Pembantunya (wakil kepala sekolah, wakil kepala madrasah, atau menteri atau kabinet) akan disusun sedemikian rupa sehingga mampu menunjukkan visi dan misi pemerintahannya.
Jenis wajah pemerintahan transaksional, sudah disampaikan dibagian awal. Jenis wajah pemerintahan berkarakter-visi personal, akan memperlihatkan wajah karakter dari pimpinannya.
Bila saja, wajah pimpinannya militer, akan menghadirkan para pembantunya yang berkarakter kemiliteran, walaupun mungkin tidak selamanya harus tentara atau polisi. Namun visi dan misi keamanan dan ketertiban, seakan menjadi prioritas dalam penyelenggaraan organisasinya ke depan.
Bila saja, wajah pimpinanya adalah ekonom, akan menghadirkan para pembantunya untuk bisa bekerja dalam menggerakkan roda ekonomi, walaupun mungkin, tidak selamanya harus pengusaha. Namun, bisi dan misi penyelenggaraannya seakan-akan menomorsatukan aspek ekonomi dan kesejahteraan bagi rakyat dan masa depan bangsa serta negaranya.
Senafas dengan hal inilah. Penetapan pilihan pimpinan terkait dengan  para pembantunya (wakil kepala sekolah, wakil kepala madrasah, atau menteri atau kabinet), sejatinya adalah wajah dari pimpinannya itu sendiri.
Wajah-wajah para pembantu tersebut, mau tidak mau, akan menjadi cerminan utama dari orientasi visi, misi atau cita dari pimpinannya. Implikasinya sangat jelas, manakala para pembantu itu tidak mampu bekerja dengan baik, sesuai visi dan misi pimpinannya, maka akan mudah diberhentikan di tengah jalan.Â
Berbeda dengan kabinet transaksional, ukurannya bukan kinerja, melainkan kestabilan kekuatan dan kekuasaan di pemerintahan itu sendiri. Artinya, kendati kinerja buruk, namun bila kekuatan dan kekuasaan pemerintahan bisa berjalan dengan baik, maka pemerintahannya akan dipersepsikan baik dan aman menurut penguasa atau pimpinan puncaknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H