Satu diantara sekian respon kita terhadap karakter anak milenial, adalah merumuskan model pembelajaran di dunia pendidikan. Ada satu pemahaman, bahwa kegagalan kita merespon karakter anak milenial ini, potensial akan menjadi masalah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu, diperlukan kreativitas dari seorang tenaga pendidik dalam mengembangkan model-model pembelajaran yang tepat sesuai dengan perkembanga zaman, termasuk kesiapan belajar peserta didik.
Maksudnya buat apa ?
Iya itu tadi. Mungkin jadi, sebagian diantara kita masih dibingungkan oleh suasana dan karakter anak milenial. Main gadget bisa seharian, dan malas baca buku. Andaipun bikin karya, istilah mereka yakni ngonten. Ngontennya pun, tentunya tidak jauh-jauh dengan kehidupan dan minat mereka itu sendiri. Itulah suasana 'kebatinan' anak milenial. Bila kita abai terhadap karakter anak milenial ini, maka kita tidak akan memahami 'kesiapan belajar' peserta didik. Alih-alih bisa memberikan layanan pendidikan yang berkualitas, untuk sekedar mengkondusifkan anak-anak di kelas pun, kita akan mengalami kesulitan.
"waduh, anak-anak di kelas, belajar sambil menggunakan earphone.." ungkap seorang guru. Ungkapan yang bernuansa kekesalan, karena merasa dirinya di cuekkan, dan penjelasannya dibiarkan terbang bersama angin yang berhembus di dalam kelas.
Kita semua tahu, earphone adalah perangkat audio kecil yang dirancang untuk dimasukkan ke dalam telinga atau melekat pada telinga. Mereka biasanya terdiri dari dua speaker mini yang disebut driver yang menghasilkan suara stereo. Bila hal ini dibiarkan, jangan-jangan, si guru 'ngomong sendiri' di depan kelas, anak-anaknya lagi asyik menyimak lagu-lagu yang dia sukainya.
Bila demikian adanya, bagaimana dia belajar ? bagaimana dia mampu menerima asupan informasi sebagaimana yang disampaikan ole tenaga pendidik ?
Terkait hal ini, apa dan bagaimana model pembelajaran yang relevan dengan karakter anak milenail ini ? Satu diantara model yang ditawarkan, yaitu menerapkan model pembelajaran sinopsis (synoptic learning models). Salah satu kajian ilmiah tentang ini, sudah dipublikasikan. Di tulisan itu, penulis menyajikan dalam kaitannya dengan penguatan moderasi beragama. Untuk kepentingan berbagi pengalaman, rasanya di sini, penulis berharap dapat menerima masukan untuk penguatan model sinopsis pada pembelajaran berikutnya.
Apa yang disebut dengan pembelajaran sinopsis ?
Pembelajaran sinopsis, pada dasarna adalah model pembelajaran yang menyeleraskan diri dengan media-digital yang diminati atau digandrungi oleh anak-anak milenial.
Pertama, anak milenial tidak suka narasi panjang dan 'lebay'. Contoh kasusnya, kalau ada pesan WA yang panjang-panjang, cenderung discroll langsung, atau malah dihapus. Â Bila menggunakan twitter pun, cuitan pengguna medsos pastilah tidak disampaikan dalam bentuk analisis yang panjang, detil atau kritis.
Kedua, kebalikan dari hal itu, anak milenial lebih terbiasa dengan ungkapan pendek, status pendek. Kenampakkan yang mudah dilihat, perhatikan saja facebook, atau status di WA (whattsApp). Di dua media sosial itu, mereka menunjukkan kebiasaan dan kebutuhan praktisnya.