Mohon tunggu...
Monang Ranto Vaber Simamora
Monang Ranto Vaber Simamora Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Suami dari seorang istri dan seorang gembala jemaat.

Perintah itu pelita, ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketidakadilan dalam Diri Manusia Berdosa

7 Juni 2022   02:02 Diperbarui: 7 Juni 2022   02:05 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            

Berapa banyak dari kita suka dihukum akan kesalahan yang kita perbuat? Mungkin Anda tersenyum, dan bisa jadi Anda mikir bahwa Anda dan saya memang suka akan ketidakadilan, minimal bagi diri kita sendiri. Kita tidak suka jika kita mencuri dan hasil curian kita itu langsung terbongkar, 

kita suka hasil curian kita itu tidak pernah terbongkar. Kita tidak suka kejahatan yang kita lakukan ditempat tersembunyi diketahui orang lain, kita suka kejahatan itu akan tersembunyi selamanya. Anehnya, kita suka berkata "Allah itu adil" jika itu menyangkut dosa orang lain. Jika itu menyangkut dosa kita, apakah kita berkata kepada diri sendiri "Allah itu adil".

 Bagi diri orang lain, kita suka agar keadilan ditegakkan. Kita suka agar pemerkosa dihukum, begal dipenjara dan penjual manusia dihukum seberat-beratnya. Kita suka agar para aparat yang korupsi dimiskinkan dan dihukum dengan adil, 

kita tidak ingin mereka bebas dari perbuatan mereka. Rasa keadilan dalam diri kita seolah-olah akan berteriak "keadilan" bagi mereka yang melakukan kejahatan. Tapi "Jika itu kejahatan yang kita lakukan kita memakluminya".

 Ini bukan paradoks karena saya tidak percaya konsep paradoks. Ini merupakan fakta yang ada dalam diri manusia berdosa. Rasa keadilannya akan muncul saat melihat ketidakadilan di depannya dan kemunafikannya akan memperlihatkan diri saat dia sendiri melakukan hal yang jahat tersebut. Kita berpikir kalau orang lain memaki kita, kita akan marah tetapi jika kita memaki orang lain dalam hati, kita tidak memarahi diri sendiri. Tanya kenapa?

 Mengapa Anda begitu tidak adil terhadap dirimu sendiri? Jawabannya adalah kerena Anda dan saya sudah jatuh ke dalam dosa. Dosa yang bercokol dalam diri kita itulah yang membuat kita memaklumi kejahatan yang kita lakukan. 

Dosa itulah yang membuat kita toleran terhadap kenajisan-kenajisan hati kita. Dosa kita itulah yang mematikan hati nurani kita sehingga kita tidak perlu menghukum diri kita sekalipun kita melakukan banyak kejahatan.

 Salah satu kejahatan yang tersebar adalah ajaran tabularasa. Konsep tabularasa yang salah dan menyesatkan membuat orang menganggap dirinya baik sedari awal. Mereka menipu dirinya dengan berpikir bahwa dirinya adalah orang baik tetapi Tuhan Yesus berkata "hati manusia itu licik, lebih licik dari pada segala sesuatu" (Yeremia 17:9). 

Dalam pandangan manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa, manusia itu baik. Tetapi dalam pandangan Tuhan Yang Maha Esa semua manusia adalah pendosa yang "selalu menyakiti hati-Nya".

Para Atheis yang imannya melampaui iman iblis (iblis percaya Tuhan Yesus pencipta alam semesta tetapi kaum Atheis tidak percaya) berusaha menipu diri mereka sendiri dengan percaya bahwa mereka adalah manusia yang baik. Dengan begini mereka memperlihatkan "kelicikan hatinya" yang didukung oleh iblis. 

Iblis "mengipasi" konsep "manusia baik" ini untuk menipu dirinya sendiri. Mereka tidak akan sadar akan keberdosaannya, saat mereka tidak sadar akan keberdosaannya maka mereka tidak pernah mau bertobat dan datang kepada Tuhan Yesus.

Dengan kata lain hati manusia yang licik dan iblis, sedang berkata "jangan akui bahwa engkau manusia yang bejat, agar engkau tidak butuh juruslamat untuk menyelamatkanmu dari kenajisan dosamu". Konsep yang jahat ini berkata "Orang baik tidak butuh pengampunan dosa, karena orang baik tidak memiliki dosa".

Iblis bahkan lebih jauh bekerja sama dengan hati manusia yang licik untuk mencetuskan "tidak ada dosa". Dosa itu tidak ada, dosa itu hanya ilusi, dosa itu hanyalah konsep kuno, dll. Dengan meniadakan dosa maka manusia tidak membutuhkan pengampunan, karena tidak membutuhkan pengampunan, manusia tidak akan datang kepada Tuhan Yesus.

Lebih parahnya lagi iblis menciptakan ajaran "amal baik dapat menghapus dosa". Dengan berbuat banyak kebaikan dosa-dosa bisa dihapus. Di sini iblis juga bermain dan hal ini disetujui oleh manusia berdosa, mereka berpikir amal baiknya bisa menghapus dosa. 

Ini merupakan dusta terhebat dari si iblis yang dipercayai oleh banyak orang, mereka bersembunyi di balik topeng agama mereka untuk menghasilkan amal sebanyak mungkin dengan harapan dosa-dosanya terhapus.

 Tetapi itu semua hanya kebohongan di atas kebohongan, karena dia sendiri tahu "Penjahat harus di hukum". Pendosa harus dihukum atas kejahatan yang dia lakukan. Tidak adil melepaskan seorang penjahat hanya karena dia melakukan kebaikan, tidak adil seorang yang berpoligami tidak dihukum, tidak adil jika seorang LGBTQ seperti yang terjadi di kota Sodom dan Gomora tidak dihukum, 

tidak adil jika para koruptor tidak dihukum, tidak adil jika pezinah tidak dihukum, tidak adil jika perampok tidak dihukum, tidak adil jika hakim bisa di sogok dan lain sebagainya.

Jika Tuhan yang Mahaadil tidak mengadili semua manusia berdosa dan menghukum mereka atas dosa-dosanya maka Tuhan TIDAK adil. Tetapi semua manusia tahu Tuhan Yesus Mahaadil. 

Dia adalah hakim seluruh bumi. Dia akan melemparkan semua manusia ke api neraka karena neraka adalah tempat hukuman yang adil. 

Satu-satunya tempat penghukuman yang Tuhan Yesus ciptakan adalah neraka. Neraka adalah tempat penghukuman yang adil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun