Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bisnis Hewan Kurban, Menjanjikan, Sulit Membuktikan!

10 Juni 2024   07:18 Diperbarui: 11 Juni 2024   05:01 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Berapa kali ke Bandung dalam seminggunya ?"

"Iya, 3 hari sekali.., kan di sini punya sapi, gak bisa ditinggalin..." ungkapnya lagi, sambil menjelaskan bahwa tugas memelihara sai itu, menjadi kewajiban utama di kampung halamannya. Kandang sapinya sangat rapih dan bersih. Kami sendiri merasa heran, karena lingkungan kandang sapi itu, ada di tengah rumah perkampungan. 

Bukan di kebun atau sawah. Kanan kiri kandang sapi, adalah rumah penduduk. "Suka ada harimau, di sini masih banyak.." ungkapnya, saat menjelaskan alasan menyimpan sapi di tengah-tengah rumah penduduk.  walaupun di tengah perkampungan, namun, kami sangat merasakannya, bau kandang sapi tidak tercium, dan rumah sekitar masih nyaman untuk dihuni. Bahkan, kamu pun, melaksanakan shalat zuhur di mushola yang tidak jauh dari kandang sapi tersebut.

"kalau ngurus sapi saja, memangnya tidak cukup, Mang ?" 

"Wah, susah. Pak, buat makan dari mana ?". Dia menjelaskan, bahwa di kampung ini pun, hanya beberapa orang saja, yang masih ternah sapi. Walau kanan kiri bukit dan sawah, cocok untuk ternak, namun hanya sedikit orang yang beternak sapi. "kami, mah, peternak kampungan, jadi sekedar cukup untuk makan. Jualannya pun, ramainya, setahun sekali. Kalau harian atau bulanannya, sangat terbatas.." paparnya lagi.

Di sela-sela itu, Kang Emid mengutarakan, mungkin, bisnis sapi yang dikelola orang kota, yang bisa sukses dan besar. Sementara, ternak sapi yang dikelola masyarakat, masih belum menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan yang maksimal. Selain pengetahuan yang terbatas, hal yang paling  mendasar adalah pemasaran yang masih konvensional. 

Kami saja waktu itu, merasa kaget dan terheran-heran, kenapa lokasi yang sangat jauh itu, bisa ditemukan rekan kami dari kota. Ternyata, modalnya, bukan dari media sosial, namun dari perkenalanan di kota. Tidak lebih dari itu. Karena Kang Emid, ketemua di kota, kemudian bicara tentang sapi. Kebetulan banget, teman kita ada yang butuh, jadilah seperti itu adanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun