Kedua pandangan ini, memiliki paradigma pendidikan yang berbeda. Paradigma pertama, berpikiran bahwa 'setiap keledai' (peserta didik) harus bangkit dan berdaya dalam mencapai visi, misi atau tujuan yang sudah ditetapkan petani (negara, kurikulum). Sehingga, dengan segala dan upaya, si petani (guru, orangtua, atau negara) membangkitkan semangat dan kemampuan keledai dalam mencapai tujuan yang sudah digariskan !
Sementara dalam paradigma kedua, memandang bahwa pendidikan lebih merupakan manipulasi potensi oleh dunia pendidikan terhadap potensi peserta didik. Apapun kondisinya, peserta didik dipaksa dan dikondisikan oleh lembaga pendidikan untuk bisa bergerak maju sampai ke tujuan.Â
Soal yang sangat krusialnya, apakah kebutuhan peserta didik (keledai) terpenuhi? Maksud si petani, yaitu sampai ke pasar dengan sayuran dalam keadaan segar bisa tercapai, dan keledai dimanipulasi dengan wortel yang tak pernah digapainya, lantas bagaimana kebutuhan dasar keledai yang lelah dan lapar, apakah dia merasakan terpenuhi kebutuhannya?
Bagaimana menengahi masalah serupa ini?
Pendekatan ketiga, yaitu kritik-konstruktif. Tampaknya, si petani sayuran itu, hendaknya, jangan mengikat wortel di pancingan, melainkan menebar wortel di sepanjang perjalanan. Artinya, di setiap jarak tertentu, di lempar wortel (wortel jangka pendek). Sehingga, sang keledai dalam menjangkau, mencicipi dan membugarkan tubuhnya. Kemudian, setelah itu lempar lagi wortel pada jarak berikutnya.
Artinya. Dunia pendidikan, hendaknya membuat tujuan pendidikan dalam beberapa kategori, yaitu reward jangka pendek, dan jangka panjang. Reward jangka pendek adalah untuk membangkitkan semangat pragmatisnya, sehingga setiap keledai (atau peserta didik) dapat bergerak, tetapi tidak berhenti pada titik pragmatis, namun tetap diarahkan pada tujuan ideal jangka panjangnya yaitu di pasar.
Pada konteks inilah, si keledai tidak tertipu. Tujuan petani tercapai, yakni menuju pasar. Kebugaran keledai pun prima, karena dapat meraih harapan pragmatisnya di setiap fase-perjalananannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H