Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Qurban Lalat, Masuk Surga!

17 Juni 2024   07:39 Diperbarui: 17 Juni 2024   07:47 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Informasi sejarah yang kita terima, mengenai model qurban Rasulullah Muhammad Saw. Dalam beberapa hadis, Rasulullah Muhammad Saw pun, sempat berqurban hanya seekor kiabas atau 2 ekor kibas. Namu, saat pelaksanaan ibadah haji wada, Rasulullah Muhammad Saw melaksanakan ibadah qurban dengan menyembelih 100 ekor unta, 63 ekor diantaranya disembelih oleh tangannya sendiri, sedangkan sisanya dilaksanakan oleh Ali bin Abu Thalib, k.w. Sikap Rasulullah Muhammad Saw, berbeda dengan yang dilakukan oleh orang-orang pada kelompok ketiga. 

Inspirasi dari Rasulullah ini, yakni besaran pengorbanan dan usaha dalam berqurban akan menjadi pembeda dari spiritualitas seseorang. Orang yang menyembelih sapi sebagai hewan qurban, dari tumpukkan kekayaannya yang dimilikinya, bisa jadi nilai qurbannya, akan berbeda dengan seorang pemulung yang berqurban kambing.

Bila dikaitkan dengan motivasinya, setidaknya ada tiga tahapan ibadah qurban. Pertama, ada ibadah qurban syar'i, yakni praktek qurban yang lebih mementingkan kepatuhan pada hukum atau syarat. Praktek ini cenderung lebih mengurbankan materi, dibandingkan aspek-aspek lainnya. Pada kelompok ini cukup banyak, mulai dari kelas bawah hingga kelas atas, yang berkurban, dengan motivasi sekedar melepas sebagian kekayaannya semata. Level ini, dapat disebutnya berkurban syar'i atau kurban awam.

Pada level kedua, praktek ibadah qurban dengan tujuan membunuh hawa nafsu. Inilah yang sering disebutnya berkurban sebagai praktek membunuh nafsu kebinatangan, yakni nafsu serakah, egois dan atau tamak. Praktek ibadah qurban ini, dapat disebut ibadah kurban khusus. Orientasinya adalah membunuh keegoisan dan mengedepankan nilai-nilai sosial kemasyarakatan, atau kedermawanan. Sayangnya, pada level ini pun, masih ada kelemahan, yakni ancaman citra sosial yang terbangun dibangun secara sadar, yakni berhasrat menjadi pribadi yang soleh dan dermawan.

Pada level puncak, qurban orang mukhlish, atau khususul khusus, yakni mengorbankan jiwa keduniaan dan kemanusiaan, dan hanya mengharap ridha Allah Swt. Dalam konteks ini, perilaku para Shahabat, seperti Umar bin Khaththab r.a, yang menyumbangkan setengah kekayaannya, kemudian Utsman bin Affan, r.a., yang menyumbang sepertiga kekayaannya, dengan taksiran mencapai angka 2.4 Trilyun sekarang, adalah contoh ril praktek kurban atau shadaqah pada level puncak.

Tidak kalah heroik juga, keberanian Ali bin Abu Thalib, k.w. Awal mula kisah, Rasulullah diincar kafir Quraisy untuk dibunuh. Karena itu, Rasulullah  bermaksud melaksanakan hijrah ke Madinah. Untuk mengelabuhi pengintaian orang Kair Quraisy, Rasulullah berangkat malam hari, dan posisi tidurnya kemudian digantikan oleh Ali bin Abu Thalib k.w. Hingga saat orang kafir datang, dan mengepung rumah Rasulullah, serta membangunkannya sambil menghunus pedang dengan maksud membunuhnya, mereka kaget, ternyata yang tidur di tempat itu bukan Muhammad bin Abdullah, melainkan Ali bin Abu Thalib. Karena salah sasarannya, mereka tidak  jadi membunuhnya. Tetapi, nilai penting yang terkait kisah itu, kerelaan Ali bin Abu Thalib menjadi pengganti Rasul, dengan resiko terbunuh, adalah puncak spiritual agung dari Ali bin Abu Thalib, k.w.

Sudah tentu, kisah inspiratif utama dalam ibadah Qurban, kisah Ismail As dengan sang Ayah, Nabi Ibrahim As, adalah teladan yang tidak terlupakan dalam praktek ibadah Qurban ini. Qurban mereka, adalah qurban ketulusan, ketaatan, kepatuhan, dan pancaran ketauhidan yang agung.  

Pada level khususul khusus ini, mudhahi telah berubah baju menjadi seorang syuhada, yang siap mengurbankan apapun yang ada, hanya untuk mendapatkan ridha Allah Swt. Qurban pada level ini, sudah tidak lagi memikirkan syari'at atau status sosial dan kekayaan, melainkan sudah sampai pada level ketauhidan.

Untuk menutup wacana ini, dapat kita renungkan kisah 2 orang muslim yang masuk surga dan masuk neraka gara-gara kurban seekor lalat. Menurut  Thariq bin Syihab menuturkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Ada seseorang yang masuk surga karena seekor lalat, dan ada seseorang yang masuk neraka karena seekor lalat pula." Para sahabat bertanya, "Bagaimana hal itu, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Ada dua orang berjalan melewati suatu kaum yang mempunyai berhala, yang mana tidak seorang pun melewati berhala itu sebelum mempersembahkan kepadanya suatu kurban.

Ketika itu, berkatalah mereka kepada salah seorang dari kedua orang tersebut, 'persembahkanlah kurban kepadanya.' Dia menjawab, 'Aku tidak mempunyai sesuatu yang dapat kupersembahkan kepadanya.' Merekapun berkata kepadanya lagi, 'Persembahkan, sekalipun seekor lalat.' Lalu, orang itu mempersembahkan seekor lalat dan mereka pun memperkenankan dia untuk meneruskan perjalanannya. Maka dia masuk neraka karenanya.

Kemudian berkatalah mereka kepada seorang yang lain, 'Persembahkanlah kurban kepadanya.' Dia menjawab, 'Aku tidak patut mempersembahkan sesuatu kurban kepada selain Allah." Kemudian mereka memenggal lehernya, (dan meninggal). Karenanya, orang ini masuk surga." Hadist Riwayat Imam Ahmad.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun