Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibadah Haji yang Potensial Kehilangan Nilai

18 Mei 2024   05:45 Diperbarui: 18 Mei 2024   05:49 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menthawafkan Hasrat (sumber : pribadi, bing.com) 

Bila demikian adanya, apa yang harus dilakukan ? 

Langkah selanjutnya adalah meningkatkan kesadaran ibadah haji dan umrah kita kepada level yang kedua, yaitu haji fikrah.

Kedua, haji dan umrah fikrah. Maksud level kedua ini, adalah menghajikan dan mengumrahkan pikiran. Kita perlu hati-hati dan waspada, karena sejatinya, irisan dan gelitikan syetan kepada manusia itu tidaklah berhenti. Tanpa bermaksud untuk mempersulit praktek ibadah ini, namun, sadarkah kita, bahwa haji itu tamasya spiritual, namun bukan untuk meningkatkan gensi sosial, kebanggaan status, atau identitas kemampuan diri yang perlu ditonjolkan kepada masyarakat pada umumnya.

Bisa jadi, dengan harta yang dimilikinya, banyak orang yang mampu melaksanakan ibadah haji dan umrah. Tetapi, dengan status haji syari'ah itulah, akankah dia mampu menghajikan atau mengumrahkan pikirannya, sehingga benar-benar hanya untuk Allah Swt, dan bukan untuk meningkatkan status sosial di tengah masyarakat ?

Lha, bagaimana dengan haji dan umrah sebagai bagian dari momentum meminang calon istri  atau calon suami ? ini adalah motivasi yang beragam dibalik pelaksanaan ibadah syari'ah. Di sinilah, pentingnya, kita memahami haji secara tepat, sehingga kita bisa naik derajat menuju ma'rifatul hajj wal umrah dengan lebih baik.

Pada level terakhir, yang ingin disampaikan di sini, yakni potensial kita menarasikan status haji hakikat. Penulis sejatinya belum sanggup untuk menjelaskan hal ini. Namun, yang terbersit saat ini, haji hakiki bukanlah haji karena kemampuan ekonomi, dan bukan juga karena kita memahami masalah rukun dan syarat haji. Haji hakiki mungkin (maaf, karena penulis sendiri belum sampai ke level ini), kondisi spiritual manusia yang mampu memokuskan orientasi hidup hanya untuk Allah Swt, dan bisa mentawafkan hati dan pikirannya kepada pusat keilahiahan (dengan simbol kabah).

Di level ini, hasrat ekonomi, hasrat sosial, hasrat surga, kekhawatiran neraka, baur atau malah sirna dibuatnya. Orientasi dan imajinasi yang hadir dan terhadirkan adalah keagungan dan keesaan ilahiah, Allah Swt.

Wallahu alam bis shawwab....  maaf, penulis tidak sanggup lagi untuk bicara di level ini di sini....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun