Ada informasi yang perlu untuk dicermati. Pabrik sepatu milik PT Sepatu Bata Tbk (BATA) di Purwakarta, yang telah berdiri sejak 1994, resmi ditutup per 30 April 2024.Â
Menurut informasi di media, Director and Corporate Secretary BATA Hatta Tutuko dalam keterangannya kepada BEI pada 2 Mei 2024 menjelaskan alasan dari penutupan pabrik di Purwakarta karena perusahaan tak mampu lagi melanjutkan produksi di pabrik sepatu Purwakarta. Hatta menjelaskan permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di pabrik juga terus menurun.Â
Kemudian, di tahun sebelumnya, Ketua APINDO Jawa Barat Ning Wahyu Astutik mengatakan, banyak pabrik/perusahaan yang tidak bertahan dan akhirnya tutup dan berdampak pada ribuan orang kehilangan pekerjaan. Â
Dari catatan APINDO Jawa Barat hingga saat ini sedikitnya ada lima perusahaan yang akhirnya tutup, yakni PT. Dean Shoes Karawang (alas kaki) sekitar 3500 orang pekerja, PT. Besco Indonesia Karawang (alas kaki) sekitar 4000 orang, PT. Manito World Kabupaten Sukabumi (garmen) kurang lebih 1800 orang. Kemudian PT Eins Trend Purwakarta (garmen) dengan karyawan kurang lebih 4000 orang dan PT. Simone Accessary Collection Bogor (garmen) dengan kurang lebih 1000 orang pekerja.
Pertanyaannya, mengapa hal itu terjadi? Akankah hal ini, menunjukkan bahwa industri padat karya, merupakan jenis dari industri yang tidak kompetitif pada zaman ini dan masa depan?Â
Di kala, dunia sudah mulai beralih dan akrab dengan teknologi dan kecerdasan buatan, akankah jenis-jenis pekerjaan padat karya akan berguguran dengan sendiri dalam sejarah ke depan?
Dalam hal ini, ada dua istilah yang sudah familiar dalam lisan kita. Istilah pertama, yaitu industri padat karya. Menurut informasi umum, padat karya merupakan kegiatan pembangunan proyek yang lebih banyak menggunakan tenaga manusia jika dibandingkan dengan tenaga mesin. Menggunakan tenaga manusia dalam jumlah besar.Â
Dalam masa-masa tertentu, misalnya, di masa kampanye pilpres atau kepala daerah, program padat karya bisa menjadi daya tarik masyarakat kecil. Mereka butuh pekerjaan dan penghasilan, dan elit politik putuh simpatik dan suaranya. Karena itu, tidak aneh bila program padat karya kerap kali diluncurkan oleh incumbent dalam pilkada atau pilpres.
Tentunya, dengan hadirnya teknologi dan produk berbasis kecerdasan buatan, jenis-jenis tenaga kerja manusia kasar sudah mulai digantikan dan tergantikan. Manusia pekerja kasar sudah mulai tergantikan oleh robot.Â
Oleh karena itu, fenomena yang terungkap dalam awal narasi ini, memberikan pembuktian dan pembenaran terhadap ancaman hilangnya sejumlah jenis pekerjaan atau profesi modern (profesi pabrikan) di era milenial ini.Â