Mohon tunggu...
Monang Ranto Vaber Simamora
Monang Ranto Vaber Simamora Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Suami dari seorang istri dan seorang gembala jemaat.

Perintah itu pelita, ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebebasan Beragama: Mengekspresikan Kebenaran dengan Kasih dan Hormat

14 September 2024   20:57 Diperbarui: 14 September 2024   21:10 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebebasan Beragama: Mengekspresikan Kebenaran dengan Kasih dan Hormat

Kebebasan dalam menjalankan apa yang diimani adalah nafas dari semua agama. Baik agama yang sudah resmi maupun kepercayaan. Dengan bernafaskan kebebasan, agama-agama dapat melestarikan iman mereka tanpa mengalami diskriminasi dari pihak manapun. Dalam kebebasan inilah setiap orang berhak memilih bagi dirinya sendiri agama atau kepercayaan yang ia anggap baik.

Karena kebebasan berpikir yang menghasilkan kebebasan berpendapat dalam beragama merupakan ciri sebuah agama yang baik, maka setiap orang bebas keluar dari agamanya dan masuk ke agama lain tanpa adanya intimidasi dari agamanya tersebut, karena penganut agama yang baik tidak mengintimidasi orang yang sudah tidak seiman dengannya.

Agama yang mengintimidasi pemeluknya yang murtad, tidak layak diikuti, karena agama itu adalah agama jebakan "Masuk kamu boleh keluar kamu mati". Agama yang mengurung pemeluknya hanya boleh percaya kepada agamanya saja dan tidak boleh percaya kepada agama lain tanpa mengalami penganiayaan atau bully, merupakan agama yang buruk, agama seperti ini sedang merampok nafas dari kebebasan manusia. Kita tahu "kebebasan untuk mengimani apapun" adalah salah satu HAK manusia yang paling hakiki.

Kita setuju keindahan dalam keragaman agama-agama terletak pada perbedaan mereka masing-masing. Dalam ke eksklusivitasan agama-agama tersebutlah terletak warna atau keindahan dari kejamakan agama-agama yang ada. Dengan kata lain ciri khas setiap agama itu adalah keekslusivannya. Keindahan dari tiap-tiap agama tidak terletak pada persamaannya dengan agama lain, karena umumnya kesamaan tidak memberikan warna yang berbeda.

Karena itu, baiklah keindahan dari tiap-tiap agama itu dinyatakan dengan cara yang hormat bukan malah di diamkan atau di taruh di gudang. Jika keindahan kebebasan beragama ini terletak pada perbedaanya maka perbedaan itu harus dinyatakan, bukan dihalang-halangi agar slogan "Indahnya perbedaan" itu tidak hanya menjadi slogan kosong yang tidak bermakna.

Anehnya, kebebasan beragama saat ini menjurus pada "pembungkaman" dari keindahan yang ada pada tiap-tiap agama tersebut. Seolah-olah dunia sedang berkata nikmatilah keindahan agamamu sendiri, padahal seharusnya keindahan itu harusnya diketahui juga oleh mereka yang berada di luar agama tersebut.

Tidak bisakah kita mencapai pemahaman yang lebih tinggi dan lebih baik dengan cara saling menyatakan keeksklusifan keyakinan kita masing-masing tanpa disertai sikap anarkis. Tidak bisakah kita menjawab agama lain dengan ajaran yang kita pegang dengan kasih? Mengapa harus marah saat agama lain mengatakan agama Anda berasal dari setan (misalnya). Haruskah Anda menciptakan sebuah undang-undang untuk melindungi agama Anda karena Anda tidak bisa berargumentasi dengan kepala dingin?

"Apakah dengan memberitahu Yesus adalah satu-satunya Tuhan kepadamu, aku telah menjadi musuhmu"? Tidak bisakah saya menyatakan keyakinanku padamu?

Menjolimi kebenaran dengan cara menutup mulut orang untuk berbicara bukanlah sikap orang yang menghormati kebebasan beragama. Menutup mulut orang lain dengan kekerasan saat dia berkata "Anda salah" adalah sikap iblis. Seperti yang Tuhan kita Yesus Kristus ucapkan "Iblislah yang menjadi bapamu". Ia mengucapkan ini kepada orang yang berusaha membunuh-Nya hanya karena Dia mengatakan kebenaran kepada mereka.

Karena itu, marilah kita saling menyatakan kebenaran yang kita pegang dan biarkan kita saling menyatakan kesalahan dari agama lain. Jika ini dapat terjadi, kita sudah masuk pada pencapaian tertinggi dari kebebasan beragama yang sehat. Kita tidak berada lagi dibawah bayang-bayang moderasi beragama yang tidak sehat, yang mengatakan "jangan menyatakan kesalahan dari umat agama lain" yang pada intinya sedang berkata "jangan melakukan ajaran agamamu".

Salah satu sifat dari kasih adalah menyatakan kesalahan. Hal itu juga sudah Anda praktikkan bukan? Kalau Anda mengasihi putri atau putra Anda pastilah Anda memperingatkan mereka dari kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan. Mengapa Anda melakukan hal itu, ya karena Anda mengasihi mereka, itulah alasannya mengapa Anda menyatakan kesalahan mereka. Tujuannya jelas, agar mereka tidak melakukan kesalahan itu lagi.

Demikianlah halnya dengan orang yang mengasihi sesamanya. Jika mereka mengetahui bahwa Anda salah bukankah hal yang baik jika mereka memperingatkan Anda bahwa Anda sedang berada dalam kesesatan? Tentu saja Anda pun bebas untuk menolak atau menerima peringatan tersebut. Itulah makna hakiki dari kebebasan beragama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun