Sekali lagi, Kurikulum Merdeka sejatinya baru berbicara masalah atmosfera atau lingkungan pendidikan, yaitu wiyata mandala yang leluasa dalam menyusun, merancang dan mengembangkan model layanan pendidikan sesuai dengan potensi dan bakat dari peserta didiknya, yang diselaraskan dengan tuntutan dan perkembangan zaman.
Bila dikaitkan dengan narasi mengenai produktivitas, maka soalan kemerdekaan dalam layanan pendidikan ini, masih tetap belum selesai. Merdeka is not enough. Kemerdekaan saja, tidaklah cukup. Tidak cukup untuk menjadikan negeri ini, menjadi sebuah negeri maju dan berkembang. Karena pertanyaan selanjutnya itu adalah, apa yang dilakukan setelah kemerdekaan itu didapatkan !?
Terkait dengan hal ini, maka paska dunia pendidikan meraih kemerdekaannya, seluruh simpul layanan pendidikan tidak boleh diam, dan tidak boleh  berhenti sampai di sini. Masih ada pejalanan lanjutan yang perlu dilakukan dan dilanjutkan untuk mengisi kemerdekaan dunia pendidikan.Â
Tak ubahnya dengan kondisi politik bangsa Indonesia. Indonesia sudah merdeka sejak 1945. Tetapi merdeka saja tidak cukup. Jelas-jelas, sangat tidak cukup, dan bahkan tidak boleh berhenti dengan raihan kemerdekaan negara Indonesia. Seluruh komponen bangsa Indonesia perlu melanjutkan langkah perjuangannya, yakni dengan merumuskan strategi untuk mengisi kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Itulah kesadaran kita dan penalaran kita selama ini.
Sehubungan hal itu pula, maka pemaknaan yang serupa pun terjadi terhadap dunia pendidikan. Kita dengan tegas, menyatakan bahwa implementasi Kurikulum Merdeka perlu ada tahapan selanjutnya, atau merdeka saja masih tidak cukup !!!
Apa langkah lanjutan dari kondisi kemerdekaan dunia pendidikan ? inilah yang kita kutip di awal narasi ini, yakni pentingnya merumuskan modal layanan pendidikan yang produktif, menuju lahirnya generasi muda atau lulusan pendidikan yang produktif pula.
Sekali lagi, kegagalan merancang lembaga pendidikan yang produktif, potensial melahirkan model layanan yang tidak produktif, dan bahkan potensial melahirkan lulusan yang tidak produktif, dan bahkan kontraproduktif dengan kebutuhan zaman di hari esok.
Lha kok bisa? Itulah masalahnya.Â
Keluhan kita di masa lalu dan masa kini, adalah lahirnya lulusan pendidikan yang tidak siap hidup dan tidak siap berdaya di masyarakat. Pengangguran berijazah tinggi, dengan produktivitas masih sangat rendah dan lemah. Inilah persoalan kita masa kii dan masa lalu, dan juga mengancam Indonesia di masa depan ! Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H