istri  dengan kebohongan jika tidak bisa beli dalam waktu dekat. Atau sampai meminjam uang demi sesuatu yang bisa didiskusikan. Jika yang pertama sudah dilakukan dengan begini. Permintaan istri yang berikutnya, bisa jadi dijawab dengan hal yang sama.

Jadi, kesimpulan dari kebohongan itu adalah pembenaran pada sebuah kelemahan dan mengizinkan diri berada di titik kesepelaan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun