Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Model Pembelajaran Sinoptik: Khas Milenial

12 Mei 2024   06:36 Diperbarui: 12 Mei 2024   06:42 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adakah Interaksi Belajar ? (sumber: pribadi, bing.com)

Satu diantara sekian respon kita terhadap karakter anak milenial, adalah merumuskan model pembelajaran di dunia pendidikan. Ada satu pemahaman, bahwa kegagalan kita merespon karakter anak milenial ini, potensial akan menjadi masalah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu, diperlukan kreativitas dari seorang tenaga pendidik dalam mengembangkan model-model pembelajaran yang tepat sesuai dengan perkembanga zaman, termasuk kesiapan belajar peserta didik.

Maksudnya buat apa ?

Iya itu tadi. Mungkin jadi, sebagian diantara kita masih dibingungkan oleh suasana dan karakter anak milenial. Main gadget bisa seharian, dan malas baca buku. Andaipun bikin karya, istilah mereka yakni ngonten. Ngontennya pun, tentunya tidak jauh-jauh dengan kehidupan dan minat mereka itu sendiri. Itulah suasana 'kebatinan' anak milenial. Bila kita abai terhadap karakter anak milenial ini, maka kita tidak akan memahami 'kesiapan belajar' peserta didik. Alih-alih bisa memberikan layanan pendidikan yang berkualitas, untuk sekedar mengkondusifkan anak-anak di kelas pun, kita akan mengalami kesulitan.

"waduh, anak-anak di kelas, belajar sambil menggunakan earphone.." ungkap seorang guru. Ungkapan yang bernuansa kekesalan, karena merasa dirinya di cuekkan, dan penjelasannya dibiarkan terbang bersama angin yang berhembus di dalam kelas.

Kita semua tahu, earphone adalah perangkat audio kecil yang dirancang untuk dimasukkan ke dalam telinga atau melekat pada telinga. Mereka biasanya terdiri dari dua speaker mini yang disebut driver yang menghasilkan suara stereo. Bila hal ini dibiarkan, jangan-jangan, si guru 'ngomong sendiri' di depan kelas, anak-anaknya lagi asyik menyimak lagu-lagu yang dia sukainya.

Bila demikian adanya, bagaimana dia belajar ? bagaimana dia mampu menerima asupan informasi sebagaimana yang disampaikan ole tenaga pendidik ?

Terkait hal ini, apa dan bagaimana model pembelajaran yang relevan dengan karakter anak milenail ini ? Satu diantara model yang ditawarkan, yaitu menerapkan model pembelajaran sinopsis (synoptic learning models). Salah satu kajian ilmiah tentang ini, sudah dipublikasikan. Di tulisan itu, penulis menyajikan dalam kaitannya dengan penguatan moderasi beragama. Untuk kepentingan berbagi pengalaman, rasanya di sini, penulis berharap dapat menerima masukan untuk penguatan model sinopsis pada pembelajaran berikutnya.

Apa yang disebut dengan pembelajaran sinopsis ?

Pembelajaran sinopsis, pada dasarna adalah model pembelajaran yang menyeleraskan diri dengan media-digital yang diminati atau digandrungi oleh anak-anak milenial.

Pertama, anak milenial tidak suka narasi panjang dan 'lebay'. Contoh kasusnya, kalau ada pesan WA yang panjang-panjang, cenderung discroll langsung, atau malah dihapus.  Bila menggunakan twitter pun, cuitan pengguna medsos pastilah tidak disampaikan dalam bentuk analisis yang panjang, detil atau kritis.

Kedua, kebalikan dari hal itu, anak milenial lebih terbiasa dengan ungkapan pendek, status pendek. Kenampakkan yang mudah dilihat, perhatikan saja facebook, atau status di WA (whattsApp). Di dua media sosial itu, mereka menunjukkan kebiasaan dan kebutuhan praktisnya.

Ketiga, membuat kontens yang pendek, singat dan langsung. Kenampakkannya sangat jelas di media tiktok. Mungkin ada yang ngonten di youtube.  Tetapi kelihatannya anak milenial tidak kuat lama nonton youtube berlama-lama. Hemat kata, ngonten yang singkat padat, dan langsung ke sasaran adalah mode pembelajaran yang sangat mereka dambakan. 

Berdasarkan pertimbangan itu, maka model pembelajaran yang perlu dikembangkan itu, sejatinya perlu memiliki karakter (1) ringkas, padat dan langsung ke pokok pikiran, (2) disampaikan dengan penampilan digital yang pendek, singat dan menarik, serta (3) faktual dengan kebutuhan peserta didik, atau tidak teoritis banget.

Karakter pembelajaran itulah yang disebut dengan pembelajaran sinopsis. Kenapa disebut sinopsis ? kata ini dipinjam dari tradisi literasi yang mengandung makna sebuah ringkasan atau penjelasan singkat mengenai cerita, acara, film, buku, Novel, atau yang lainnya. Pembelajaran sinopsis, merupakan karya kreatif seorang tenaga pendidik untuk membuat sajian umum, tetapi mampu menyampaikan pesan inti dari isi,  alur cerita atau ide keilmuan yang hendak disampaikan kepada peserta didik, tanpa harus membacanya atau menontonnya secara keselurahan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun