Rute menuju pantai Poktunggal tidaklah sulit. Pergilah menuju arah Pantai Indrayanti. Nanti jalan yang lurus itu akan bercabang. Lurus ke Indrayanti, dan belok ke kiri menuju pantai Poktunggal. Ada tulisannya kok. Jadi jangan khawatir tersesat. Di situ ada semacam kios loket. Seorang pemuda biasanya berjaga. Tapi ia bukanlah wakil dari pemerintah setempat. Ia hanya pemuda biasa yang meminta sumbangan ala kadarnya untuk memperbaiki jalan menuju pantai yang masih relatif sepi ini. Poktunggal masih "swasta". Tidak ada retribusi resmi. Masih dikelola penduduk setempat. Dari belokan tadi, Anda masih harus menyusuri jalan semi-batu kira-kira 1 kilometer lagi. Tidak bisa ngebut, karena masih berbatu. Selain itu, jalannya pun sempit. Untuk papasan dua mobil, salah satunya harus mengalah. Jangan khawatir kalau Anda punya mobil sedan. Saya menyusuri jalan berbatu itu memakai Nissan Latio. Rasanya seperti dipijit-pijit. Kecepatannya? Mungkin hanya 10 km/jam. Begitu masuk daerah pantai, banyak pemuda mengibas-ibas tangannya, mengomando Anda untuk memarkirkan kendaraan di pelataran ruang usaha mereka. Kalau mau, Anda bisa memarkir kendaraan tepat menghadap ke pantai. Tarif parkirnya? Rp. 6000,- sekali parkir. Pantai ini memang eksotik. Belum punya "pintu gerbang". Tapi ada satu pohon yang membuat Anda kesengsem. Anda bisa foto-foto di pohon ini karena bentuknya yang unik itu, sepertinya pohon tersebut cocok dijadikan maskot. Sepi dan sekilas memang menyerupai Indrayanti pantai ini karena dipenuhi oleh tenda-tenda bongkar-pasang berwarna-warni. Sewanya murah. Hanya Rp. 5000,-. Berdirilah sebentar di atas pasir pantai dan nanti ada pemuda yang menjajakan tenda itu, lengkap dengan tikarnya. Jadi sembari melihat ombak yang saling memburu ke bibir pantai, Anda bisa leyeh-leyeh. [caption id="attachment_285411" align="aligncenter" width="454" caption="Pohon yang Eksotik Itu"][/caption] Jangan khawatir jika selama perjalanan "kebelet". Toilet umum sudah banyak. Tarifnya standar. Tapi kalau sudah malam hari, mereka tutup. Listrik sepertinya masih mengandalkan genset. Makan pun ada. Pop mie atau mie instant banyak dijual. Kalau Anda pergi sore hari, pukul 3 misalnya, pantai ini tidak panas. Pasirnya pun dingin. Terlebih ombaknya. Jika ingin sampai di TKP pukul 3, maka berangkatlah dari Yogyakarta kira-kira pukul 1 siang. Jalanan di Wonosari sudah lembut. Jadi Anda bisa menggeber kendaraan walaupun harus ekstra hati-hati. Ingat, Wonosari banyak jurang. [caption id="attachment_285413" align="aligncenter" width="431" caption="Ombaknya Cukup Dingin"]
- Anak-anak bisa bermain istana pasir. Tapi hati-hati, bibir pantai Poktunggal ini miring, tidak datar seperti di Pantai Parangtritis. Jadi cukup bahaya. Awasi anak-anak selagi bermain.
- Jangan membuang sampah sembarangan. Pantai ini masih "virgin". Bersih. Kalau Anda merasa nyaman, salah satunya karena pengunjung yang datang tidak membuang sampah sembarangan. Anda pun sebaiknya begitu.
- Ketika di gazebo, hati-hati terutama yang membawa anak-anak. Di tepi gazebo adalah jurang. Tanpa pagar, siapapun bisa tenggelam ke arah batu-batu yang tajam. Jagalah selalu anak Anda dan Anda sendiri.
[caption id="attachment_285416" align="aligncenter" width="516" caption="Sunset yang Eksotik itu Akhirnya Datang Juga"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H