Mohon tunggu...
Mona Shenny Ratna Amelia
Mona Shenny Ratna Amelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jurusan Pendidikan Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Pandemi Covid-19 bagi Perekonomian Negara-negara di Asia Tenggara

18 Juni 2021   21:59 Diperbarui: 18 Juni 2021   22:35 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

COVID-19 atau disebut juga dengan Novel Coronavirus menjadi penyebab yang berawal dari wabah pneumonia di kota Wuhan, Tiongkok pada bulan Desember 2019 dan menyebar ke negara lainnya mulai Januari 2020. Hal ini akan memberikan konsekuensi terhadap pertumbuhan ekonomi yang akan terus mengalami penurunan yang akan berdampak pada kehidupan sosial termasuk di negara-negara di Asia Tenggara dan khususnya juga di Indonesia. Negara Indonesia pun harus menghadapi peningkatan jumlah pengangguran, kondisi kinerja yang menurun, aktivitas ekonomi yang melambat dan penyebaran virus yang masih tinggi hingga sampai saat ini.

Sekitar setengah dari 3,3 miliar pekerja di dunia berisiko tidak memiliki uang untuk mempertahankan kehidupan sehari-hari dan kehilangan pekerjaan mereka. Sektor ekonomi informal juga terkena pengaruhnya. Jutaan petani di dunia, termasuk di Asia Tenggara, begitu juga pekerja migran menghadapi situasi ekonomi yang berat dengan berkurang atau bahkan hilangnya penghasilan mereka. Akibat pandemi Covid-19 beberapa daerah di Indonesia yang sangat bergantung pada mobilitas tinggi masyarakat juga sangat berdampak pertumbuhan ekonominya, seperti Bali.

Negara-negara anggota ASEAN membutuhkan kerja sama yang lebih konkret dan maksimal untuk penanganan pandemi Covid-19 di kawasan Asia Tenggara ini. Indonesia dan negara-negara ASEAN dapat meniru langkah bersama yang sudah dilakukan oleh negara-negara Uni Eropa atau bahkan Afrika.

Asian Development Bank (ADB) memperkirakan ekonomi negara-negara berkembang di Asia akan menyusut menjadi 0,4% pada tahun 2020, yang merupakan penurunan signifikan dari pertumbuhan 5,1% pada tahun 2019. Ini merupakan kontraksi besar di kawasan Asia Tenggara dalam 6 dekade terakhir ini. Di jelaskan juga juga bahwa penutupan sebagian tempat kerja di Asia mengakibatkan kehilangan pendapatan pekerja karena hilangnya jam kerja. Di sisi lain, penurunan permintaan dan relatif rendahnya harga minyak akan membuat inflasi di Asia tahun 2020 lalu menjadi 2,8% dan di tahun 2021 akan 1,9%. Vietnam  mengalami pertumbuhan ekonomi yang tadinya 0,4% di kuartal ke dua pada 2020 tahun lau menjadi 2,6% di kuartal ketiga. Sehingga pertumbuhan rata-rata periode Januari sampai September adalah 2,1%. Pertumbuhan selama 2020 Vietnam menjadi 2,3%.

Kontraksi ekonomi akibat pandemi harus disikapi melalui langkah-langkah yang tepat sasaran saat menghadapi pandemi Covid-19 itu sendiri. Negara-negara ASEAN juga telah mengadopsi berbagai kebijakan ekonomi untuk menghadapi dampak pandemi Covid-19. Pada tahun 2020, kebijakan ASEAN untuk merespons dampak ekonomi dari pandemi COVID-19 dapat dirangkum menjadi tiga kelompok, yaitu stimulus ekonomi, kebijakan moneter dan fiskal, serta kebijakan perdagangan.

Dalam rangka mengurangi dampak Covid-19 terhadap perekonomian, negara-negara ASEAN telah meluncurkan berbagai paket stimulus ekonomi sejak Februari pada tahun 2020 tahun lalu, secara keseluruhan kebijakan yang diterapkan oleh negara-negara ASEAN dapat dibagi menjadi lima bidang, yaitu insentif pajak bagi perusahaan yang terkena dampak khususnya UMKM; kedua, subsidi seperti diskon tagihan listrik, bantuan tunai uang, hingga insentif tambahan bagi mereka yang bekerja di sektor kesehatan; ketiga, penangguhan pembayaran pajak atau pinjaman. keempat, pembebasan biaya atau penerapan biaya yang lebih rendah dari pemerintah dan yang kelima, Bank Sentral menerapkan kebijakan penurunan suku bunga dan membeli surat berharga/obligasi pemerintah.

Brunei mengizinkan penangguhan iuran dana pensiun sedangkan Malaysia mengizinkan untuk mengurangi. Sektor perbankan di negara Vietnam menciptakan paket kredit senilai 12,3 miliar dollar AS untuk kegiatan usaha.Dan juga Singapura mengadakan penangguhan pinjaman dan biaya sekolah. Bank Pembangunan Asia (ADB) juga mengumumkan paket bantuan sebesar 6,5 miliar dollar AS untuk mendukung respons krisis Covid-19. Beberapa negara ASEAN yang telah mendapatkan persetujuan hibah dari ADB yaitu negara Filipina dan Indonesia. Filipina mengadakan program Rapid Emergency Supplies Provision Project senilai 5 juta dollar AS untuk memberikan bantuan makanan sementara untuk pekerja di Luzon dan rumah tangga rentan. Sedangkan Indonesia memanfaatkan hibah 3 juta dollar AS untuk pembelian peralatan dan pasokan medis penting, seperti peralatan perlindungan pribadi dan ventilator.

ASEAN Policy Brief 1 ini  telah memberikan rekomendasi kebijakan bagi negara-negara anggota ASEAN, yakni menggerakkan semua piranti kebijakan makro, keuangan, dan struktural yang tersedia; mempertahankan kapasitas ekonomi produktif, memanfaatkan teknologi dan perdagangan digital, menjaga rantai pasokan tetap berjalan, memperkuat jaring pengaman dan juga meningkatkan respons terhadap pandemi Covid-19 di tingkat regional serta meningkatkan tekad memajukan integrasi regional.

Sedangkan ASEAN Policy Brief 2 yang diterbitkan pada Mei 2020 tahun lalu, ditunjukkan berbagai strategi kebijakan moneter dan fiskal negara-negara anggota ASEAN menghadapi dampak Covid-19 di bidang ekonomi. Tiga sektor besar yang akan dijadikan target kebijakan moneter dan fiskal yaitu industri penerbangan, kesehatan, dan pertanian.

Sejak di awal pandemi Covid-19 ini, bank sentral di negara-negara di Asia Tenggara sudah menerapkan kebijakan pemotongan suku bunga, dan pembelian aset sehingga mempertahankan stabilitas keuangan, pengurangan rasio cadangan, menjamin likuiditas dalam sistem, serta menurunkan biaya kredit. dampak pandemi, pemerintah di ASEAN menerapkan stimulus fiskal yang lebih kuat untuk meningkatkan kapasitas di sektor kesehatan serta meredam dampak ekonomi yang lebih luas di sektor yang paling terpukul, seperti UMKM dan Pariwisata.

Intervensi fiskal yang dilakukan oleh negara - negara ASEAN dapat di kelompokan menjadi tiga kategori. Pertama, subsidi rumah tangga. Kedua, pembebasan atau moratorium pajak, biaya, termasuk biaya sewa. Ketiga moratorium atau restrukturisasi pinjaman bagi usaha yang terkena dampak dari pandemi.

Stategi ASEAN di bidang ekonomi yang juga dilakukan adalah kebijakan terhadap perdagangan.  Untuk mengatasi dampak dari pandemi Covid-19 di bidang perdagangan antar negara-negara, hal yang terpenting dilakukan negara-negara Asia Tenggara adalah untuk tetap mempertahankan dan membangun kembali hubungan dagang dengan melakukan cara seperti menjaga pasar tetap terbuka.

Selain dalam sektor perdagangan, sektor perjalanan dan juga pariwisata paling terkena dampak pandemi Covid-19 yang paling besar di Asia Tenggara karena terdapat larangan perjalanan yang meluas di seluruh kawasan. Sektor perjalanan dan periwisata padahal telah menyumbangkan 12,6 persen pada ekonomi ASEAN tahun 2018 lalu. Di antara negara-negara di Asia Tenggara, Kamboja, Filipina, dan Thailand menjadi negara yang termasuk di Asia Tenggara yang mengalami dampak Covid19 paling besar di bidang pariwisata karena sektor pariwisata mereka menyumbang bagian besar dalam PDB. Selain itu di sektor industri penerbangan, pengaruh dari dampak pandemi Covid-19 dialami oleh seluruh negara Asia Tenggara. Negara Indonesia dan juga Thailand menjadi negara di Asia Tenggara yang paling terkena dampak dalam sektor industry ini.

Para menteri ekonomi ASEAN mengeluarkan pernyataan dengan cara bersama mengenai untuk penguatan ketahanan ekonomi dalam merespons Covid-19. Para menteri ekonomi ASEAN juga untuk mengambil komitmen agar tetap mempertahankan kebijakan ekonomi ASEAN yang terbuka dan memutuskan untuk mengambil tindakan kolektif agar dapat mengurangi dampak Covid-19, antara lain seperti agar tetap menjaga pasar tetap terbuka, memperkuat mekanisme berbagi informasi serta koordinasi, dan juga mengadakan kerja sama dengan di para kalangan industri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun