Ada banyak rohaniwan gereja yang benar, tetapi jauh lebih banyak rohaniawan palsu. Oleh sebab itu semua orang percaya haruslah membuka mata rohani mereka lebar-lebar agar tidak terjebak di gereja yang dipimpin oleh rohaniawan palsu.
Di sini kita akan melihat ciri dari rohaniawan palsu (predator "rohani") dan rohaniawan benar. Setelah Anda membacanya, Anda dapat mengecek apakah Anda dipimpin oleh rohaniawan palsu atau rohaniawan yang benar.
- Rohaniawan palsu mengkhotbahkan Injil kepada jemaat agar mereka selamat, padahal dia sendiri belum selamat. Saat ditanya tentang keselamatan dia masih menjawab "mudah-mudahan", "tergantung Tuhan", "hanya Tuhan yang tahu" dan "kalau perbuatan saya lebih banyak dari dosa saya, saya akan selamat". Jawaban seperti itu memperlihatkan kebutaanya tentang kepastian keselamatan.
Rohaniawan yang masih buta secara rohani, seperti itu tidak layak diikuti. Memang yang menyelamatkan seseorang adalah "Injil Kristus", tetapi bagaimana mungkin Anda dipimpin oleh rohaniawan palsu seperti itu. Rohaniawan seperti itu tidak akan mungkin membuat Anda dekat dengan Tuhan, apalagi untuk menuntun pada keselamatan karena dia sendiri belum selamat.
Apakah rohaniawan yang memimpin Anda sudah selamat? Jika belum pergilah dari situ, mengapa Anda menjerusmuskan dirimu sendiri ke dalam lubang. Carilah rohaniawan yang sudah selamat agar dia  menuntunmu dari kebenaran kepada kebenaran.
- Rohaniawan palsu mendirikan banyak gereja untuk dijadikan lahan bisnis. Rohaniawan seperti ini menempatkan rohaniawan lain memimpin di gereja yang telah ia bangun. Rohaniawan tersebut ia gaji, tetapi persepuluhan dan persembahan dia ambil. Dia menjadikan orang lain menjadi "karyawan rohani" dalam gereja atau organisasi yang ia pimpin. Orang seperti ini tahu "berbisnis rohani" di gereja tidak kena pajak dan lagi bisnis rohani seperti ini tidak akan mengalami kerugian, yang ada adalah untung setiap bulannya dengan persepuluhan dan persembahan.
Orang-orang seperti ini bertebaran di sosmed dan bisa jadi Anda ada dalam pimpinannya. Biasanya rohaniawan seperti ini akan pamer harta sebagai bentuk kesuksesan dari Tuhan. Pamer gedung besar untuk menarik para nasabah (jemaat) untuk diperas uangnya. Pamer jumlah jemaat sekalipun dia tidak kenal siapa-siapa mereka itu. Semua ini sebagai "pancingan" bagi Anda untuk memberi lebih banyak lagi atas nama Tuhan dan dia akan makin kaya sementara Anda tetap dalam posisi Anda.
Tetapi rohaniawan yang benar itu masih banyak. Rohaniawan seperti ini bukanlah orang-orang yang beralih profesi untuk untung pribadi. Mereka mengenal siapa jemaat yang Tuhan percayakan untuk digembalakan. Mereka tahu jalan hidup seorang hamba Kristus adalah hidup sederhana karena kesederhanaan itu merupakan gaya hidup. Karena itu carilah rohaniawan yang lurus dan benar demi jiwamu dan jiwa anak-anakmu.
- Rohaniawan palsu menerapkan tarif saat diundang khotbah. Ini merupakan ciri dari rohaniawan predator. Biasanya sikap seperti ini hanya dilakukan oleh mereka yang sudah punya nama besar. Rohaniawan seperti ini paling suka dihormati (suka duduk ditempat-tempat terhormat) dan biasanya sangat anti dengan kritik. Dan biasanya orang seperti ini hanya mengkotbahkan etika umum dan hal-hal mengenai berkat-berkat dan kesembuhan saja. Kata-kata rohani lainnya hanyalah sebagai penghias dalam khotbahnya.
Rohaniawan yang lurus adalah rohaniawan yang tidak menetapkan tarif saat diundang khotbah. Rohaniawan seperti ini biasanya menyampaikan firman Tuhan ke gereja lain merupakan berkat tersendiri. Bagi orang seperti ini memberitakan kebenaran merupakan sebuah kesukaannya. Umumnya khotbahnya  seputar keselamatan, kekudusan, dosa dan penghakiman yang akan datang.
Dapatkah Anda membedakannya?
- Rohaniawan palsu mengajar jemaat untuk jujur, tetapi dia sendiri membeli gelar. Sudah bukan rahasia umum lagi mengenai jual beli gelar. Hal ini juga terjadi kepada mereka yang ingin menjadi rohaniawan. Mereka ingin menjadi rohaniawan dengan membeli gelar S. Th, M.Th, D.Th.
Tetapi anehnya ada jemaat yang sudah mengetahui rohaniawannya memiliki  gelar palsu, tetapi tetap ikut dalam pimpinan orang tersebut. Orang seperti ini tetap ikut karena memang dia bukan mencari kebenaran, dia hanya mencari untung karena itu dia tidak peduli dengan gelar "abal-abal" pemimpinnya tersebut.
Tentu jemaat yang berpengertian tahu menghindar dari rohaniawan abal-abal seperti ini. Jemaat yang berpengertian akan memilih rohaniawan jujur untuk memimpin mereka. Bagi jemaat yang benar, gelar bukanlah ukuran satu-satunya  menjadi rohaniawan karena bukan gelar yang menjadi penentu seseorang bisa menjadi rohaniawan. Namun kalaupun memiliki gelar, haruslah gelar yang didapat dengan jujur.
- Rohaniawan palsu mendirikan yayasan untuk bisnis pribadi. Banyak rohaniawan palsu mengelabui mata orang lain dengan mendirikan yayasan sosial. Melalui yayasan ini mereka meraup untung untuk digunakan secara pribadi. Ini dilakukan atas nama pelayanan. Atas nama pelayanan segala sesuatu yang sifatnya "haram" menjadi "halal". Atas nama pelayanan, mereka mengemis ke mana-mana minta sumbangan. Tanpa tahu malu mereka menyebarkan proposal.
Jika Anda ada di gereja yang memiliki yayasan, coba perhatikan apakah yayasan  tersebut menjadi sumber mencari uang atau sebagai pembantu gereja dalam mengembangkan pelayanan.
Ada banyak gereja yang membuat panti asuhan. Tetapi panti asuhan ini tidak  dibiayai oleh jemaat gereja tersebut, mereka meminta donasi dari orang lain untuk menghidupi anak-anak yang berada dipanti asuhan mereka. Ibarat kata "mereka yang punya anak, tetapi orang lain yang disuruh memberi mereka  makan".
- Rohaniawan palsu dapat gaji dan dapat tunjangan, tetapi tidak peduli dengan kerohanian jemaatnya. Ini merupakan salah satu ciri predator rohani. Dia ada dalam gereja tersebut hanya untuk cara makan. Jika ada seorang anggota jemaat tidak menyukainya, ia tidak ambil pusing karena toh dia hanya beberapa tahun saja di gereja tersebut setelah itu dia akan dipindahkan ke tempat lain.
Rohaniawan palsu seperti ini adalah rohaniawan upahan. Dia dipindah-pindahkan karena memang dia bukan hamba Kristus. Orang seperti ini hanyalah hamba  organisasinya saja. Kalau kita ibaratkan "seorang anak yang tiap beberapa tahun sekali ganti ayah", apakah anak itu akan bertumbuh dengan sehat? Tentu saja tidak! Demikian jugalah dengan gereja yang pemimpinnya gonta-ganti.
- Rohaniawan palsu mendasarkan ajarannya berdasarkan pengalaman semata. Mimpi disiang bolong dia sebut dari Tuhan, mimpi pada malam hari dia katakan Tuhan jemputnya ke surga dan ajak dia traveling ke neraka. Semua yang dia alami menjadi dasar ajarannya.
Untuk orang seperti ini, Alkitab hanya sekadar penghias bagi semua kesaksiannya. Alkitab hanya dijadikan faktor sekunder dalam setiap pengajarannya. Itulah sebabnya bagi rohaniawan seperti ini pengalaman adalah hal utama dalam semua aspek kerohanian mereka. Apakah Anda memilih rohaniawan seperti ini? Yang semua khotbahnya dipenuhi dengan "aku", "aku" dan "aku".
- Rohaniawan palsu mengkhotbahkan Alkitab, padahal dia sendiri tidak percaya bahwa Alkitab diilhamkan Allah tanpa salah. Rohaniawan seperti ini umumnya lulus dari Sekolah Tinggi Teologi atau dari Seminary yang berpandangan Liberal. Kebebasan (liberal) berpikir merupakan dasar utama bagi orang-orang seperti ini. Mereka tidak mengizinkan Alkitab menjadi patokan kebenaran. Bagi mereka, nalar mereka merupakan satu-satunya penentu kebenaran.
Rohaniawan liberal (bebas) percaya Alkitab itu hanya tulisan manusia biasa yang memiliki banyak kesalahan. Mereka tidak percaya Alkitab sempurna. Tetapi herannya mereka ini menjadi rohaniawan sebuah gereja. Apa jadinya sebuah gereja jika dilayani oleh orang-orang seperti ini?
Rohaniawan bebas (liberal) seperti ini adalah para pengkritik Alkitab. Umumnya mereka menjunjung tinggi pikiran para filsuf melebihi Alkitab dan mendasarkan ajarannya di atas dasar filsafat dan mereka ini sangat suka mengkritik ayat Alkitab. Pekerjaan mereka adalah mengkritik apa yang mereka imani karena mereka dibayar untuk itu. Coba perhatikan apakah rohaniawan yang memimpin Anda seperti ini? Bahaya sekali jiwamu jika engkau dipimpin oleh orang seperti ini.
Tetapi rohaniawan yang benar adalah mereka yang percaya Alkitab tidak bisa salah karena Alkitab adalah firman Tuhan. Tuhan tidak bisa salah. Alkitab adalah firman Tuhan. Karena itu, Alkitab tidak bisa salah. Akal budi yang Tuhan berikan hanya alat untuk mengetahui kebenaran dalam Alkitab. Pikiran manusia bukanlah kebenaran itu sendiri.
- Rohaniawan palsu menipu orang dengan khotbah-khotbah yang sarat dengan mukjizat dan kelimpahan materi. Dia makin kaya dari pemberian jemaat, tetapi jemaatnya tetap dalam keadaan mereka. Mereka ini para "penjual obat", yang dikenal juga dengan penjual mujizat palsu. Tetapi rohaniawan seperti ini tetap eksis karena memang permintaan pasar.
Manusia suka berkerumun dan menyendengkan telinganya pada hal-hal seputar  berkat materi dan mukjizat karena itulah satu-satunya kebutuhan yang mereka inginkan. Mereka tidak menyukai khotbah tentang neraka atau penghakiman atau  tentang hidup kudus. Bagaimana mereka menyukai khotbah mengenai hidup kudus sementara mereka para pembisnis curang.
Tuhan masih memiliki para rohaniawan yang berkenan dihati-Nya. Orang-orang yang mengkhotbahkan injil kasih karunia     dengan benar, yang mengkhotbahkan neraka itu tempat penghukuman yang kekal, yang mengkhotbahkan berkat  materi dan mukjizat itu bukanlah hal inti dalam mengiring Tuhan, yang berani  berkata beginilah firman Tuhan.Â
- Rohaniawan palsu lebih mencintai adat istiadat daripada firman Tuhan. Baginya, Alkitab hanya pelapis bagi adat istiadat karena adat istiadat adalah segalanya. Rohaniawan seperti ini berkata "adat lebih dahulu ada daripada agama", padahal dia tidak tahu bahwa Tuhan lebih dahulu yang menciptakan dirinya, adat istiadatnya tidak memiliki andil atas keberadaannya.
Tetapi biasanya rohaniawan seperti ini juga merupakan permintaan pasar. Mereka  ada dalam sebuah gereja yang menjunjung tinggi adat istiadat melebihi Alkitab karena jemaat dalam gereja tersebut menginginkan rohaniawan seperti ini.
Rohaniawan yang benar tidak menganggap adat itu sebagai sesuatu yang harus dijunjung tinggi dalam hal iman. Bahkan, dalam hal iman adat itu tidak ada gunanya. Adat istiadat hanya berguna antarsesama satu suku saja. Adat hanya bermafaat dalam hubungan sosial sesama yang satu budaya. Melestarikan budaya yang baik itu benar, tetapi itu tidak boleh melampaui wilayah iman. Orang percaya datang kepada Tuhan bukan untuk percaya kepada adat istiadatnya, tetapi untuk percaya kepada firman Tuhan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H