Dia hadir secara materi, namun hampa dari sisi fungsi.
Pisau kurban, itu !
"wah, asah dulu lah,..." saran satu orang yang hadir di pesta kurban saat itu. Saran yang kemudian, dengan seketika disambung dengan langkah nyata, untuk memastikan dengan segera jalannya kerja dapat terselesaikan dengan penuh makna.
Diasah, lagi. Diasah lagi. Terus diasah lagi, dan demikian juga, di asah lagi.
Itulah realitas pisau kurban. Asah dan pengasahan adalah cara nyata untuk menjaga ketajaman dalam kerja dan usaha, sehingga bisa melahirkan usaha dan kerja yang paripurna.
"jangan malas mengasah, karena hal itu bisa menyebabkan tumpul, sebaik apapun bahan dasar yang dimilikinya..." ungkap sang mandor, yang memiliki kewajiban untuk memastikan seluruh jalannya kegiatan dapat berjalan dengan baik.
Tidak jauh dari pengalaman diri. Setahun sebelumnya. Mendapat hadiah, pisau kurban yang luar biasa tajam. Banyak orang yang kagum dengan keluarbiasaan pisau kurban yang kumiliki. Sekali dua kali, diikutsertakan dalam pengabdian sosial itu, membangun citra luar biasa kepada sang pemiliknya. Hingga, tidak jarang orang berujar, "mana, pisau kurbanmu, itu luar biasa..." ungkapnya dengan penuh harap, bisa melihat kembali pisau kurban itu.
Sayangnya, untuk kali kesekiannya, ketajaman dan kemahiran itu, tak bisa ditunjukkan lagi. Ketumpulan sudah melanda dirinya. Mungkin karena lama tak pakai, dan juga lama tak diasah. Sehingga, kebekuan dan ketumpulan menjadi takdirnya untuk hari ini dan kedepan.
"asah lagi..." saran yang lain, memberikan sebuah saran.
Mungkin benar, di asah lagi, akan menjadi tajam kembali. Tetapi, cerita keagungan dan kemuliaan, bisa jadi sirna, karena ketidakkonsistenan kita dalam menjaga ketajaman itu. Bukti nyata, Â hari ini, sudah hadir sejumlah pisau kurban, yang memiliki ketajaman jauh lebih baik lagi.
Mengasah itu bukan hanya menjaga ketajaman, tetapi juga menjaga kepercayaan !!!Â