Kenapa kepikiran seperti ini ?
Tentunya. Â Ungkapan serupa itu, bisa jadi, adalah menimpa semua orang. Semua warga, warga kita, negeri kita yang kita cintai.Â
Lha, kenapa bisa demikian ?Â
Itulah soalannya.
Bukankah, kita hari ini, akan dihadapkan pada satu keadaan yang juga belum mendapat kepastian. Kepastian dari Pemerintah, kerelaan dari pengambil keputusan, atau empati dari elit politik kita. Bukankah kita sudah pernah mendengar, bagaimana hiruk pikuknya, di media sosial bahwa kenaikan PPn menjadi 12%, seakan menjadi  program prioritas pemerintah di tahun 2025 ?
Maaf, tentunya kita salah, bila mengatakan kenaikan PPn itu menjadi program prioritas. Karena memang, agenda itu tidak menjadi kampanye politik kemarin-kemarin. Tetapi, kita semua paham, bahwa untuk bisa menyelesaikan program prioritas itu, maka mau tidak mau, dibutuhkan pemasukan pajak yang lebih adekuat sehingga bisa menompang program prioritas pemerintah lainnya. Inilah soalannya.
Kita paham, ya, dalam hal ini paham, bahwa untuk bisa menyelesaikan program pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia, maka dibutuhkan partisipasi rakyat yang maksimal dan optimal. Bukan hanya kata-kata, tetapi juga perlu dukungan nyata dari seluruh rakyat Indonesia, termasuk pula dalam hal peningkatan pemasukan pajak. Karena dengan cara serupa itu, maka agenda pembangunan akan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Namun demikian, kita pun sadar, bahwa bila pendekatan pembangunan ini dilakukan hanya dengan cara serupa itu, yakni dengan penaikan pajak, maka bisa jadi, alih-alih bisa memberikan kenyamanan kepada masyarakat kecil, hal yang terjadi,malahan adalah kondisi yang sebaliknya. Masyarakat, akan berada pada posisi  yang kurang diuntungkan, bila kemudian, kebijakan itu, berdampak pada adanya ketidakpastian ekonomi rakyat banyak.
Sehubungan hal itu, maka adalah hal yang penting untuk dicermati dengan seksama, Pemerintah perlu tetap memperhatikan aspirasi rakyat atau masyarakat Indonesia, terkait dengan rencana ini. Â Kita semua percaya, Pemerintahan yang baru seumur jagung ini, akan benar-benar mengerti dan memahami kritik, koreksi dan aspirasi masyarakat sehat, dengan akal sehat. Seperti halnya, dengan ketegaran Presiden Prabowo untuk merespon kritik pernyataannya mengenai pengampunan kepada koruptor. Dengan tegas, beliau mengklarisifikasinya, dan meluruskan maksud dan tujuannya. Makna yang tertangkap dari kejadian itu, Prabowo sebagai Presiden, mendengar, dan memahami kekhawatiran dan masukan dari masyarakat, terkait dengan ide dan gagasannya dalam membangun Pemerintahannya yang bersih dari korupsi.
O, iya, lantas bila demikian adanya, mengapa akhir tahun atau  tahun baru yang tidak dirindukan ?  Ya, tidak dirindukan, bila  kita semua kehilangan kepekaan terhadap masa depan bangsa dan negara ini.
Sayangnya, memang, selain hal itu pula, ada situasi  yang tidak dirindukan, boleh oleh perorangan,  keluarga atau kelompok. Sebagian dari warga negara kita.