Mohon tunggu...
Monang Ranto Vaber Simamora
Monang Ranto Vaber Simamora Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Suami dari seorang istri dan seorang gembala jemaat.

Perintah itu pelita, ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menolak Kematian dengan Membeli Immortalitas

14 Oktober 2022   08:19 Diperbarui: 14 Oktober 2022   08:39 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menolak Kematian dengan membeli Imortalitas

Di kekaisaran Cina kuno (259 SM) Kaisar Pertama China bernama Qin Shi Huang menolak kematian, dia mencari sebuah pil yang membuatnya abadi. Seluruh Cina diperiksa, seluruh ramuan diolah dan semua tabib dikerahkan untuk menciptakan pil umur panjang. Hasilnya kita tahu sendiri usahanya tersebut dijawab "Di dunia ini tidak ada yang abadi".

Dalam semua usahanya itu, pada akhirnya, dia pun kembali menjadi debu, karena dia berasal dari debu.

Di millennium ke tiga ini semakin banyak "penguasa dunia" yang marah terhadap kematian, karena itu mereka menolak kematian dengan cara membeli imortalitas. Mereka mendanai riset ilmu pengetahuan anti-penuaan. Harapannya mereka ingin hidup "selamanya" di bumi. Mereka bersiul menghadap hartanya seraya berkata "aku ingin hidup seribu tahun lagi".

Perkembangan sains di abad 21 ini cukup signifikan, karena itu manusia berpikir sains akan mampu menjawab keinginan hati banyak orang "manusia bisa hidup selamanya". Tetapi maut tersenyum dengan usaha mereka ini.

Ada sebuah guyonan di tiktok, dalam ulang tahunnya, seorang nenek yang sudah berusia 57 tahun membuang angka 5 dan tinggal angka 7 yang dia sukai. Dia tertawa melihat angka 7 tersebut tanda dia ingin kembali muda, tapi apa daya tubuh mudanya sudah berlalu.

Kita melihat di dunia ini cukup banyak manusia malu dengan umurnya, bahkan ada sebuah budaya yang "tabu" untuk menyebut umurnya. Manusia ingin umurnya selalu muda karena mereka berpikir dalam umur yang muda terdapat tubuh yang muda. Rupanya selain ingin hidup selamanya, manusia juga ingin tetap muda.

Tetapi maut tidak membiarkan semua angan-angan itu terwujud. Di seberang dia tertawa terhadap semua usaha anak-anak manusia untuk hidup "selamanya". Sebab dia tahu adalah ketetapan sang pencipta bahwa manusia yang berdosa harus mati.

Upah dosa adalah maut (Roma 3:23) sepertinya masih belum bisa diterima oleh orang yang tidak takut akan Tuhan, terutama mereka yang kaya dan para "bangsawan". Padahal kematian sudah berdiam dalam diri semua manusia sejak dia dalam kandungan.

Manusia tidak akan pernah menemukan solusi bagi kematian, tetapi Allah telah menyediakan jawabannya. Yesus Kristus menderita menggantikan orang berdosa sehingga kita bisa dibenarkan dan memiliki hidup yang kekal. "Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita" (Roma 6:23).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun